permintaan

5 0 0
                                    

EH SUMPAH KESEL BET SEMALAM DI JAHILIN PARA MANUSIA YANG MENYEBALKAN ETDAH MENTANG MENTANG PUNYA PACAR YA KALIAN NGESELIN PAKE BANGETTT

Happy reading

"Jangan datang jika hanya untuk memberikan luka dengan cara yang berbeda"

Ana masuk ke dalam rumah dengan lesu,terlalu banyak berjoget membuat energi ana terkuras habis. Langkah nya membawa ana untuk menuju ke kamar,namun di tengah perjalanan lina sudah menghadang ana dengan kayu yang berada di tangan nya.

"Enak ya pulang mau langsung masuk kamar gitu aja" Ucap Lina sinis.

Ana tersenyum kecil "mah,hari ini aku ada banyak kegiatan. Abang juga bentar lagi mau wisuda berhubung aku anggota osis jadi harus-" Belum sempat ana selesai menjelaskan lina sudah lebih dulu melayangkan tamparan ke pipi ana.

Ana memegangi pipi nya yang terasa perih,jantung nya berdegup kencang dengan nafas yang memburuh "ma,sakit" Ucap ana lirih.

"Liat muka saya,apa muka saya keliatan peduli?" Lina menatap ana tajam.

"Mah,aku buat kesalahan apa lagi? Aku udah berusaha berbakti sama kalian. Tapi apa yang aku dapat? Cuman makian dan hinaan kalian" Ana berusaha menyampaikan apa yang di rasakan nya,capek akan perlakuan yang sama terus menerus "sebenarnya mama sayang aku ngak sih? Kalau ngak sayang kenapa mau punya anak? Buat mama siksa aja,iya?" Ana terus berkata apa yang di pikirkan nya,sedangkan Lina hanya menatap ana datar bak tak merasa bersalah sama sekali.

"Udah ngoceh nya? Brisik tau ngak" Ucap lina,awan yang baru saja datang menyaksikan pertengkaran mereka dengan tak minat,bahkan awan ingin kembali keluar dari rumah.

"Pak,sebenarnya kalian itu kenapa sih? Kalian mau punya anak tapi ngak bisa melimpahkan kasih sayang" Ucap ana membuat langkah awan terhenti.

Awan melangkahkan kaki nya ke arah ana "kamu anak kecil tau apa hah! Belajar yang bener ngak usah kaya lonte keluyuran terus" Ucapan pedas awan sukses membuat ana membeku.

Ana menggelengkan kepala nya yak percaya "Bapak beneran bilang gitu ke aku? Aku anak bapak! Bukan anak orang lain. Ngak bisa ya kalian memperlakukan aku selayaknya anak,aku juga pengen di tanyain udah makan apa belum,di elus kepala nya,di manja-manja sama kalian. Bukan malah pukulan dan hinaan yang aku dapat!" Ana mengeluarkan segala sakit di hati nya,berharap orang tua nya akan mengerti dan mau berubah. Sudah lama ana menanti perubahan mereka,namun apa yang ana dapat? Semua nya malah semakin menjadi-jadi,bahkan bertambah karna cinta nya yang bertepuk sebelah tangan. Ana merasa hancur, keluarga dan cinta nya tak sempurna,tak bahagia,kapan kebahagiaan itu hadir? Sampai kapan ana harus menunggu lagi?

Untuk kedua kali nya tamparan di layangkan oleh lina,tatapan nya seolah-olah begitu muak dengan perkataan ana "Bangsat,kamu makin hari makin berani sama saya ya! Hidup kamu udah enak saya kasih makan dan tempat tinggal,sekolah pun juga bisa. Tapi apa? Ini balasan kamu,durhaka kamu jadi anak" Lina mengambil gelas kaca yang tak jauh dari tempat nya berdiri,di lemparkan nya gelas itu ke kepala ana.

Ana merintih kesakitan,kepala nya mengeluarkan darah akibat ulah Lina "udah? Mau sampai kapan mama nyiksa aku? Mau sampai aku mati,iya?" Tanya ana lirih,ana hanya ingin istirahat tapi malah berbanding terbalik dengan keinginan nya,tapi memang nya sejak kapan keinginan ana slalu sesuai harapan?

"Najis punya anak kaya kamu,mati aja sana" Ketus awan pergi meninggalkan ana yang diam sembari memegang kepala nya.

"Saya malas harus meladeni kamu setiap hari nya,muak saya liat muka kamu dasar tak tau terimakasih" sinis lina meninggalkan ana sendiri yang terdiam.

Ana tak tau harus berekpresi seperti apa,rasa sedih slalu saja datang menghampiri nya. Sesak di dada slalu hadir menemani hari-hari ana yang slalu tak baik-baik saja. Ingin rasa nya ana menangis sejadi-jadinya tapi ana juga lelah jika harus melakukan nya,ana ingin tampak kuat walaupun hancur. Ana ingin terlihat baik-baik saja walaupun tak begitu,gabriel yang ana kira akan membuat nya bahagia ternyata penambah luka untuk ana. Tapi ana tak bisa membenci gabriel maupun kedua orang tua nya,ana sayang mereka lebih dari ana sayang kepada diri nya sendiri.
Ana tersenyum tipis,sebentar lagi abang wisuda,ana tak boleh terlihat sedih di hadapan nya,apa lagi itu adalah hari bahagia.

"Gw harus kuat,tahan sebentar lagi ya na! Perjalanan akan segera berakhir" Ucap ana berusaha meyakinkan diri nya. Raga itu sudah hancur berkeping-keping tapi di paksa tetap utuh,batin nya sudah berteriak meminta tolong tapi di paksa untuk tetap bungkam dan entah kapan batas kesabaran itu akan berakhir.

"Gw kuat dan akan slalu begitu" Batin ana.



Terimakasih karna sudah membaca

Alenna EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang