Darl+29

161 28 0
                                    

Siang ini seharus nya Lisa belanja, stock makanannya habis.

Tapi karena Wonwoo tidak berada di tempat, jadilah Lisa berniat mengerjakan sebagian kecil pekerjaan Wonwoo juga, yang masalah input menginput jelas tidak dipermasalahkan siapapun yang mengerjakan. Yang terpenting semua nya benar dan tidak salah input.

Dan kalau tidak meleset mba Irene kembali akhir minggu ini.

Memikirkan hal itu, Lisa senang bukan main, karena berarti pekerjaannya tidak banyak. Hanya invoive invoice dan invoice. Gampang lah. Banyak leyeh-leyeh nya.

"Belum pulang, Lis?" tanya Jeonghan dari pintu.

Perempuan itu menoleh lalu menggeleng kecil.

Jelas Jeonghan tahu masih ada orang didalam ruangan, karena biasanya jika ruangan sudah kosong maka pintu akan dibiarkan terbuka.

Sebagai kode juga supaya Endah tahu ruangan mana yang sudah siap untuk dibersihkan.

"Gak ada siapa-siapa lho dikantor. Ya ada sih, maksudnya bukan orang yang lo kenal banget."

"Gapapa lah santai, gue udah terlanjur cancel agenda, jadi sekalian aja lembur, mayan duit nya."

"Yoi."

Pintu ditutup oleh Jeonghan. Meninggalkan Lisa diruangan sendirian. Eight ikut rapat. Hidupnya memang dipenuhi oleh dunia perapatan.

Perempuan itu meluruskan pinggang nya. Berjam-jam duduk lumayan juga. Untung saja tidak ambeien atau skoliosis.

Kalau dia kerjakan invoice sekarang sih ya bisa saja. Cuman nanti jelas tanggal nya mengikuti hari ini.

Memang hari ini ia ditakdirkan berleyeh-leyeh saja.

Wajah cantiknya mendongak keatas, menatap lampu menyala dengan mata indah itu sebelum akhirnya kesilauan juga dan memutuskan untuk memejamkan mata memikirkan masalah yang tidak penting kemarin.

Sebenarnya beberapa hari lalu Lisa tidak mengatakan apapun kepada Mingyu, hanya sekedar bertukar handphone tanpa bertanya kenapa Sohee menelepon. Seperti kata nenek nya dahulu, sedikit yang kau tahu semakin baik.

Tapi tetap saja, penasaran setengah mampus.

"Gila gue! Mending belanja."

***

Sumpil ya, gojek kali ini gak banget, agak agak apek aroma nya, helm nya tidak standar SNI, macet dan debu pula. Bikin emosi aja disore hari ini. Mana cuaca masih panas, menambah sumpeknya hari.

Setiba nya di Maretmart langsung saja wanita itu buru-buru turun dan masuk kedalam swalayan didepan matanya, bisa kering jika kelamaan menghadapi cuaca dan emosinya sendiri.

Ditambah lagi saat akan mengambil trolley entah kenapa benda itu malah tersangkut yang menimbulkan suara cukup kencang karena tarikan Lisa.

"Apaan si ih, ada aja yang bikin emosi!" Kesal Lisa menghentakan kaki nya.

Tak berapa lama seorang karyawan datang menghampiri nya, "Maaf mba, trolley yang dibelah sini memang dikunci, mba bisa mengambil trolley disebalah sana atau keranjang yang berada disini ya mba." Ucap karyawan itu dengan sopan.

"Gak ngomong dari tadi."

Terlihat karyawan itu menghela nafas pelan sambil tersenyum, melihat itu Lisa merasa bersalah tapi bagaimana lagi, karyawan itu juga sudah terlanjur balik badan. Gak sempet minta maaf.

Saat ia berhasil meraih trolley disamping ia pun mulai memperhatikan rak rak yang berisi banyak cemilan. Ia bingung ingin membeli apa, membuat kue pun sudah malas, mungkin tepung yang berada dilemari nya sudah dipenuhi oleh kutu, terserah lah.

Tak berapa lama mengitari rak, Liaa dikejutkan oleh dering handphone nya yang entah kenapa seperti handphone bapak-bapak disore hari ini, nada deringnya sangat keras dan bergetar brutal. Belum sempat tangannya bertemu dengan benda pipih itu, pundak nya lebih dahulu ditepuk oleh tangan seseorang.

"Lisa?"

"Iya?"

Saat wajah mereka bertemu, Lisa sedikit terkejut, yang mana ternyata orang itu adalah Sehun, mantan online nya yang entah mengapa bisa berada disini. Seingatnya laki-laki itu tinggal berjarak beberapa kota dari tempatnya.

"Tukan bener elo."

Berarti tadi handphone nya berdering karena telepon dari Sehun? Tch, masih menyimpan nomor Lisa ternyata. Tidak heran sih, siapa yang bisa menolak pesona Lisa?

Lisa hanya mesem manis-manis sepet sebelum membalas kalimat nya, malu juga kalau mengingat putus nya hubungan online mereka.

Gak lucu deh kalo tiba-tiba pria dihadapannya ini bertanya kenapa ia menghilang tanpa jejak saat itu, masa ia Liaa harus jawab kalau dia malu karna Sehun bilang Lisa mengorok dengan keras dan katanya itu cute. Cute, cute palalo!

"Jadi, kesibukan lo apa sekarang?"

"Kerja doang sih, gak ada kegiatan lain." Ucap Lisa, yang entah kenapa ia sedikit gugup karena tanpa disangka-sangka pria ini malah berjalan mengiringinya sampai sekarang.

"Oh, gitu. Kirain udah nikah makanya gue dighosting haha."

Lisa mingkem rapet, sebelum akhirnya ikut tertawa hambar bersama Sehun.

"Belum lah, yakali, yang lamar aja gada." Kata Lisa.

"Serius? Padahal lo asli nya cakep gini. Eh, iya, asal lo tau ya, gue kira dulu poto lo itu full filter, eh ternyata ya emang begini toh."

Wanita itu melirik sinis, "Lo kira gue jelek?!"

Lagi-lagi Sehun tertawa dan Lisa makin-makin dibuat heran dengan orang itu, sinting kali ya, gada yang lucu soalnya.

Lisa hanya bisa berdoa, semoga pria itu segera pergi dari hadapannya.

***

Setelah memilah-milih barang hasil belanjaannya tadi sore, Lisa saat ini dalam perjalanan menuju belakang kost nya. Sudah lumayan lama tidak bertemu Aisyah.

Dan bagusnya Aisyah sedang duduk diteras rumah dengan nenek nya, sehingga ia tidak perlu repot-repot menurunkan barang ditangannya untuk sekedar mengetok pintu.

"Tumben amat bu duduk diluar."

Lisa mengernyit heran saat mendekat, ternyata wajah bu Sari sembab. Setelah menaruh barang didalam rumah tidak jauh dari pintu, Lisa mendekatkan diri ke bu Sari sambil sesekali menatap Aisyah yang sudah sibuk dengan makanannya.

"Maaf ya, bu, saya gak bermaksud ikut campur, tapi kalo ibu sedih gini saya jadi ikut sedih, kalau boleh tau ibu kenapa?"

Bu Sari hanya menatap wajah Lisa dengan mata sayu nya, kantung mata itu semakin membesar ternyata, entah karena kelelahan atau sehabis menangis. Lisa tidak bisa menebak. Hanya memeluk, dan semoga bisa sedikit menenangkan.

"Ibu, kalo gak ada 500 ribu, ya 300 aja deh. Kan ibu tiap hari kerja, masa gak ada juga!"

Lisa terkejut sehingga melepaskan pelukannya, melihat ibu kandung Aisyah yang kini sudah berpakaian rapi dengan tas yang sepertinya berisi pakaian ditangannya. Dan yang lebih mengejutkan nya lagi adalah kalimat yang tadi ia dengar.

"Gada, nak. Uang yang ada kan untuk biaya Aisyah masuk sekolah nanti."

"Buat apa sih bu! Aisyah lagian masih kecil, buat aku dulu aja. Nanti aku balikin. Takut banget sih duitnya gak balik!"

Lisa mendengar bentakan gadis gila didepannya ikut merasakan emosi. Emosi sore tadi ternyata hanya pemanasan, disini lah harusnya ia meluapkan emosinya.

"Loh ini ada sembako, beli sembako bisa giliran buat anak gak bisa! Jual lagi aja nih sembako."

"Lo gila?"

Gadis itu menatap Lisa sinis, "Mbak yang gila! Gak usah ikut campur ya, saya gak ikut makan dirumah mbak!"

"Gue kalo emosi suka nonjok orang." Ucap Lisa sedikit tidak sadar bahwa ucapannya agak kasar.

Buughh!

"ASTAGA!"

Tonjokan itu sangat kuat untuk ukuran tangan wanita, sehingga bu Sari terpaku menutup mulutnya sebelum bergerak menolong korban yang saat ini tergeletak dilantainya.

~

Darl+ing! || Lisa X MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang