Gelang pita

16 3 0
                                    


"Setiap manusia punya masalah
Mereka masing-masing,yang terlihat bahagia belum tentu tak pernah merasakan karna itu hanyalah sebuah topeng"

Happy reading

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya Gabriel dan ana sampai di tempat tujuan mereka. Mereka berjalan sembari tertawa dengan lelucon yang mereka buat. Banyak pasang mata menatap ke arah ana,mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Ana yang di tatap hanya menganggap itu angin lalu,toh untuk apa memusingkan pandangan orang-orang? Lagi pula ana tidak ingin merusak momen yang sedang berjalan hanya untuk orang-orang yang tidak ana kenal.

"Menurut lo,mana yang bagus?" Tanya Gabriel menatap banyak gelang yang berada di etalase.

Ana menatap satu persatu gelang yang terpajang, semua nya terlihat lucu. Atensi nya beralih ke salah satu gelang yang sederhana namun tampak indah dengan pita yang berada di tengah.

 Atensi nya beralih ke salah satu gelang yang sederhana namun tampak indah dengan pita yang berada di tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagus" ucap ana menatap dengan binar.

Gabriel mengalihkan pandangan nya ke arah gelang yang di tatap oleh ana, "Lo suka gelang yang itu?" Tanya Gabriel.

"Eum,ambil yang ini aja. Bagus kok" ucap ana.

Gabriel menunjuk gelang yang di maksud oleh ana "Mbak saya ambil gelang yang ini ya" ucap Gabriel.

Ana bahagia, seperti nya harapan nya akan menjadi kenyataan. Gabriel menatap ana tersenyum "makasih ya na,dia pasti bakal suka" ucap Gabriel tersenyum senang.

Senyum ana seketika memudar,wajah nya menampakkan kebingungan.

Dia?dia siapa yang di maksud Alen? Batin ana,karna tak ingin berfikir negatif ana segera menggelengkan kepala nya.

"Pasti kok"

Setelah membeli gelang yang di inginkan,mereka memilih untuk pulang saja. Sebelum nya gabriel mengajak ana untuk bermain terlebih dahulu,tapi ana menolak. Badan nya sudah sangat lengket. Tak bisa ana bayangkan betapa bau nya ia sekarang.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya ana sampai di rumah yang tampak sederhana dengan halaman yang tak begitu luas,karna memang ana tidaklah terlahir dari keluarga yang berada,hidup nya sederhana tapi tak membuat ana malu akan hal itu.

"Makasih Alen" ucap ana membuka helm dari kepala nya.

"Seharusnya gw yang bilang makasih,maaf ya ngerepotin Lo" ucap Gabriel tak enak hati. Mereka baru saja kenal tapi Gabriel sudah merepotkan ana.

"Gapapa,kalo Lo butuh bantuan sama gw aja. Selagi gw masih bisa bantu, bakal gw bantu kok" ucap ana tulus dan di balas senyuman pula oleh Gabriel.

~

Suara jangkrik saling bersautan,angin berhembus kencang menusuk ke dalam kulit. Hiruk pikuk kota menghapus kesunyian malam. Banyak orang berlalu lalang,bercanda dan tertawa bersama. Semua nya tak luput dari pandangan ana yang kini tengah menatap keseliling,sembari menunggu mie ayam nya siap di buat. Ana menatap laki-laki yang tengah menatap langit malam, entahlah tiba-tiba ia mengajak ana untuk keluar sekedar memakan mie ayam favorit mereka.

"Abang liat kamu makin Deket aja sama gabriel" ucap Kevin memecahkan keheningan di antara mereka dengan terus menatap ke atas.

Sama hal nya dengan ana,Kevin begitu menyukai malam. Ana menyukai bintang,berbeda dengan Kevin yang menyukai bulan. Tapi tak masalah,bulan dan bintang tetap saja berada di langit  yang sama yang bertujuan untuk memberikan keindahan di tengah malam yang gelap.

"Iya,tapi ternyata dia non Islam Abang" ucap ana lesu.

"Gapapa,kita ngak bisa mengatur hati kita untuk bisa suka sama siapa aja. Karna rasa cinta datang begitu saja" ucap Kevin menenangkan ana.

Ana menoleh ke arah Kevin "Abang sama kak Lidia gimana?" Tanya ana.

"Baik-baik aja kok, Abang juga lagi berusaha deketin dia" jawab Kevin.

Lidia Natalia perempuan berkulit sawo matang dengan gigi gingsul yang membuat ia tampak begitu manis. Mereka baru dekat beberapa Minggu belakangan,sifat Lidia yang dewasa membuat Kevin merasa tertarik dan berusaha untuk mendekati nya.

"Syukurlah" ucap ana lirih.

"Semua baik-baik aja kan dek?"

Ana diam tak menjawab,bibir nya terasa kelu. Hanya untuk mengeluarkan suara saja ana tak mampu.

"Masih ya" Sudah Kevin duga, seharusnya tidak usah ia tanya karna pasti jawabannya tetap akan sama. Entah sampai kapan semua ini akan berlanjut. Apa mereka tidak merasa bosan? Dimana jalan pikiran mereka? Memikirkan semua itu membuat emosi Kevin terpancing.

Ana memegang tangan Kevin secara perlahan, wajah nya sudah memerah menahan amarah membuat ana sedikit takut "Abang gapapa kok,tenang aja" ucap ana.

"Mau sampai kapan dek? Sampai kamu nyerah?"

Lagi lagi ana tidak bisa menjawab pertanyaan Kevin,ana sendiri tidak tau kedepannya akan seperti apa,tapi bukankah manusia punya rasa lelah jika terus mengalami hal yang sama?

"Abang tenang okay? Semua orang pasti akan berubah begitu pun dengan mereka" ucap ana berusaha meyakinkan Kevin.

Kevin hanya diam,tak ingin menimpali perkataan ana,mood nya hancur seketika. Ia menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan dan tak berselang lama pesanan mereka pun tiba.

"Mas,mbak ini makanan nya udah jadi" ucap penjual meletakkan pesanan mereka.

Ana tersenyum ramah ke arah penjual "makasih ya mas"

"Dari pada Abang marah,mending kita makan yey" ucap ana kegirangan.

"Dasar,giliran makan langsung seneng banget" ucap Kevin mengacak rambut ana gemas.

Ana menatap kesal ke sang pelaku "kan jadi berantakan!"

"Biarin wle" ejek Kevin dan segera memakan makanan yang berada di hadapannya.

Mereka makan dengan nikmat,tak terasa waktu berjalan dan malam semakin larut. Ana segera menaiki motor sport Kevin dengan susah payah. Sedangkan Kevin hanya bisa terkekeh geli menatap tingkah laku ana yang semakin hari semakin di luar nalar.

"Ngantuk" ucap ana sembari menutup mulut nya karna menguap.

"Peluk Abang yang erat,biar ngak jatuh" Ana menuruti perkataan Kevin,mata nya sudah semakin berat. Ana sudah tak sanggup untuk sekedar menyahut.

Dengan kecepatan yang lumayan tinggi,Kevin membelah kota yang semakin sepi. Sesekali ia melihat dari arah kaca spion dimana ana yang sudah tertidur nyenyak tanpa merasa terganggu sedikit pun.

Tak lama motor Kevin masuk ke dalam gang rumah ana,ia melambatkan laju motor nya takut orang lain akan terganggu. Setelah sampai di rumah ana, ia berusaha untuk membangunkan sang empu yang masih tertidur pulas.

"Dek bangun udah sampai" ucap Kevin menatap ke arah belakang. Tapi bukan nya melihat ana yang terbangun,ia malah melihat air liur ana yang mengenai Hoodie nya.

"Efek makan mie ayam dua mangkok begini nih. Kekenyangan,tidur,ileran pulak" ucap nya menggelengkan kepala heran.



TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBACA
WALAUPUN CERITA NYA TIDAK JELAS
SEPERTI KISAH CINTA AUTHOR
RAWR

Alenna EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang