Jangan lupa vote dan comment guis!!!
****
Bina Maira Ranjani
Gue baru aja selesai periksa kehamilan ke dokter didampingi oleh Bani. Dokter bilang kalau kehamilan gue ini udah jalan 4 minggu. Gue udah curiga dari awal gue telat datang bulan hampir 2 minggu dan jadi gampang capek, karena itulah gue memutuskan untuk cek pake testpack kemarin dan hasilnya adalah garis dua. Cerita setelahnya mungkin kalian udah tau dari Bani, gue yang sempet marah-marah sama dia karena membuat gue hamil, lalu dia yang terus meminta maaf padahal setelah dipikir lagi hal ini gak semuanya salah Bani, tapi Bani malah memberi gue opsi untuk menggugurkannya dan gue tau, Bani begitu pasti karena keingat sama kakaknya.
Sekarang gue sedang duduk di kursi tunggu karena Bani sedang nebus vitamin yang diresepkan oleh dokter, kemarin gue terkesan berat untuk menerima kehadiran adiknya Keenan ini, tapi setelah memeriksanya ke dokter, perasaan gue jadi berputar 180 derajat dimana gue malah ikut excited mendengar keadaan calon nyawa yang ada di perut gue. Dokter bilang kandungan gue cukup sehat sayangnya kandungan gue belum memasuki usia yang bisa dilakukan USG jadi gue belum bisa melihatnya di dalam perut gue.
Plak
"KAMU ITU KERJA YANG BECUS! KALO TADI KAMU SAMPE SALAH KASIH SUNTIKAN, ANAK SAYA BISA MATI!" Gue terperanjat ketika mendengar kegaduhan di UGD, dari jarak beberapa meter ini gue bisa melihat suster yang habis ditampar dan dimarahi oleh seorang bapak-bapak yang sepertinya adalah wali pasien.
Suster itu cuma bisa menunduk, sebelum dia berbalik badan untuk pergi setelah diarahkan keluar oleh dokter di sana.
Prang
Mata gue yang masih mengikuti suster itu pergi kemana kini menangkap dirinya yang menabrak seseorang sampai nampan medis yang ia bawa terjatuh ke lantai dan orang yang ia tabrak adalah Bani, suami gue.
Gue masih memerhatikan mereka dari sini, Bani tampak mengambilkan nampan yang jatuh tadi untuk ia berikan pada suster itu, gue gak tau apa yang Bani ucapkan pada suster tersebut tapi gue bisa melihat dahi berkerut Bani ketika melihat wajah dari si suster. Bahkan ketika si suster itu langsung pergi begitu aja, pandangan Bani masih mengikutinya sampai suster itu gak terlihat lagi di belokan koridor rumah sakit, baru Bani mengalihkan atensinya.
Untuk mengambil atensi Bani, gue berdiri dan melambaikan tangan ke arahnya. Bani berhasil menangkap itu, dengan senyum tipis dia pun melangkah ke arah gue.
"Yuk pulang!" Ajak Bani langsung mengulurkan tangannya pada gue.
"Aku kan mau ke kantor?" Balas gue.
"Iya maksudnya ke kantor, aku anter."
Gue mengangguk seraya menerima uluran tangannya dan kami berjalan sambil bergandengan tangan.
"Bani?"
"Hm?"
"Suster yang nabrak kamu tadi itu abis ditampar sama bapak-bapak, kayaknya dia hampir salah kasih suntikan ke anak dari bapak-bapak itu," gue menceritakannya pada Bani karena gue juga mau tau apa yang Bani lihat di wajah si suster sampai dahinya berkerut.
"Pantesan! Dia sampe nangis, bibirnya berdarah tau Yang! Kasian banget! Terus pipinya merah lebam gitu. Aku gak lihat kejadian ditamparnya tadi makanya aku bingung dia kenapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.