Darl+32

328 44 3
                                    

Mata Lisa terbuka perlahan saat mendengar ponselnya berbunyi. Tangannya bergerak meraba tempat dimana ia menaruh ponselnya.

"Nih."

Lisa mengernyit bingung mendapati Mingyu yang sudah duduk bersandar disamping nya, namun sedetik kemudian ia tersadar bahwa memang Mingyu berada di kost nya.

Ia mengambil handphone yang diberikan, mengucek mata nya melihat siapa yang menelpon. Sugardaddy.

Pandangan nya beralih ke Mingyu yang juga mengangkat sebelah alisnya. "Gak diangkat?"

Telat.

Keburu mati.

Matanya yang masih berat membuatnya tak memperdulikan, memilih menyimpan kembali handphone nya dan kembali memejamkan mata.

"Ada chat masuk juga tadi, gak mau dibales?"

Lisa berdecak, menatap malas ke arah Minhuu yang seperti sengaja mengganggu nya. Namun, ia tetap meraih kembali handphone nya dan mengecek pesan yang di maksud.

Sugardaddy
Besok ketemu bisa, Lis?

Lagi-lagi Lisa hanya mengabaikan nya. Untuk kedua kalinya menaruh handphone dan kembali memejamkan mata.

"Gue balik."

"Heem."

***

Waktu di handphone nya sudah menunjukankan waktu tengah malam. Namun, kekasihnya itu belum juga menghubungi nya.

Apakah perempuan itu masih tidak sadar jika Mingyu tidak berada di ranjang itu lagi?

Kini ia berada di angkringan pinggir pantai, menikmati angin malam bersama Woozi, Sohee dan Dokyeom yang secara tidak sengaja bertemu saat Mingyu dalam perjalanan pulang. Bukan tidak sengaja sih, lebih tepat nya Mingyu yang nyamper, tapi memang tidak direncanakan acara nongkrong dini hari ini.

Matanya terus menatap handphone yang diletakannya di meja.

"Gak usah dipikirin banget. Bisa aja bokap nya."

Ucapan Woozi barusan justru membuatnya semakin kepikiran. Pasalnya Jennie yang ia tahu sebagai konco kentel Lisa saja tidak mengetahui siapa pria paruh baya yang ia tunjukan melalu foto yang ia ambil saat melihat handphone Lisa tadi.

Jadi, sudah pasti itu bukan ayah nya.

"Santai, mending minum kopi lo, keburu dingin gak enak." Ujar Sohee sambil menggeser cangkir itu menjadi lebih dekat ke arah Mingyu.

"Santai gue. Emang keliatan galau berutal ya?"

Dokyeom terlihat menatap wajah Mingyu lama, menyelidiki wajah itu dengan sedikit candaan. "Udah gak ketolong sih, Ming."

Mingyu terkekeh, mulai membuka bungkus rokok yang baru saja dibeli nya. Lalu menyundut nya dan menghisap.

"Mantap, brody. Angin malam, hati galau disambi ngelempus. Nikmat bukan?"

"Mending ngobrol yang lain. Gue gatau lo serese ini."

Dokyeom tertawa, melanjutkan membahas topik lain yang dapat membuat suasana mencair.

"Selfie dulu bisa gak guys? Bokap nanya nih gue dimana dan sama siapa." Ucap Sohee.

***

Tidak ada yang lebih indah dari hari ini. Setelah tidur sejak pukul 7 malam hingga pagi buta seperti ini. Tubuhnya terasa sangat segar.

Lisa berdiri, memungut celana pendek nya lalu memakai asal tanpa melihat mana bagian depan mana bagian belakang.

Dihari libur seperti ini biasanya Lisa hanya bermalas-malasan. Tetapi, melihat debu yang menumpuk disetiap sudut tempat tinggal nya, Lisa jadi tidak sanggup.

Memikirkan hari ini ia ada janji akan berbelanja sesuatu bersama Seungkwan, Lisa segera mengambil sapu dan perlengkapan lainnya. Mengejar waktu agar sempat mandi, sarapan dan berdandan.

Senyum nya terbit saat ada telepon masuk.

"Halo. Tumben dah bangun?"

"Belum tidur. Lo dimana?

"Dirumah. Masih beberes. Kenapa?"

"Gue mau nanya sesuatu, bentar lagi gue otw."

"Apaan ditelpon aja. Gue juga mau keluar bareng Seungkwan nanti. Lagian lo juga belum ada tidur, gue gak mau. Lo harus istirahat dulu." Oceh Lisa.

Enak saja main asal otawa otewe, Lisa  tidak ingin calon pencari nafkah nya kekurangan waktu tidur lalu jatuh sakit. Jangan sampai!

"Jadi gak bisa?"

"Bukan gitu si ... " Kalimat nya terpotong saat handphone nya bergetar terus menerus dan melihat ada panggilan dari ayah nya, "Eh, bentar ya bokap gue nelpon."

Lisa memutuskan sambungannya sepihak. Ayahnya itu jarang-jarang menelepon. Jika ada yang ingin disampaikan penting atau tidak penting, pria tua itu lebih memilih mengirim pesan.

"Halo, pah."

"Chat gak dibales, kenapa?"

"Orang lagi tidur, mana sempet bales."

" ... ... ... ..."

"Iya, iya, iya. Udah ah, lagi beberes, lusa baru ke kantor." Ocehan ayah nya yang panjang membuat Lisa kasihan pada kuping nya dan segera mengakhiri percakapan.

Sebelum mengakhiri panggilan itu, Lisa mengambil screenshot, menjadikan nya sebagai bukti dan mengirimkan nya kepada Mingyu

Tetapi setelah ia mengirim kan screenshot an itu, Mingyu tidak membalas, padahal sudah dibaca.

Lisa yang memang sedikit mengejar waktu tidak terlalu memperdulikan, dan melanjutkan aktivitasnya dengan riang sembari menyanyi tidak jelas.

Biarkan saja, menjadi alarm tetangga nya sekali-kali.


~

Anyong, pendeks bgt kaan?!
Aku males bgt ngapangapain, gak mood sebab jaringan jelek banget, dipelosoook, aku akan update nnti mlem jika memungkinkan!

Terimakasiih~

Darl+ing! || Lisa X MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang