Matahari sangat cerah. Secerah wajah-wajah karyawan yang sedang menunggu bus sewaan datang. Tetap semangat walaupun sudah siang. Tadi pagi menyempatkan potong tumpeng dulu. Lumayan ganjel perut.
"Baju lo baru? Wih, kalo gue tau sih gue bawa juga. Ada nih kalo gak salah baju ginian. Biar bisa couple." kata Lisa sambil nyender-nyender ke Jisoo yang cuman cengengesan.
"Anu... emm... Ini baju lo." Jisoo masih cengar-cengir sambil mengelus elus lengan Lisa yang kini digenggam nya.
Lisa pasrah. Udah tau tapi gak yakin, yang tadi akting, memastikan. Ternyata akting nya tidak buruk. Bisalah bersanding dengan Reza Rahardian.
Kali ini jangan bertanya Sohee, sepertinya dia tipe ular yang jika sakit akan butuh waktu seminggu baru pulih. Kasian, tapi Lisa udah ngirim chat pura-pura khawatir kok. Aman lah.
"Seungkwan belum dateng?" tanya Lisa yang dari tadi udah celingukan tapi gak keliatan. Harusnya dari belakang pun Seungkwan mudah dikenali, pantat nya sudah membekas di ingatan.
Dilihat nya dari jauh Woozi, Mingyu dan Jun ngobrol, makin akrab aja. Padahal dulu perempuan itu meramal Jun dan Mingyu jadi rival buat dapetin dia. Setelah melihat kenyataan ini, dia jadi sadar, ramalan nya itu hanya bermodal sotoy.
"Buset, Lisa."
Lisa yang sedang makan kiko menatap Joy yang menyebut namanya, lalu mengangkat ke dua alis.
"Apaan?"
"Koper lo? Mau berapa bulan, sih?"
Lisa mendesis, perlengkapan perempuan itu banyak. Semua harus lengkap. Mana mau Lisa bawa barang pas-pasan. Misal, nih, tiba-tiba selama diperjalanan Lisa atau yang lain datang bulan, kan Lisa bisa jadi penyelamat. Atau gak, selama grill outdoor nanti hujan, Lisa gak perlu repot-repot berlarian menyelamatkan diri, cukup sekali tekan langsung terlindung dari mara bahaya. Dan ayunan mesti dibawa, sayang banget sore-sore gak ngadem dibawah pohon-pohon gede.
"Ini tuh kek semacam sedia payung sebelum hujan, tau!"
"Hebohan Seungkwan kali, Joy." kata Rose
"Ck."
Pria macho itu menggeret koper yang 2x lebih besar dari milik Lisa.
"Beb! Bantuin kali, berat nih!"
Seungkwan berteriak menghentakan kaki, membuat perut buncitnya ikut naik-turun. Gemesin.
"Bawa apaan sih lo?" tanya Lisa yang kini sudah menghampiri Seungkwan.
"Bedcover jumbo. Buat kita ber tiga."
"Emang gue mau tidur sama lo?"
"Mau gak mau, bodo amat."
Seungkwan melenggang pergi dengan kopernya yang ditinggal begitu saja, maksudnya ini Lisa yang disuruh bawa?
Sudi amat! Lama-lama ditariknya juga tuh puting yang nyembul dikaos tipis.
Perempuan itu ikut menjauh, kembali bergabung dengan teman-teman nya.
Tak berapa lama, bus yang ditunggu datang.
Langsung saja Lisa buru-buru masuk mengklaim kursi. Jangan sampe dapet paling belakang. Sial nya, udah buru-buru tetep aja gak dapet paling depan. Didepan diisi oleh orang yang tidak begitu dikenal, sekadar tau.
"Sini." Jisoo memanggil.
Udah senyum lebar malah keduluan sama pantat Joshua. Muka malu-malu nya Jisoo bikin gemes, gak bisa kesel jadinya. Mau gak mau mendudukan pantat nya disamping Mingyu, bukan masalah Mingyu nya, tapi hanya dia lelaki yang dia kenal yajg memilih duduk di pertengahan. Males juga duduk sama orang yang gak akrab akrab banget. Joy sama Rose, bestie banget. Seungkwan sama Jeonghan, bikin makin meyakinkan tentang teori mendengar musik. Sama Mingyu kan bagus, bisa modus, tapi jangan kentara banget, ngimbangin Mingyu yang kaya nya sekarang jual mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darl+ing! || Lisa X Mingyu
FanfictionBagi Lisa semua nya telah ditakdirkan oleh tuhan, mulai dari dia diterima bekerja, hingga Mingyu menemukan nya. Bagi Lisa, Seungkwan dan Jisoo bukanlah teman, melainkan cobaan.