Sekarang aja dah, besok takut males.
•
•"Selamat pagi."
Lisa tersenyum ramah menyapa security perusahaan sebelah yang tumben-tumbenan nongki sama security kantor yang tak lama lagi menjadi miliknya ini.
"Pagi, mbak."
"Tumben, pak Bangchan. Sepi ya?"
Pak Bangchan mesem, udah ketebak ternyata.
"Iya nih, mbak. Gatau kapan ada temen nya."
"Gak bakalan mau perusahaan bapak nambah security, medit abiz gitu. Nanti saya pecat aja Pak Wonho, biar bapak aja yang nemenin Pak Jungkook. Lagian Pak Wonho makan gaji buta, molor mulu."
Pak Wonho yang merasa dirinya disebut menyahut tidak terima. "Gak bisa gitu dong, mbak. Saya senior jadi waktu santai lebih banyak."
"Ngaruh ya, pak?"
Pak Wonho mengangguk mantap lalu tertawa diikuti dengan tawa pak Jungkook dan pak Bangchan.
Ini ngelawak?
Please ...
Lucu nya dimana?
Lisa ikut tertawa sumbang. Sekedar menghargai. Lalu meneruskan jalan nya masuk kekantor. Memasuki ruangan nya dengan santai.
Belum ada siapapun. Padahal, seharusnya hari ini ada Wonwoo.
Ini sebenarnya situasi yang sangat membagongkan. Dimana dulu dia sangat semangat bekerja karena teman-teman nya.
Sekarang bekerja adalah hal yang sangat ini dia hindari.
Masih sangat membingungkan. Kenapa semua orang tidak ada yang mulai lebih dahulu menyapa?
Harus Lisa? Padahal kalau diingat-ingat dia tidak berasa bersalah dalam hal apa pun.
Coba tebak ini salah siapa?
Iya betul. Ulat bulu kampret itu!
Lagi-lagi pikiran resign terparkir di otak nya, semangat bekerja nya sudah hilang. Ini enak nya minta lamar Mingyu dah.
Kalau sampai seminggu kedepan tidak ada perubahan dari teman-teman nya, awas aja!
Kelar nikah pecatin satu-satu, biar sekalian gak ada yang kerja diperusahaan ini.
Tutup satu cabang gak bikin mertua bangkrut kan? Cabang doi dimana-mana.
"Gak ada kerjaan apa gimana sih ini?"
Perempuan itu mengobrak-abrik laci yang biasa nya terdapat invoice. Selama ini setiap pagi invoice selalu ada di meja nya. Mungkin saat akan pulang Seungkwan mencuri kesempatan memberikan invoice kepada Eight sebagai penerima.
"Apa gue bikin surat resign aja?" Lisa sedang berpikir sembari menatap sendiri wajah nya yang berada dikaca, lalu tersenyum narsis. "Cakep banget sih."
Selesai menonton keindahan ciptaan Tuhan. Dia membuka-buka file word yang ada dikomputer, lalu membuka contoh surat resign yang ada.
Kemudian mengedit menjadi biodata diri nya sendiri.
Gampang ternyata bikinnya, tinggal edit, edit dan edit. Beres.
Yang susah nanti pasti tandatangan. Mesti mengumpulkan seluruh niat dalam hati dengan pasti.
Ctrl+P.
Enter.
Lisa menatap printer yang berada disudut. Tidak ada tanda-tanda mesin itu akan mengeluarkan kertas dari apa yang di print nya.
Perempuan itu berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darl+ing! || Lisa X Mingyu
FanfictionBagi Lisa semua nya telah ditakdirkan oleh tuhan, mulai dari dia diterima bekerja, hingga Mingyu menemukan nya. Bagi Lisa, Seungkwan dan Jisoo bukanlah teman, melainkan cobaan.