Vote dan comment ya!!!
***
Bina Maira Ranjani
Gue masih terus menggenggam tangan Bani yang tatapannya yang seperti bingung dan takut secara bersamaan setelah ia mendapat sebuah pesan dari seseorang yang setelah gue baca ternyata itu dari...
Ibunya Celline.
Ponsel Bani masih bersama gue, sekali lagi gue membaca isi dari chat itu, berharap bahwa gue hanya salah baca, tapi isinya... masih sama.
"Bani... bisa aja ini bohong, bisa aja ini bukan ibunya Celline," ucap gue berusaha untuk berpositif thinking bahwa semua yang tertulis di pesan ini adalah bohong.Bani menggeleng, "Walaupun gak aku simpen, aku inget nomor terakhir ibunya Celline, dan itu bener nomor beliau."
"Tapi itu kan udah lama sayang...." gue mencoba mengusap pelipis Bani untuk menenangkannya.
"Kalau ternyata bener, gimana?" Bani menoleh ke adah gue dan bisa gue dapati tatapan nelangsanya, raut wajah bersalah itu bisa gue lihat di sana.
"Kalau ternyata bener... tetep aja itu bukan salah kamu."
"Bani... kamu udah meminta maaf atas kesalahan kamu sama dia, pilihan kamu buat ninggalin dia juga gak salah, dan selanjutnya... apapun yang terjadi sama dia bukan tanggung jawab kamu lagi."
"Sayang... lihat aku..." gue mencoba meraih wajahnya untuk menatap gue setelah Bani mengalihkan wajahnya lagi dari gue."Semua tindakannya yang membuat dia masuk penjara itu pure kesalahan dia, dia yang masih berlarut dengan perasaannya sama kamu di saat tau kalau hubungan kalian salah, yang buat dia akhirnya terobsesi sama kamu dan melakukan semua hal gak gila itu. Dia masuk penjara karena kesalahannya sendiri, dan kalau isi pesan itu benar, apapun yang menimpa dia di dalam sana, itu gak ada hubungannya sama kamu lagi Bani," ucap gue sambip menangkup wajahnya, menatapnya dalam-dalam untuk memberi dia sebuah keyakinan itu bahwa Bani... gak bersalah sama sekali atas apa yang terjadi sama Celline.
"Kamu gak merasa bersalah karena udah lebih pilih pernikahan kita di atas dia kan?" tanya gue yang langsung membuat Bani menggeleng.
"Bukan gitu. Aku gak pernah merasa salah buat pilih kamu dan ninggalin dia, tapi aku merasa bersalah karena udah ajak dia selingkuh, udah bikin dia berharap sama aku, semua keobsesiannya terhadap aku sampai dia lakuin hal-hal gila itu berawal dari aku yang nawarin janji manis ke dia, mbak."
"Denger gak saya tadi ngomong apa? Bukan salah kamu, Bani!" tekan gue sekali lagi.
Bani hanya menunduk, "D-dia... diperkosa mbak."
"Iya, kita cuma perlu empati untuk itu. Selebihnya... itu di luar kuasa kita. Tujuan kita masukin dia ke penjara adalah untuk kasih dia pelajaran dan melindungi diri kita sendiri kan Bani? Jadi di luar itu.... itu bukan urusan kita lagi."
"Bani..." gue mengangkat dagunya untuk mau menatap gue lagi.
"Kamu dengerin saya kan? Jangan terbebani, jangan dipikirin, apalagi jangan sampai kamu merasa bertanggung jawab atas apa yang dia alami, ya?"
"Karena dia.... dia bukan siapa-siapa kamu lagi kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.