Bina Maira Ranjani
Gue cuma bisa menghapus air mata gue yang gak mau berhenti keluar ini sembari terus mengenggam tangan suami gue yang kini gak sadarkan diri di UGD. Bani pinsan pasca melihat Celline terjun dari rooftop tadi tepat di depan matanya, di depan mata gue dan ibunya Celline juga.
Tentu aja ini jadi trauma baru buat gue sendiri, tapi jujur aja gue lebih memikirkan Bani. Ini kali kedua dia melihat orang bunuh diri di depan matanya langsung. Gue sangat khawatir dengan mental Bani setelah ini, apalagi setelah nanti dia mendapati kalau Celline benar-benar gak selamat.
Gue juga ikut sedih melihat ibunya Celline yang terus meraung menangisi anaknya, begitu juga ayahnya Celline yang baru datang setelah sebelumnya sedang pergi bekerja.
"J-jangan... Celline... jangan," gue membulatkan mata ketika Bani bersuara dengan mata terpejam.
"Bani..." gue mengusap lembut pipinya sambil terus mengenggam tangannya dan sesekali mencium punggung tangannya sampai akhirnya mata Bani pun terbuka.
"Mbak... tadi Celline... tadi itu cuma mimpi kan?"
"Maaf Bani... tapi itu bukan mimpi."
"Jadi Celline beneran lompat?"
"I-iya..."
"Dan sekarang dia?"
Gue menarik napas berat, lalu menghembuskannya bersama dengan jawaban gue, "Celline gak selamat, Bani."
Bani gak merespon apapun lagi, dia hanya menatap lurus ke depan dengan mata kosongnya.
"Bani... itu bukan salah kamu ya?"
"Sebelumnya Celline juga udah mengakui kesalahannya kan?"
"Dia terpukul karena dilecehkan Bani, bukan karena ditinggalin kamu, jadi kejadian ini bukan salah kamu sama sekali, oke?"Bani masih gak bereaksi, jangankan menjawab, untuk mengangguk dan menggeleng aja nggak Bani lakukan dan karena itu gue semakin khawatir dengannya.
"Aku gagal selamatin dia," lirih Bani setelah jeda beberapa saat dia diam.
"Menyelamatkan dia bahkan bukan tugas kamu, Bani."
"Maaf ya, maaf untuk apa yang udah kamu lihat. Tapi Bani, aku harap kamu bisa sadarin apa yang aku omongin tadi kalau ini bukan salah kamu dan menyelamatkan dia bukan tugas kamu. Aku sangat prihatin atas apa yang terjadi sama Celline, tapi itu semua udah jadi keputusannya, kita cuma bisa doain dia setelah ini, ya?"Bani mengangguk lemah, dan akhirnya dia mau menoleh ke arah gue, "Kamu lihat juga ya sayang?"
Gue yang mengangguk sekarang.
"Maafin aku ya, kalau aku gak kekeuh buat ke sini, mungkin kita gak akan lihat kejadian tadi. Apalagi kamu, kamu harusnya gak boleh lihat kejadian menyeramkan tadi."
Gue menggeleng, "Aku gapapa, jangan pikirin aku. Aku justru khawatir banget sama kamu Bani, ini kali kedua kamu lihat yang kayak tadi, pasti berat banget kan? Pasti menakutkan banget kan?"
Bani mengangguk, "Masih syok banget, tapi gapapa kok, aku janji buat gak berlarut sama ini semua."
"It's okay Bani, take your time, pelan-pelan aja ya."
Bani mengangguk lagi dan tersenyum kecil, "Makasih buna..."
"No needs sayang, sini peluk dulu!" Gue merentangkan tangan gue di depan Bani duduk di atas brangkar sebelum ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan untuk meraih pelukan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.