11

77 16 20
                                    

Part yang kemarin lebih sedikit dari yang lainnya, yg belum vote di vote dulu ya🥲

Jangan lupa vote dan komen di part ini juga^^

Warning!

Mengandung S-word content!

*****

Bani Hanif Ashraf

Gue memandang wajah isteri gue yang sedang tidur di hadapan gue sekarang. Keenan tidur sendiri di kasur kecilnya yang ada di kamar ini, sehingga gak ada yang menghalangi gue untuk memandang wajah cantik mbak Bina yang sedang terpejam itu.

Gue sangat menyesal karena beberapa hari ini kami banyak bertengkar, eh bisa disebut bertengkar gak sih? Mungkin lebih tepatnya berselisih paham aja kali ya dan semuanya berawal dari pesan yang datang dari ibunya Celline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gue sangat menyesal karena beberapa hari ini kami banyak bertengkar, eh bisa disebut bertengkar gak sih? Mungkin lebih tepatnya berselisih paham aja kali ya dan semuanya berawal dari pesan yang datang dari ibunya Celline. Beberapa hari terakhir ini kayak naik roller coster, up and down, dan gue sangat menyesali ini terjadi di saat kehamilan mbak Bina.

Hanya dengan menatap wajahnya aja tiba-tiba dada gue sesak hingga mendorong sesuatu yang gagal gue tahan untuk tidak keluar. Iya... air mata gue.

Gue bener-bener udah sayang wanita di depan gue ini sampai yang gue pingin lihat dari wajahnya itu cuma senyum bahagiannya aja. Selama menikah sama gue, gue merasa udah banyak nyusahin dia. Bahkan sesederhana buang kecoa aja gue masih mengandalkan dia. Gue gak bisa jadi orang yang banyak dia andalkan, justru sebaliknya. Dan gue sedih juga sangat menyesal karena akhir-akhir ini gue banyak membuat dia sedih.

Waktu dengar dia bilang mau melindungi gue, suaminya. Rasanya campur aduk. Gue bahagia bisa dicintai setulus itu, tapi gue juga merasa payah karena bukannya gue yang melindunginya malah dia yang mau melindungi gue.

Dan di saat yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya untuk melindungi gue, gue justru marah sama dia hanya karena dia dekat dengan sekertarisnya dan selalu mengandalkan orang itu. Ya harusnya lo sadar Bani, suaminya gak bisa begitu diandalkan, jadi jangan salahin dia kalau dia lebih mengandalkan orang lain.

Sebenarnya... Janu itu bukan orang jahat. Setidaknya itu Janu untuk mbak Bina dan untuk orang lain.

Tapi buat gue... Janu jahat.

Janu jahat sama kakak gue, yang artinya Janu jahat sama gue juga, dan dengan keegoisan gue, gue masih membawa benci itu sampai sekarang, hingga imbasnya ke mbak Bina juga. Gue marah mbak Bina yang dekat dengan Janu bukan semata-mata karena cemburu. Gue sangat percaya dengan isteri gue, gue  juga bukannya khawatir Janu akan merebut isteri gue. Kegasukaan gue sama dia hanya berdasarkan masa lalunya dengan Bina kakak gue, dan gue sendiri.

"Maafin aku ya.... maaf yang banyak. Maaf buat semua kesalahan aku yang lalu dan mungkin yang akan datang," lirih gue hampir gak ada suara dengan tangan yang sangat hati-hati untuk mengusap puncak kepalanya.
"Sekarang rasanya aku overwhelming banget sayang,  kepikirannya kabur mulu, kabur yang jauh, terus pas balik aku udah baik-baik aja, karena sebenernya aku gak mau lihatin sisi lemahnya aku. Aku yang banyak gak bisanya ini, masa harus makin repotin kamu dengan mentalku yang masih berantakan? Kalau aja aku gak sering-sering ingetin diri sendiri kalau seuseless-nya aku, kamu dan Keenan tetap butuh aku, aku udah beneran pergi jauh sekarang."

Echoes (Bina & Bani 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang