Vote dulu ya, kalo rame aku update cepet kalau gak rame aku unpublish hehe...
***
Bani Hanif Ashraf
Gue asik menatap Keenan yang lagi main puzzle sambil tersenyum, iya, Keenan anak gue dan mbak Bina yang usianya kini sudah 2 tahun. Kata orang wajah Keenan lebih banyak mewarisi gue, dan kata orang lagi, itu karena gue cinta berat sama isteri gue, gue sih gak mengelak karena emang bener kok. Tapi jadinya kasian aja sama mbak Bina, dia yang hamil, dia yang melahirkan, tapi gak kebagian nurunin banyak di wajah anak gembulnya ini.
Eh tapi tapi... soal wajah emang gue banget, cuma kayaknya soal kepintaran, dia sangat menurun ibunya. Memang benar, anak itu mewariskan kecerdasan dari si ibu. Kita semua tau kan, isteri gue itu pinter banget, dan gue beruntung karena punya isteri sepertinya yang bisa jadi sekolah pertama terbaik untuk anak gue. Keliatan kan mainan kesukaannya aja puzzle, beda banget sama gue yang umur 2 tahun mainnya ujan-ujanan sambil pake sempak doang, kata ibu.
"Asik banget sih mainnya, kiss yayah dulu dong, hari ini belum dapet nih!" Gue mencoba mencolek pipinya untuk menarik atensi Keenan yang tampak sangat serius itu.
Gak ada jawaban dari Keenan dia cuma mendorong tangan gue menjauh dari wajahnya dengan tangan mungilnya.
"Sombong banget nih anak yayah!" Gue gak menyerah, masih terus mencoba mengganggu kegiatan Keenan dengan terus mencolek pipinya dan bahkan turun juga ke lengan dan perutnya.
Wajah kesal mulai tampak dari Keenan, kalau marah begini rasanya persis kayak mbak Bina deh, apalagi kalau matanya udah melirik sinis... bah... mbak Bina banget dah.
Mendapat tatapan sinis itu gue tergelak, "DIEM YAYAH!!!!!" Pekik Keenan memberikan ekspresi kesal dengan tangannya yang berkacak pinggang.
HAHAHA... LUCU BANGET BUSET ANAK GUE.
Gak bisa menahan diri karena kegemasan gue sama Keenan akhirnya gue meraih tubuh Keenan untuk gue gendong sebelum gue gigit pipi bulatnya itu.
"YAYAHH ATIT!!! BUNAAAA YAYAH NAKAL!" Gue masih ketawa ketika Keenan yang ada dalam gendongan gue itu berteriak mengadu pada buna-nya yang ada di kamar mandi. Btw, hari ini, hari libur jadi kita semua ada di rumah. Rumah mbak Bina yang sudah di renovasi dan kembali kita tempatin persis setelah Keenan lahir.
Sampai ketika teriakan balasan terdengar dari kamar mandi, "BANI!!!!!!" mata gue melotot, teriakan itu mungkin jadi tanda kalau bentar lagi gue bakal digeprek sama isteri gue itu.
"Ssssttt... jangan ngadu dong! Bercanda doang kan? Nanti yayah beliin es krim deh."
"Boong!"
"Bener! Mau rasa apa? Stroberi? Mangga? Coklat?"
"Temuanya."
"Eh! Jangan, nanti buna marah kalau tau kamu makan es krim banyak-banyak!"
"Buna nda boleh tau."
Gue ketawa lagi, ditawarin es krim aja baru mau jadi sekutu gue.
"Ya udah, kamu lanjut gih mainnya, yayah mau kabur!"
"Beli es klim yah!!"
"BANI!!!" terdengar lagi suara teriakan mbak Bina.
"Iya nanti ya, yayah selamatin diri dulu!"
Gue menurunkan Keenan ke atas kasur lagi, membiarkan anak itu kembali fokus dengan mainannya, sedangkan gue harus segera kabur sebelum mbak isteri beres mandinya. Tapi baru aja gue melangkah 3 langkah, gue langsung dibuat terpaku oleh sosok isteri gue yang pakai bathrobe dan handuk terlilit di atas kepalanya itu menatap gue dengan menghunus tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.