berubah

14 2 0
                                    


Happy reading

Waktu berjalan begitu cepat,rasa nya baru kemarin ana dan teman-teman nya memasuki lingkungan sekolah untuk mengikuti mpls,dan sekarang mereka akan mengikuti ujian kenaikan kelas. Ujian yang menentukan apakah mereka akan naik atau tidak. Hari-hari kemarin berjalan begitu lancar,tak ada yang membuat ana sedih bahkan kedua orang tua nya tak membuat ulah. Ana berharap akan slalu seperti ini,semoga saja.

"Stt na,nomor tiga jawaban nya apa?" Bisik Lisa menatap ana yang sedang fokus menulis.

Ana menoleh ke belakang,"yang mana? Pilihan ganda atau esai?"

"Esai na" ucap Lisa panik, pengawas terus menatap ke arah nya membuat ia tak bisa berkata banyak.

Ana dengan cepat menyobek kertas kecil untuk menulis jawaban nya,melihat wajah panik Lisa membuat ana ingin menyemburkan tawa,sangat lucu.

"Nih catat cepat,bentar lagi selesai" ucap ana menyodorkan kertas dengan hati-hati.

Lisa tersenyum manis "aw terimakasih monyet kaulah sahabat terbaik aku" ana menatap Lisa sinis, benar-benar berakhlak mines, ingatkan ana untuk membalas nya nanti.

Tak berselang lama, waktu yang di tentukan habis,ada yang bernafas lega,dan tak banyak yang merasa panik karna belum selesai menjawab.

"Baiklah anak-anak waktu telah habis,mohon untuk segera memberikan kertas jawaban nya ke meja di depan ibu" ucap pengawas,satu persatu semuanya maju untuk menyimpan kertas jawaban masing-masing, atmosfer begitu mencekam sewaktu mengerjakan soal-soal,dan itu akan berlangsung selama seminggu.

"Akhirnya kelar juga" Lisa meregangkan tangan nya yang terasa pegal. Soal-soal begitu menguras otak,untung saja ada ana yang membantu nya.

"Mau belajar bareng ngak nanti?" Ajak Lia,Lisa tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan Lia,besok ulangan matematika lebih baik ia belajar bersama Lia yang pandai akan pelajaran itu.

"Gw mau,asal ada makanan nya" ucap ana cengengesan.

Lisa menjitak kening ana sedikit kencang,"makanan Mulu yang Lo pikirin"

Ana mendengus sebal,tangan nya mengusap kening yang di jitak oleh Lisa "enak aja! Bukan cuman itu yang gw pikirin tau!"

"Apa?" Tanya mereka berbarengan.

"Alen dong siapa lagi" Ana tersenyum senang setelah mengucapkan itu,perut nya seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Mengharapkannya kebahagiaan bersama Gabriel tiba-tiba terlintas di pikiran nya, seperti nya ana sudah mencintai nya terlalu dalam.

"BUCIN" Teriak mereka bersamaan.

"Biarin wle" ana mengalihkan pandangan nya,mata nya menatap ke arah kevin yang sedang berjalan seorang diri "gw samperin Abang dulu ya" ucap nya berlari mendekati Kevin.

"Abang" panggil ana dengan nafas terengah-engah, wajah Kevin menatap ana datar tidak seperti biasa nya membuat ana merasa heran,"Abang kenapa?"

"Jauhin Abang na,kita ngak bisa kaya dulu lagi" ucap Kevin tiba-tiba.

Ana terkejut mendengar tutur Kevin yang tiba-tiba, sebenarnya apa yang terjadi sampai dia bisa berkata seperti itu "kenapa? Aku ada buat salah?"

Kevin menggelengkan kepalanya "Lidia ngak suka Abang Deket sama kamu" jelas Kevin.

"Abang udah pacaran sama dia?" Tanya ana.

"Iya" jawab Kevin singkat.

Ana terdiam mematung,rasa nya begitu sakit ketika Kevin mengucapkan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tapi di satu sisi Kevin juga berhak bahagia,ana bukan siapa-siapa yang bisa menantang keputusan Kevin.

"Okay" ucap ana lirih,ana berjalan menjauhi Kevin dengan perasaan campur aduk, sedih,kecewa, marah semua nya menjadi satu sampai tak bisa membuat ana berpikir jernih.

Flashback

"Abang,jangan tinggalin aku ya" ucap ana yang tengah menatap bunga di sebuah taman yang tengah bermekaran.

Kevin berjalan menghampiri ana,"iyaa,ngak akan" ucap Kevin duduk di sebelah ana.

Ana menoleh ke samping,"janji?" Ucap nya menunjukkan jari kelingking.

Kevin tersenyum di tautkan nya keliling mereka "janji".

Flashback off

"Kok gitu sih,Lidia yang mana biar gw labrak anjing" kesal Lisa,mereka tengah berada di rumah Lia sesuai kesempatan yang mereka buat tadi.

"Abang lupa sama janji nya" ucap ana lirih,sesak di dada nya semakin menggila. Kejadian tadi tak pernah terbayangkan oleh ana,ia pikir semua nya akan berjalan baik-baik saja seperti kemarin. Tapi takdir memang tak bisa melihat ana terlihat bahagia,ada saja hal yang slalu terjadi yang membuat ana harus meneteskan air mata,tapi kenapa harus Kevin?

Lia memeluk ana erat, menyalurkan kehangatan agar membuat ana merasa lebih tenang,mereka sudah sangat dekat seperti saudara kandung wajar saja ana merasa sedih karna keputusan Kevin.

"Cupcupcup jangan nangis lagi ya? Masa istri songkang nangis" bujuk Lia dengan me Lap pipi ana dengan kedua jari nya.

"Dari pada Lo nangis mending makan" Lisa melempar Snack ke arah ana. Ia yakin dengan itu mood ana pasti akan membaik.

"Mau sosis juga" tunjuk ana ke arah sosis yang berada tak jauh dari Lisa.

Lisa menatap ana sinis "itu punya gw,enak aja mau ambil" ucap Lisa menyembunyikan sosis nya.

Ana melengkungkan bibir nya ke bawah,mata nya sudah kembali berair membuat Lisa gelagapan "Lo ngak kasian sama gw?"

"Haish iya iya sosis nya buat Lo, semerdeka Lo aja deh" ucap Lisa kesal memberikan sosis nya ke ana.

"Hehe makasih Lisa cantik" ucap ana memakan sosis dengan lahap.

Di luar hujan deras,hawa dingin menemani mereka yang tengah fokus dengan buku-buku yang berserakan kemana-mana. Ana mengucek mata nya yang terasa berat,hujan membuat nya merasakan ngantuk yang amat sangat,di tatapnya Lisa dan Lia yang tertidur pulas dengan buku yang masih terbuka.

"Udah pada tidur aja,efek hujan kali ya" ucap ana menatap mereka satu per satu. Ana mendekatkan diri ke Lia,di peluk nya dengan erat dan segera memejamkan mata.


Thank you udah baca

Alenna EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang