48

3K 161 4
                                    

"Zaya."

Langkahnya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya. Berbalik badan dan berkerut heran melihat teman laki-laki sekelasnya kini berdiri tepat di depannya.

"Lah? Baru muncul setelah sekian abad lamanya. Dari mana sih? Dari nyari dugong?"

Pertanyaan Zaya membuat lelaki itu tertawa gemas. Tangannya terangkat ingin mengacak rambut Zaya tapi gadis itu segera menghindar seperti tak ingin di sentuh.

"Jangan sentuh gue! Tangan lo masih bau tai kayak waktu itu."

"Setan. Itu dulu sekarang udah hilanglah goblok."

"Lo goblok! Dasar gayung!"

Galuh tersenyum kecut sambil menatap wajah kesal Zaya. Murid perempuan sekelasnya yang di kenal paling sinis dan cerewet.

"Gue... mau ngomong sesuatu."

"Apa?"

Awalnya Zaya hanya biasa-biasa saja tapi setelah mendengarkan ucapan Galuh sampai selesai membuatnya termenung di tempat dengan novel yang sejak tadi ia pegang jatuh ke lantai.

"BANGSAT!"

BUGH BUGH BUGH!

Galuh hanya pasrah dengan tatapan kosong menatap kanan kiri saat wajahnya di hajar habis oleh Zigar. Merasakan bau amis dari hidungnya membuatnya tertawa renyah. Menertawakan diri sendiri.

"Bangsat! Anjing, lo!" Tatapan Zigar benar-benar gelap dan urat-urat di tangannya menonjol kuat pertanda laki-laki itu memang sangat marah besar.

Tersadar dalam lamunan, Zaya segera menangkis kepalan tangan Zigar yang hendak melayang di wajah Galuh. Gadis itu menggeleng sambil menangis. "Udah...."

"Minggir lo."

"Udah, Zigar! Lo mau dia mati?!"

"Iya! Gue mau dia mati dengan cara yang konyol! Minggir atau lo yang gue hajar?!"

Zigar mendorong tubuh Zaya ke samping hal itu hampir saja membuat tubuh Zaya melayang jatuh dekat tembok tapi untung saja ada sebuah tangan yang menahan kedua bahunya.

Kembali lagi pada Galuh yang kini sudah tidak berdaya tapi masih sadar walaupun kesadarannya sudah melayang-layang. Tinjuan Zigar tiada henti-hentinya membuatnya harus berkali-kali batuk-batuk darah.

"G-gue mo-mohon berhen...ti."

"Maaf...."

"Gak ada kata maaf untuk bajingan kayak lo! Lo pantas mati."

Melihat Galuh sudah di ambang kesadaran, Regan segera mendorong keras bahu Zigar lalu meraih kerah baju Galuh sambil meretakkan tulang kaki cowok itu membuat Galuh berteriak histeris.

"Akh!"

"Gue yakin, lo lakuin ini pasti karena lo di suruh 'kan? Jadi jawab gue. Siapa yang nyuruh lo?"

"JAWAB GUE BANGSAT!"

Terbatuk sekali, Galuh menjawab dengan lirihan kecil. "Dia...."

Sontak, semua yang ada disana menoleh ke belakang mengikuti arah telunjuk Galuh dan saat itu juga mereka terkejut.

"Shaka, bangsat!"

"Shit!" Padahal dia sejak tadi berada di sana dan merasa bahwa Galuh tidak akan jujur akan hal ini karena ia telah mengancam lelaki itu sebelumnya tapi Galuh mengingkari janji. Sialan!

Shaka segera berlari dari sana tapi sayangnya kakinya tidak sengaja menginjak lantai licin yang baru saja murid perempuan keringkan.

Kepalanya tertoleh ke belakang dan saat itu juga sebuah bogeman mentah mendarat tepat di pipi kanannya. Sudut bibir berdarah bahkan satu giginya terlepas dari gusi.

ZAZIGAR [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang