Bani Hanif Ashraf
"Keenan!!!!!!"
"Yayah!!!!!!"
Untuk beberapa saat terjadi adegan dramatis saat gue melihat Keenan sedang makan siang bersama Janu di restoran hotel tempat mereka menginap. Bayangin aja gue berlari dengan adegan slow-mo ke arah Keenan yang merentangkan tangannya sambil duduk di atas kursi.
Tapi....
Kejadiannya begitu cepat....
Saat gue yang sudah dekat dengan Keenan dan akan segera meraihnya untuk gue gendong keduluan sama mbak Bina yang entah kapan ikut menghampiri Keenan dan langsung menggendong Keenan lebih dulu. Gue hampir aja tersungkut jatuh di depan Janu karena yang gue raih cuma angin kosong.
"Keenan udah makan sayang?" Tanya mbak Bina pada Keenan, sedangkan gue hanya merengut sedih karena sepertinya mbak Bina belum mengizinkan gue untuk memggendong Keenan.
"Udah buna."
"Anak pinter, gak bikin om Janu repot kan?"
"Enggak buna."
"Good! Jangan ya, cukup yayah kamu aja yang bikin kita repot-repot ke sini ya sayang." Gue membulatkan mata ketika mbak Bina berkata demikian, apalagi saat Janu tampak menahan tawanya.
"Buna!!!!" panggil gue sambil menarik ujung kemeja mbak Bina.
"Yayah!!! Mau peluk yayah!!!" Keenan memekik dengan tangan terangkat meminta gue peluk, melihat itu gue langsung sumringah tapi cuma 1 detik karena gue di lirik sinis sama mbak Bina.
"Kok diem? Anaknya minta peluk loh ini."
Gue mengerjapkan mata ketika mendapatkan sungutan itu dari mbak Bina. Ya Allah, ini isteri gue beneran lagi mode senggol bacok ke gue. Kalo gini caranya, gue beneran kapok dah.
"I-iya..."
Gue pun mengambil alih Keenan, memeluk juga menggendongnya sangat erat sambil mengusap-usap punggungnya.
"Kangen banget sama jagoan yayah."
"Maafin yayah ya lama perginya."
"Keenan marah sama yayah gak?""Keenan kangen yayah, Keenan sedih tapi Keenan gak marah."
Gue tersenyum haru sebelum mengecup pelipis Keenan, "Maafin yayah ya?"
"Iya yayah. Yayah jangan pergi lagi ya."
"Enggak sayang, yayah gak pergi lagi."
"Keenan, udah makan siangnya? Bobok dulu ya, istirahat, kamu belum tidur di jalan tadi."
Keenan menggelengkan peritah bunannya, dia malah makin erat mengalungkan tangannya di leher gue, menyandarkan kepala di bahu gue, lalu menjawab, "Mau main sama yayah!"
"Nanti kita main ya, Keenan istirahat dulu."
"Gak mau!"
"Mau main sama yayah!""Masa Keenan gak nurut sama buna?" gue berusaha membujuk Keenan, sambil menghindari tatapan mbak Bina, gue takut banget karena Keenan yang gak nurut, isteri gue makin kesel ke gue.
"Ya udah istirahatnya sama yayah," setelah mendengar itu lah baru gue berani menatap mbak Bina.
"Kasian yayah juga capek ya Keenan, nanti lagi mainnya? Oke?" tanpa sadar gue senyum-senyum sendiri dengernya, berarti ini waktunya kumpul bertiga kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.