Bab 38

542 86 23
                                    

Becky


"Tarik napas dalam-dalam. Bicaralah dengan keras dan jelas. Jika kau lupa sesuatu, berimprovisasilah. Mengerti?"

"Mengerti!" Seru Maddie, dia melompat dari satu kaki ke kaki lainnya lalu menyeringai ke arah daddy nya yang sedang duduk di depannya di lantai ruang tamu. Keduanya adalah 'garis lari', begitulah Freen menyebutnya. Dia berdandan seperti Breezeo saat ini-mengatakan jika dia ingin menjadi seorang aktor, dia membutuhkan kostum.

"Oke," kata Freen sambil menatap tumpukan kecil kertas di tangannya, berdehem sambil membaca, "Cuacanya-"

"Tunggu!" Maddie berteriak sambil menutupi kertas itu dengan tangannya. "Aku belum siap!"

"Daddy pikir kau sudah bilang begitu tadi."

"Ya, tapi..." Dia berhenti, alisnya berkerut. "Apa itu improvisasi Daddy?"

Freen tertawa. "Itu berarti mengada-ada. Katakan apa saja. Agar tidak ada keheningan yang canggung."

"Oh baiklah." Maddie menggerakkan tangannya. "Aku mengerti!"

"Eh, tunggu. Apa kau yakin itu yang ingin kau sarankan?" tanyaku sambil duduk di sofa, menelusuri saluran. TVnya menyala tapi volumenya kecil. "Aku tidak yakin itu saran terbaik."

Freen melirik ke arahku. "Hei, siapa aktornya di sini-aku atau kau?"

"Aku," kata Maddie sambil menunjuk pada dirinya sendiri.

"Aku hanya mengatakan, improvisasi mungkin sedikit membingungkan untuk situasi ini."

"Tidak apa-apa Bu," kata Maddie sambil meraih sisi wajah Freen, meremas pipinya dan memaksanya untuk memandangnya. "Aku siap sekarang, tapi jangan lakukan bagian itu. Lakukan bagianku."

Freen membalik-balik kertas yang dipegangnya. "Awan yang indah serta halus, aku mulai merasa sangat berat dan dingin. Brrr. Oh tidak! Sepertinya akan turun salju!"

Aku mencoba untuk tidak tertawa saat dia menyampaikan kalimat itu.

"Hai teman-teman!" kata Maddie sangat keras. "Apa yang punya enam lengan dan tidak ada duanya di dunia ini?"

"Kepingan salju," teriak Freen

"Itu aku!" Maddie merentangkan tangannya ke samping dan berputar. Itu tidak ada dalam naskah. Ya, dia mencoba berimprovisasi. "Aku terjatuh, terjatuh dan terjatuh. Ke mana aku pergi?"

"Turun ke tanah" jawab Freen

Maddie tersandung kakinya sendiri saat dia berputar, dia hampir terjatuh, tapi Freen menangkap tubuh kecilnya yang membuat Maddie terkikik lalu menjatuhkan diri ke pangkuan Daddy nya.

Itu dia. Itu saja kalimat yang dia ucapkan hingga akhirnya ketika dia berkata, "Kepingan salju bukanlah satu-satunya hal yang istimewa-kalian semua istimewa!" Dia menghabiskan sepanjang hari menghafalnya di sekolah.

"Lagi!" katanya sambil bangkit kembali.

"Nanti, setelah kita membuat sesuatu untuk makan malam." katanya.

"Aku bisa membuatkan kalian sesuatu." kataku mulai berdiri, tapi Freen menghentikanku.

"Aku bisa mengurusnya, tenang saja." jawabnya

Ini adalah pertama kalinya aku tidak bekerja di hari kerja setelah sekian lama. Aku menghabiskan sepanjang hari tanpa melakukan apa pun, hanya duduk-duduk atau menonton TV. Aku bahkan tidur siang saat Maddie masih di sekolah. Aku tidak terbiasa tidak melakukan apa pun. Itu terasa aneh.

Freen pergi ke dapur.

Maddie pergi ke kamar tidurnya.

Sedangkan aku menelusuri lebih banyak saluran TV.

Ghosted (adaptasi) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang