22.Pindah

2.4K 274 8
                                    

안녕하세요 친구!
Happy Reading!

⑅⁠꒰⁠✧⁠◝⁠•⁠ᴗ⁠•◜⁠✧꒱⑅⁠

Caca memperhatikan Maveen yang sedang tertidur, dengan berkas dan laptop di pangkuannya. Posisi tidur Maveen sangat tidak nyaman, pasti Maveen akan merasakan sakit pada tubuhnya. Setengah duduk dan bersandar pada head board. Wajah lelah Maveen yang tampak tenang, pasti lelah mengurus dua perusahaan sekaligus dan juga mengerjakan tugas kuliah diwaktu yang bersamaan.

Caca bangun dari tidurnya sudah 15 menit yang lalu, dirinya masih betah memandangi wajah Maveen.

Kemarin ia juga sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, hanya tinggal menunggu luka yang ada di telapak kakinya sembuh. Dan selama tiga hari ia dirawat, Athayya sama sekali tidak menjenguknya dirumah sakit.

Hari ini Caca belum diperbolehkan untuk kembali bersekolah, mungkin besok baru bisa berangkat. Ia turun dari ranjang, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lalu keluar dari kamar dan menuruni anak tangga untuk ke dapur.

"Kamu, kerjain semua pekerjaan yang biasanya dikerjain sama bi Ratih. Dan kalo semua udah turun ke bawah buat sarapan, kamu nggak boleh bilang kalo saya yang nyuruh-nyuruh kamu." perintah Athayya dengan nada yang terdengar ketus.

"Kamu itu nggak usah sok berlagak seperti nyonya disini, inget kamu disini itu cuma numpang!" imbuh Athayya ketus.

"Iya, Bu." jawab Caca pelan.

"Stop panggil saya dengan panggilan itu, saya nggak sudi panggilan itu keluar dari mulut kamu!" seru Athayya tak suka, membuat Caca menundukkan kepalanya kebawah.

"Hari ini bibi bisa istirahat aja dikamar, dan bibi jangan sampe berani buat bantuin dia." lanjut Athayya sinis.

"Tapi Nyonya, non Caca kan baru pulang dari rumah sakit." ucap bi Ratih pada Athayya.

"Saya nggak peduli! Awas kalo sampe saya liat bibi bantuin dia. Bibi inget ucapan saya, atau bibi bakalan saya pecat." ancam Athayya.

"Baik, Nyonya." jawab Bi Ratih pasrah, dirinya masih sangat butuh pekerjaan ini. Athayya pergi berjalan meninggalkan keduanya, kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan segala keperluan Juardha.

"Caca nggak papa bi, bibi ke kamar aja nanti Bubu marah." ucap Caca meyakinkan.

"Non Caca hati-hati ya, kalo butuh sesuatu panggil bibi aja. Maaf bibi nggak bisa bantu apa-apa." tutur bi Ratih iba. Bi Ratih berjalan ke kamarnya, meninggalkan Caca sendiri di dapur dengan perasaan yang tidak tega.

Caca mulai mengerjakan pekerjaan rumah dengan memasak terlebih dahulu, melanjutkan bahan masakan yang sudah bi Ratih siapkan sebelumnya. Karna jam yang sudah mepet Caca mengerjakannya dengan terburu-buru, memasak banyak makanan sendirian diwaktu yang tidak terlalu lama membuat Caca sedikit kesulitan.

Mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru dan kurang fokus membuat tangan Caca tidak sengaja terkena pisau. "Aws!" ringis Caca.

Caca menyalakan keran lalu membersihkan lukanya dengan air mengalir, meniup luka itu berharap darah yang mengalir segera berhenti. Mengambil selembar tisu dan membalut lukanya dengan tisu, untuk menghentikan pendarahan.

Setelah dirasa darah sudah berhenti keluar, Caca melanjutkan kegiatan memasaknya dengan cepat. Setalah berkutat dengan bahan-bahan masakan, akhirnya Caca telah menyelesaikan semua masakannya.

Mencuci peralatan dapur yang tadi dipakainya untuk memasak, lalu menyimpannya sesuai tempat yang seharusnya. Kemudian menata semua makanannya dimeja makan dengan hati-hati, Caca tersenyum puas saat melihat hasil masakannya.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang