sendiri lagi

14 3 0
                                    

"Gw rapuh dan hampir runtuh
Tapi angin terus berhembus kencang
Akan kah semua nya akan berakhir dengan kehilangan?"

~Aleiska sandrina

Happy reading


Ana kini telah sampai di depan rumah nya,perlahan langkah nya masuk menuju rumah. Entah kenapa perasaan nya mendadak tak enak.

PLAK

Bunyi tamparan begitu keras terdengar,ana terpaku sembari memegangi pipi nya yang terasa sangat perih. Ia menatap kaget ke arah pelaku, "mama kenapa sih,main tampar-tampar aja!"kesal ana,badan nya terasa letih sekarang yang ana mau hanyalah merebahkan tubuhnya.

"Oh udah berani ngelawan ya sekarang"ucap Lina remeh.

Ana menghela nafas "mah,ana capek mau istirahat" ana berjalan meninggalkan Lina yang masih terus menatap nya.

"ALEISKA SANDRIANA"Bentak Lina membuat langkah ana terhenti.

"Ana ngak buat kesalahan apa-apa jadi stop marahin ana mah" ucap ana lirih.

"Memang,tapi saya butuh pelampiasan"

"TAPI ANA NGAK MAU JADI BAHAN PELAMPIASAN"Bentak ana spontan.

Lina menatap ana tajam,"berani-beraninya kamu bentak saya!" Ucap nya tak terima.

"A-ana ngak bermaksud mah"ucap ana terbata-bata,ia tak sengaja meninggikan suara nya. Dan membuat Lina semakin marah dengan ana.

"Kamu emang harus saya kasih pelajaran ya" Lina berjalan menuju kamar, perasaan ana di buat tak tenang karna nya. Sudah di pastikan kondisinya akan mengenaskan nanti,degub jantung ana berdetak semakin kencang.

"Mah, setrika nya buat apa. Jangan mah" ucap ana panik melihat setrika panas yang begitu terlihat asap nya.

Lina terus berjalan mendekati ana membuat ana semakin panik "mah jangan,a-ana minta maaf"

Srek

Lina merobek seragam ana "anak bodoh, sampai kapan kamu mau menjadi beban untuk saya" bisik Lina di telinga ana.

"Maafin ana mah" ucap ana memohon.

"Maaf? Untuk apa hm?" Ucap Lina lembut,namun bagi ana itu sangat menyeramkan di bandingkan mendengar bentakan Lina.

"AKH AMPUN MAH"Teriak ana ketika Lina menempelkan setrika ke lengan ana.

"MAH PANAS, LEPASIN" Teriak ana menahan sakit,badan nya di pegang kuat oleh Lina membuat ana tak bisa bergerak. Terlebih lagi kondisi ana yang sudah lelah membuat ia tak bertenaga.

Air mata bercucuran membasahi pipi ana,perih yang amat sangat ana rasakan begitu menyiksa. Ana tak tau harus apa selain menangis.

"Sakit,tolong jangan sakitin ana lagi. Panas, lepasin setrika nya mah. Lengan ana melepuh" ucap ana lirih. Isak tangis terdengar begitu pilu. Ana tak sanggup menahan sakit.

Lina melepaskan setrika dari lengan ana,tangan nya menjambak rambut ana dengan kuat "SIALAN,KENAPA KAMU HARUS LAHIR DARI RAHIM SAYA HAH"

"KAMU NGAK BERGUNA, BODOH. APA YANG BISA SAYA HARAPKAN DARI KAMU" Teriak Lina di depan wajah ana.

"Mah,udah. Badan ana sakit,biarin ana istirahat sebentar ya mah. Nanti lanjut lagi gapapa kok"

PLAK

Untuk kesekian kalinya Lina menampar ana dengan keras,luka di bibir ana belum sembuh sepenuhnya namun sekarang harus memiliki luka baru.

"Sekali lagi kamu buat saya marah,saya ngak segan-segan buat ngelakuin sesuatu yang lebih parah dari ini,PAHAM KAMU"

"P-paham mah"

Lina pergi meninggalkan ana yang menangis terisak-isak. Lagi-lagi ana harus mengalami hal yang serupa. Perlakuan Lina begitu membingungkan bagi ana. Terkadang dia bisa menjadi sosok ibu yang begitu mencintai anak nya namun terkadang pula dia bisa menjadi sosok iblis yang menakutkan. Ana menyukai Lina yang baik,bukan seperti yang baru saja terjadi.

"Sampai kapan gw ngalamin ini semua?"

Ana berjalan tertatih menuju kamar nya,di tutup nya pintu dengan pelan. Gelap,tak ada cahaya yang menerangi kamar itu. Ana terdiam,rasa perih terus menjalar membuat ana sesekali meringis.

"Sial,kenapa harus sekarang sih"Ketus ana, rasa kesal seketika hinggap di hati nya "mama jahat!"

"Padahal hati gw sakit,kenapa dia ngak mikirin itu sih?" Tawa kecil terdengar di kamar yang gelap itu,ana tertawa menyadari kebodohannya "haha lupa,gw kan ngak berarti buat dia"

"Tapi kan tetap aja! Badan ana sakit banget. Bunda tolongin ana,mama jahat" ucap ana lirih.

BRAK

Ana terkejut mendengar bunyi yang tiba-tiba muncul akibat awan menendang pintu kamar nya. Raut wajah nya begitu sangat marah,dengan urat leher yang terlihat. Sial seperti nya karna ana membentak Lina tadi.

"ANA KAMU MAKIN HARI MAKIN KURANG NGAJAR YA"Bentak awan.

"Maaf,ana ngak sengaja" ucap ana tak ingin memperpanjang masalah.

"Ingat ana,kalau saya tau kamu membentak mama kamu. Saya ngak segan-segan kasih kamu hukuman. Jangan karna saya diam kamu malah kurang ngajar ya!" Ucap awan penuh penekanan.

Ana menghela nafas panjang,ingin sekali dia berteriak dan berkata istri yang kamu bela mati-matian itu tukang selingkuh.Membayangkan ekspresi terkejut awan begitu sangat menyenangkan seperti nya. Namun itu hanyalah imajinasi ana saja, sejujurnya ana begitu menyayangi mereka, walaupun perlakuan mereka begitu buruk terhadap nya.

Karna manusia slalu punya sisi baik dan buruk,untuk sekarang memilih untuk bersabar seperti nya tak ada salah nya. Namun entah sampai kapan,ana slalu berharap mereka mau berubah jika bukan sekarang, mungkin suatu saat nanti.

"Lagi-lagi gw harus alamin semua ini,tapi kenapa harus gw? Kenapa bukan orang lain? Ngak adil rasa nya jika orang lain bahagia sedangkan gw tersiksa di sini"

Hidup memang tak slalu adil,ana tak mau berekspektasi tinggi dengan kehidupan yang ia jalani sekarang. Terlalu sakit rasa nya jika semua nya tak berjalan sesuai keinginan ana.



Thank you yang udah baca
Aku lagi nonton drakor big mount
ADA YANG UDAH NONTON BELUM?SERU BANGET YA!

Alenna EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang