10

75 14 12
                                    

Vote dan comment ya!!!

***

Bina Maira Ranjani

Jam sudah menunjukan hampir pukul 7 malam, dan Bani belum juga pulang di saat dia pergi di sekitar jam 5 tadi, padahal bilangnya cuma mau beli makan walaupun gue yakin, seperti yang gue bilang juga sama Bani kalau sepertinya dia keluar karena memang butuh waktu sendiri. Seingin apapun gue untuk menahan Bani, gue gak mau jadi egois, kalau memang Bani gak menemukan ketenangan pikirannya di gue, ya mau gimana? Kadang memang perlu juga untuk menenangkan pikiran sendiri, makanya gue gak melarang, gue membiarkannya pergi meski berat hati dan khawatir.

Di depan gue Bani memang masih bisa tersenyum dan bahkan ketawa, tapi rasanya beda, senyum dan tawanya itu seperti gak selepas biasanya, matanya juga gak bisa bohong kalau dia sedang banyak pikiran. Itu lah kenapa gue gak melarangnya untuk pergi sekalipun dia ingin menyendiri.

"Suapan terakhir nih Keenan," sekarang gue sedang menyuapi Keenan makan. Makanan sederhana yang gue buat sendiri tadi dengan kaki yang agak pincang-pincang sedikit.

"Buna nda mam?" Sebelum menerima suapan gue, Keenan bertanya.

"Lagi nunggu yayah bawa makanan sayang."

"Mam ya buna...."

Gue tersenyum, "Iya ganteng, nanti tunggu yayah ya..."

Keenan hanya mengangguk lalu menerima suapan gue, "Dah habis... pinter banget anak buna."

Saat gue hendak membawa piring kotor bekas makannya Keenan, tiba-tiba aja ponsel di atas meja bergetar. Ada sebuah notif yang muncul di sana, yang ketika gue lihat adalah... pesan dari Janu.

Membaca itu gue gak punya waktu untuk membalas pesan dari Janu karena gue langsung pergi ke kontak Bani untuk segera menelponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Membaca itu gue gak punya waktu untuk membalas pesan dari Janu karena gue langsung pergi ke kontak Bani untuk segera menelponnya.

"Halo?"

"Bani.... pulang... jangan ke sana sendirian. Pulang dulu Bani... jemput aku.... kita ke sana bareng-bareng ya?"

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Bani gak juga menjawab ucapan gue.

Sampai akhirnya detik ke-5, helaan napas terdengar dari sebrang sana, "Iya, mbak. Saya pulang..."

Saya pulang

Saya

Ketika Bani sudah menggunakan kata itu, gue yakin bahwa ini sudah gak baik-baik aja.

***

Pukul setengah 8 malam, akhirnya Bani pulang. Dia pulang dengan membawa bingkisan yang langsung ia letakan di meja, tepatnya di depan gue yang sedang duduk di sofa bersama Keenan.

"Makan dulu."
"Saya beli nasi goreng."

Masih saya.

Echoes (Bina & Bani 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang