Di jam-jam tanggung begini, biasa nya Seungkwan and the gank akan uring-uringan sebab dilanda kantuk akut.
Tapi sekarang beda, wajah nya panik mampus.
"Gue bilang juga apa, minta maaf yang cepet, malah diem semua sampe berhari-hari." Jeonghan bicara pelan, tak bertenaga. Yang penting denger semua aja lah gak usah pake emosi walaupun sedikit emosi.
"Tapikan lo tau Lisa gimana."
Jisoo yang juga ikutan lesu hanya bisa pasrah, merasa bersalah juga. Harus nya dia tidak ikut mendiam kan Lisa, toh, dia gak ikut-ikutan. Tapi setelah dipikir-pikir dia tidak bermaksud mendiamkan, cuman gak sengobrol biasa nya aja.
Seungkwan panik, menggigit bibir nya.
"Gue buang itu surat resign, sumpah gak boong gue. Orang tangan gue sendiri yang bejek-bejek. Udah gue sisihin diatas kotak itu."
Yah ... beberapa hari yang lalu sebelum Seungkwan dan Jisoo memutuskan untuk memasuki ruangan Lisa, sebenarnya itu bukan karena mereka mendengar suara tawa Lisa dan Wonwoo. Tapi karna surat resign yang tiba-tiba keluar dari printer disebelah Seungkwan.
Seingat Seungkwan memang kemarin Eight sharing printer disini, karena printer diruangan Eight error.
Melihat itu sebenarnya Seungkwan sudah sangat-sangat gatal untuk melangkahkan kakinya keruangan Lisa meminta penjelasan, namun setelah beberapa saat, Lisa tak kunjung datang untuk mengambil apa yang diprint nya.
Yang artinya, Lisa tidak tahu kalau hasil print nya berada disini.
Walaupun begini-gini, Seungkwan tau keadaan Lisa, dia emang hidup sendiri makanya berduit terus, tapi tetep aja dia mah miskin nya 11 12 sama dia. Yakali resign.
Dan juga kalau Lisa sampai resign bisa-bisa dia gak akan tenang. Teman nya itu selama bekerja disinu tidak pernah bolos sekalipun kalau bukan gara-gara Mingyu kampret itu, dan karena masalah interpersonal yang melibatkan para sahabatnya. Dengan semangat bekerja seperti itu masa sekarang resign seenak jidat?
Sumpah, pada saat kejadian kebun teh, Seungkwan pikir dia tidak sebegitu nya kok. Tapi melihat respon yang lain, dia sadar, bahwa dia terlalu memihak kepada Sohee dan berlebihan kepada Lisa. Seungkwan sangat menyesal, namun baru akan meminta maaf malah ditambah dengan masalah baru yang kali ini melibatkan Jun pula.
Seungkwan stress parah, akhirnya menunda untuk berbaikan dengan Lisa.
Eh, sekarang, malah berakhir dengan melihat surat resign Lisa.
Yang juga ternyata sudah diketahui oleh Hoshi, Project Manager mereka yang jarang sekali dikantor, sekali nya tunjuk batang hidung malah nandatangnin surat resign Lisa.
"Ini Lisa print ulang berarti? Emang printer nya udah bagus?" tanya Jeonghan.
"Gak sih harus nya, gue liat tanggal terakhir kali akses ke file itu ya Lisa, jam nya juga jam segituan tuh." Kali ini Jisoo yang menjawab karena dia emang ngecek, di komputer Lisa langsung malah.
Jeonghan menghela nafas, bingung juga. "Pantes aja dia kasih Umji hadiah, ternyata mau resign beneran toh."
"Gak mungkin, sih. Apa tanya langsung ya ke pak Hoshi? Ada gak sih sekarang diruangan nya?"
Seungkwan berdiri celingukan melihat ke kaca ruangan yang pintu nya berbeda sendiri, ada stiker harimau nya, rawr.
"Belom lama pergi sama Woozi, gatau deh kemana. Urusan orang pinter mah pasti lama." Jeonghan menjawab seada nya, seperti yang ia lihat.
"Ah, masa sih ini Lisa yang ngasih? Orang resign mah tanda tangan sendiri dulu kan ya? Masa pak Hoshi duluan? Lah ini tanda tangan Lisa kosong." Seungkwan heran.
"Apa sih yang gak? Bisa aja Lisa mengumpulin niat dulu, toh, mumpung pak Hoshi ada di sini. Tinggal tanda tangan sendiri mah gampang, terus kasih vernon yang diruangan 28 jam. Selesai deh tinggal cabut."
"Mana mungkin sih, Han, Lisa mau resign dapet kerjaan enak begini? Mingyu juga udah kecantol sama dia, gaji oke. Resign tuh buat apa coba?" Seungkwan denial terus menerus karena merasa ini tidak seperti Lisa.
"Terus lo tidak mempertimbangkan Lisa diomongin seluruh karyawan karna entah kesalahan siapa yang bikin Jun marah-marah? Gak mikirin Lisa yang temenan sama lo kurang lebih 5 tahun tapi lo perlakuin dia kaya gitu? Lo sadar gak sih kelakuan lo ke Lisa tuh gimana?"
Jeonghan kelewat emosi melihat Seungkwan yang sok iya banget khawatir nya tapi cuman diem doang gak ngapa-ngapain, datengin kek apa, bujuk gitu. Lagian belum ditandatangin Lisa, surat resign juga masih ada di meja dia.
Lah? Iya juga.
"Ini surat resign kok dimeja lo? Gimana ceritanya?" Jeonghan heran.
Seungkwan mengerjapkan matanya sesekali, mencerna semua.
Sial, gak bisa, kemampuan mencerna keadaan nya sangat tidak oke.
"Gue."
Semua menoleh ke arah Sohee yang datang dengan tiba-tiba, entah dari mana.
"Udah baik banget gue, elah."
"Apaan sih?"
Sohee berdecak melihat semua nya kebingungan.
"Itu kemaren gue liat surat resign itu dimeja lo, berhubung gue juga nganter berkas ke Hoshi ya sekalian gue bawain."
Jeonghan sudah malas, menggeser roda kursi nya kembali ke tempat asal nya. Semua nya sudah jelas bagi Jeonghan.
"Belum lo anter, ya? Gue gak mau anter ke si Lisa nanti salah paham sama gue ngiranya ikut campur, jadi gue taro ini di meja lo."
"Kenapa sih, Sohee, kelakuan lo tuh ..."
Sohee menatap bingung, "Apa? ... bukannya emang dicetak buat ditandatanganin ya? Udah gue bantu, gue tetep salah nih?"
Seungkwan menatap Sohee yang menunjukan wajah bingung yang polos.
Asli uler banget. Ngapain juga ikut campur masalah orang.
Tidak mendapatkan jawaban Seungkwan, Sohee mengendikan bahu nya tak peduli, kemudian melanjutkan langkah nya menuju ruangan Woozi.
"Harus nya gakpapa kan? Kan belum nyampe vernon, berarti Lisa aman kan?"
Jisoo was-was, menatap Seungkwan yang seperti nya bertambah panik.
"Kenapa sih? Emang berarti Lisa udah out ya?"
"Yang gue bejek-bejek terus gue buang apa ya, Jisoo? Kan surat Lisa dibawa Sohee?"
Mata Seungkwan melotot, Jisoo juga hanya bisa tersenyum menenangkan. Karna ya tidak tahu.
Paling, lagi-lagi berujung menyusahkan Lisa.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Darl+ing! || Lisa X Mingyu
FanfictionBagi Lisa semua nya telah ditakdirkan oleh tuhan, mulai dari dia diterima bekerja, hingga Mingyu menemukan nya. Bagi Lisa, Seungkwan dan Jisoo bukanlah teman, melainkan cobaan.