22

9.8K 226 2
                                    

Sudah dua bulan berlalu, selama itu juga Zaya kembali menjadi babu Zigar yang sudah cowok itu putuskan malam itu. Sebenarnya ia tak terima dirinya di jadikan layaknya pembantu tapi Zigar selalu saja mengancamnya dengan dua ancaman.

Keluar dari sekolah atau om-nya bangkrut?

Sialan emang. Tapi ini Zigar Dirgantara Vakenzo yang selalu seenak jidat melakukan sesuatu.

"Shibal sekkya! Gue gak bisa bawa tas lo, Zigarnjing!" Bentak Zaya yang tengah menggendong dua tas yang menurutnya lumayan berat. Karena isi tas-nya kebanyakan buku-buku paket yang memang setiap hari wajib ia bawa dan juga peralatan lain. Tapi kenapa tas Zigar seberat beban?

"Lo bawa apa sih di tas lo? Berat banget."

"Buku."

"Tumben. Bukannya lo paling males bawa banyak buku," cibir Zaya dengan tatapan sinis.

"Bodo."

Zaya menghela nafas sabar untuk menetralkan emosinya yang kian membuncah. Dia harus selalu stok kesabaran setiap hari untuk menghadapi modelan cowok seperti Zigar.

Setelah tiba di depan kelas, Zigar segera mengambil kembali tas ranselnya yang di genggam Zaya. Dia menepuk-nepuk tas itu seperti tengah mengusir kuman.

"Ngapain di gituin?"

"Takut ada kumannya," jawab Zigar enteng lalu masuk ke dalam kelas. Sebelum duduk, ia berbalik menatap Zaya yang masih berdiri di depan pintunya. Terlihat jelas, wajah lelah gadis itu membuat Zigar sedikit iba. Tapi apa boleh buat, hanya ini cara agar Zaya selalu berada di sampingnya.

"Huekkkk!" Gadis itu serasa ingin muntah saat melihat kedipan maut Zigar yang di lemparkan padanya. Dasar! Emang dia baper gitu? Kagak lah woi!

•••

Setelah menghabiskan makanannya, Zaya berpamitan kepada Yona dan Galuh untuk mengeluarkan semua isi perutnya setelah di isi. Rasanya perutnya itu terasa kembung akibat kebanyakan memakan dua mangkuk bakso sekaligus. Yona dan Galuh sampai di buat heran dengan kelahapannya.

"Aduh, kebiasaan banget gue kalau gue udah makan. Pasti pengen eek," gumamnya setelah keluar dari toilet sembari menepuk-nepuk perut datarnya yang sudah tak kembung lagi.

Saat hendak berjalan meninggalkan toilet, tiba-tiba langkahnya tertarik kebelakang bersamaan itu tubuhnya jatuh ke lantai. Zaya mengerang kesakitan merasakan sikunya berciuman dengan lantai begitu keras.

"Sialan! Apa-apaan lo, bangsat?!" Bentak Zaya berusaha untuk bangkit dari jatuhnya. Jangan heran, mulutnya memang sangat frontal dan tidak peduli siapa yang ia hadapi.

Gadis yang mendorongnya tadi hanya tertawa remeh lalu menginjak kaki Zaya yang terbalut sepatu. "Gue benci sama lo, Zaya! Gara-gara lo, gue putus sama Zigar dan dia benci sama gue. Gue tau lo pasti udah hasut dia 'kan?!" Tudingnya dengan mimik memerah menahan amarah.

"Lepasin kaki lo, bangsat! Najis tau gak!"

"Lo yang najis." Moza mendorong bahu Zaya membuat gadis itu sedikit terdorong ke belakang. "Lo apain Zigar sampai dia rela benci sama gue? Lo bilang apa sama dia, huh?"

"Oh atau jangan-jangan..." Matanya memicing curiga. "Lo udah kasi tubuh lo sama dia, yah? Iya?!"

"BANGSAT!"

PLAKK!!!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Moza membuat gadis itu terkejut dan pipinya juga memerah. Emosinya memuncak.

ZAZIGAR [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang