Happy reading
Ana meringis menahan sakit ketika Lisa membersihkan luka nya. Kedua teman nya itu terus mengoceh sedari mereka datang sampai detik ini. Telinga ana sudah bosan mendengar ocehan mereka yang entah kapan akan selesai.
"Lo denger ngak sih na! Awas aja kalo Lo sembunyiin sesuatu lagi dari kita" ketus Lisa,ia begitu kaget ketika mengetahui keadaan ana dari Kevin.
"Tau Lo,kaya ngak anggap kita aja!" Lia memalingkan wajah nya,ia benar-benar emosi dengan ana yang tak mau bicara apapun kepada mereka tentang keadaan nya. Dia merasa tak berguna untuk ana.
Ana menggaruk kepala nya yang tak gatal, bingung harus menjelaskan seperti apa. Maksud nya baik agar kedua teman nya tak khawatir tapi sekarang malah berbanding terbalik "maaf,gw cuman ngak mau kalian khawatir"
"Kalau gitu ngak usah temenan aja,teman itu slalu ada ketika suka maupun duka. Kalau gini lebih baik ngak usah temenan" Lisa membuang kasar kapas yang di gunakan untuk membersihkan luka ana.
Ana gelagapan,kenapa jadi seperti ini ending nya "duh,jangan dong. Iya gw janji bakal cerita ke kalian" ucap ana,raut wajah nya memelas agar mendapatkan maaf dari mereka.
Lia menghela nafas gusar "kita cuman takut Lo kenapa-kenapa na,kita sayang sama Lo. Lo ngak tau gimana rasa nya di penuhi rasa bersalah karna ngak bisa jadi teman yang baik buat Lo" Air mata lia jatuh membasahi pipi, kondisi ana benar-benar membuat hati nya teriris. Bahkan ketika datang ke rumah Kevin dan melihat ana yang terbaring lemah,Lia harus berdiam diri sejenak untuk bisa mengatur tubuh nya yang terasa ingin jatuh.
"Gw harap Lo ngak sembunyiin apa-apa lagi dari kita" Lisa juga cukup terkejut melihat ana,rasa marah masuk ke dalam diri nya. Ingin sekali Lisa membalas orang-orang yang telah membuat ana seperti ini.
Ana menatap mereka terharu,air mata nya ikut merembes keluar se iring dengan Isak tangis dari kedua teman nya,"maafin gw. Tapi gw slalu baik-baik aja asal kalian ada di samping gw" ucap ana merentangkan tangan meminta mereka untuk masuk ke dalam pelukan nya.
Mereka berpelukan dengan air mata yang terus mengalir,salah satu dari mereka yang sakit maka yang lain juga merasakan itulah arti dari sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya.
"Pelukan terus udah kaya Teletubbies" celetuk Kevin yang berjalan dari arah dapur "udah jangan pada nangis, jelek tau" ejek Kevin menatap mereka satu persatu,hidung dan mata mereka sudah memerah karna menangis.
Lia mencabik bibir nya kesal "Enak aja! Kita cantik gini di bilang jelek"
"Iya iya cantik tapi lebih cantik lagi kalau kalian diem"
"Eum Abang" panggil ana membuat atensi Kevin teralihkan, tatapan nya menatap ana penasaran. Sudah di pastikan gadis itu ingin membicarakan sesuatu dengan nya.
Kevin mengangkat sebelah alis nya, "maafin aku, gara-gara aku kalian putus" ucap ana lirih,dia begitu takut dengan tatapan Kevin yang sangat sulit ana artikan. Perkataan Lidia tadi terus menghantui pikiran ana.
"Gapapa,lupain aja" ana mengangguk mengerti, sebenarnya ana tak begitu puas dengan jawaban Kevin,tapi pasti pikiran nya sedang kacau dan ana tak ingin menanyakan sesuatu perihal Lidia untuk saat ini. Biarkan Kevin sendiri yang menceritakan kepada nya jika waktu nya sudah tepat,itu pun kalau dia mau berbagi cerita dengan ana. Karna sejujurnya Kevin sangat amat jarang menceritakan sesuatu kepada ana, walaupun ana memaksa tetap saja berakhir gagal.
"Udah malam,lebih baik Lo tidur di rumah gw dulu. Kebetulan orang tua gw lagi pergi keluar kota" ucap Lia menatap jam yang menunjukkan pukul 19.20.
"Kuat ngak ke sekolah? Kalau masih lemes izin dulu aja" saran Kevin,akan mengkhawatirkan jika ana harus bersekolah dengan fisik yang lemah.
Ana menggeleng dia tak mau harus mengikuti ujian susulan yang pasti nya akan merepotkan "kuat kok, tenang aja"
~
Ana merebahkan diri nya di samping Lia, kedua nya kompak menatap langit-langit kamar dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Ana mengganti posisi nya menghadap ke arah Lia,"Li menurut lo Abang marah ngak sama gw?" Tanya ana.
Lia menoleh sekilas "kalau itu gw ngak tau na,cuman Lo juga ngak nyuruh mereka putus, bahkan waktu di suruh menjauh Lo iyain juga"
Benar juga,tapi tetap saja terbesit rasa bersalah dalam hati ana. Ia merasa kebahagiaan Kevin terhambat karna ulah nya,jadi wajarkan kalau ana terus memikirkan hal itu? Semua yang terjadi hari ini membuat kepala ana terasa pusing.
"Jangan memikirkan sesuatu yang tak seharusnya Lo pikirin na" Lia cukup peka dengan gelagat gadis itu saat ini,dia mungkin terlihat diam namun raut wajah nya tak bisa berbohong kalau dia tak baik-baik saja. Topeng ana terlalu tebal, bahkan sangat sulit mengetahui apakah dia baik atau tidak tapi untuk sekarang Lia bisa melihat dengan jelas wajah penuh luka itu.
Ana hanya terdiam tak menimpali ucapan Lia,kalau di pikir-pikir gw emang ngak begitu tau tentang abang batin ana. Rasa ngantuk mulai mendatangi ana,tubuh nya sudah lelah karna terlalu banyak mengeluarkan energi,ana slalu berharap di setiap menjelang tidur nya hari esok akan lebih baik dari hari sekarang, walaupun itu tak slalu sering terjadi.
THANK YOU YANG UDAH BACA
MOOD KU NGAK BAGUS SEBENARNYA KARNA AKU KANGEN DIA HUHU TAPI SUDAH ASINGBANG SUDAH BANG AKU KANGEN BERATTTTT
TOLONG LAH BANG,CHAT AKU PELISSS😩😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Alenna End
Teen FictionAleiska sandriana perempuan cantik bertubuh pendek dengan segala tingkah random nya yang di luar nalar. Senyum manis slalu terpancar di wajah nya bak seseorang yang tak pernah memiliki masalah,tapi siapa sangka di balik senyum dan tawa itu tersimpan...