3

17.6K 391 68
                                    

Dugh


"Shibal!"

"Gawat! Omggg!"

Zaya benar benar tidak sengaja. Niatnya ingin melempar ke tong sampah itu tapi kenapa lemparannya salah sasaran. Pulpen itu mendarat tepat di seragam laki laki yang baru saja muncul dari balik tembok.

Kenapa bisa?!

Kenapa harus dia?!

Di antara banyaknya manusia kenapa harus dia?!

kenapa harus Zigar?!

Zaya benar benar frustrasi sekarang. Niatnya tidak ingin lagi berurusan dengan cowok itu tapi kenapa takdir malah mempertemukan mereka?

Kedua tangannya mengepal dan keringatnya mulai bercucuran di dahi. Oh tuhan, apakah ini akhir hidupnya.

Di sisi lain, seorang laki laki yang sedang berdiri di ujung koridor terdiam cukup lama. Menelaah kejadian yang baru saja terjadi. Matanya terus menelisik ke seluruh seragamnya yang di penuhi tinta. Kedua tangannya mengepal kuat sangat kuat sehingga urat urat tangan, lengan dan lehernya menonjol sangat jelas. Mata nyalangnya menghunus ke depan dan tentu saja tatapan itu ia lemparkan kepada Zaya. Gadis yang lagi lagi membuatnya marah dan naik pitam.

Bugh!

Zigar meninju dinding dengan keras lalu mengambil langkah menuju Zaya. Nafasnya kian memburu karena emosi yang bergejolak.

Melihat itu, Zaya refleks mundur kebelakang dengan tubuh yang bergetar hebat. Demi apa, Zaya benar benar takut sekarang!

"Aaaaa, gue minta maaf. Gue gak sengaja. Gue mau buang ke tong sampah tapi malah kelempar ke lo. Maaf, gue-gue.."

"Bacot bitch! Fuck!" Zigar mendorong tubuh Zaya tanpa rasa kasihan membuat Zaya terjatuh dan bokongnya mencium lantai dengan keras.

"Awww..."

Zigar tidak mempedulikan ringisan gadis itu. Saat ini dia benar benar marah. Tangannya yang besar berhasil mengurung dagunya alias mencengkram dagu Zaya.

"Awww, sakit!" Zaya mencoba melepaskan cengkraman tangan Zigar dari dagunya tapi cowok itu tak kunjung melepaskannya.

Zigar benar benar seperti seekor serigala sekarang. Zaya benar benar takut dan rasanya ingin secepatnya pergi dari sini. Pintu doraemon manaaa?!

"MAU MATI LO HAH?!" bentak Zigar dengan polotan matanya yang sangat mengerikan.

Beberapa siswa yang kebetulan dari toilet dan perpustakaan melihat kejadian itu. Mereka kasihan kepada Zaya tapi tidak mungkin juga mereka menolongnya karena tidak mau mencari masalah dengan Zigar.

"Gin, cepet pergi ke pak Jambi. Gue kasihan tuh sama Zaya."

Samar samar, Zigar mendengar perkataan seorang murid yang tak jauh darinya. "Gue bunuh lo sekarang juga kalau lo berani manggil guru lo," ancam Zigar yang tidak main main. Tangannya masih setia mencengkram dagu Zaya sehingga membuat pipi itu berdarah akibat kukunya yang tajam.

Murid itu sontak diam membisu. Tidak berani berkata dan tidak menatap Zigar lagi. Cara terbaik adalah, pergi dari sana dan memilih untuk tidak ikut campur. Sebagian murid lain masih berada di sana dan berpura-pura mengobrol. Mereka hanya ingin melihat perdebatan itu karena tidak ingin menyia nyiakan momen ini.

"Lo kira gue diam aja pas lo ngatain gue 3 kata itu?"

Zaya bergeming sembari menahan tangis yang sejak tadi ia tahan.

ZAZIGAR [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang