Bab 6

528 82 7
                                    

Freen


"Ayo istirahat!" Teriak asisten sutradara, suaranya sedikit kesal. "Semuanya kembali dalam dua puluh menit. Dan kau Nona Lee Da-in tolong tenangkan dirimu!"

"Aku sedang mencoba," gumam Rora, memejamkan mata sambil memegangi sisi kepalanya. "Aku hanya merasa kurang enak badan."

Oh, benarkah?

Dia mungkin tidur selama dua jam, tiba di hotel hampir pukul empat pagi. Aku tahu karena dia bersikeras membangunkanku dengan mencoba merangkak ke tempat tidurku, tapi aku tidak tertarik sama sekali. Dia mungkin masih agak mabuk atau sedang mabuk berat karena minuman yang dia konsumsi. Aku dulu sering muncul di lokasi syuting dengan keadaan seperti itu, setiap pagi dan hampir tidak bisa bertahan saat syuting. Serasa bunuh diri. Ketika itu syuting Shadow Dancer telah selesai, Daniel mengirimku langsung ke rehabilitasi, memasukkanku ke dalam sebuah program agar aku bisa lepas dari jerat alkohol dan obat-obatan.

Tapi itu bukanlah tugas pertamaku di rehabilitasi, bukan untuk jangka panjang, tapi ini pertama kalinya aku menjalani sembilan puluh hari penuh. Setiap saat, aku keluar dalam waktu satu bulan dan kambuh lagi sebelum Daniel menyadari bahwa aku sudah menyerah. Namun ketenangan mencengkeram ku tahun lalu dan aku mengerjakan program tersebut seiring dengan kenyataan yang ada.

Dan kenyataannya, ternyata jauh menyebalkan bagi seorang pecandu.

"Ini, minumlah air" kataku pada Rora sambil memberinya sebotol air mineral. "Ini akan membantumu merasa lebih baik."

"Apa yang bisa membantu adalah membawaku kembali ketempat tidur" gumamnya, menenggak air sebelum menatapku. "Kau tidak mabuk kan?"

"Kau tahu, aku tidak akan melakukannya."

Dia merenggut, menenggak lebih banyak air sebelum melangkah pergi. Kerumunan di sekitar lokasi syuting tampak lebih besar sekarang. Jika orang tidak tahu kita ada di sini kemarin, mereka akan tahu hari ini.

"Nyonya sepertinya agak mudah tersinggung," kata Momo, dia berjalan mendekat untuk menghapus keringat di dahiku. "Bulan madu sudah berakhir superstar?"

Aku menatapnya. Dia pikir dia bisa menggodaku dengan lelucon konyolnya? Apa dia tidak sadar apa yang dia bicarakan? "Jika yang kau maksud adalah Rora, dia sedang tidak enak badan."

"Uh-huh," gumamnya tidak yakin, aku menyesap sebotol air tidak ingin ikut campur dalam urusan Rora. "Dia tidak pingsan kan? Kau akan menjadi ayah yang baik."

Aku tersedak,  benar-benar tersedak. Air mengalir ke tenggorokanku dan aku mulai terengah-engah, kehilangan napas, seketika warna kulitku berubah. Orang-orang buru-buru turun tangan, memukul punggungku dan memaksa tanganku ke atas, mencoba menghirup udara ke dalam paru-paruku saat aku terbatuk-batuk.

Saat menghirup napas dalam-dalam, dadaku terasa terbakar, aku mengusir semua orang dan langsung menatap ke arah Momo. "Apa yang kau bicarakan?"

"Apa?" dia bertanya balik, bertingkah polos sambil menekankan tangannya ke dada. "Itu hanya sebuah pertanyaan."

"Dia tidak hamil," jelasku. "Aku bisa pastikan itu"

Momo menepisnya sambil tertawa, tapi sekarang dia membuatku letih. "Kau akan menjadi ayah yang baik". Kata-kata itu terus bergema dalam pikiranku membuat dadaku terasa sesak, bahkan perasaan sesak itu tidak mengendur ketika kami kembali ke lokasi syuting. Rora kembali dengan lebih ceria, pupil matanya seperti piring. Jelas sekali dia sedang mabuk, tapi tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Tapi aku tahu jika Daniel memperhatikannya.

Ghosted (adaptasi) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang