30

86 13 14
                                    

Bani Hanif Ashraf

Pagi ini akhirnya mbak Bina pulang, atas permintaannya dan atas izin dokter juga dengan syarat, mbak Bina masih harus check-up berkala. Gue mengantar mbak Bina pulang sendirian, gak ada para orangtua kami karena mereka menunggu di rumah, katanya sih udah disiapin banyak makanan untuk makan-makan bersama sekalian merayakan kepulangan gue dan mbak Bina. Gue pulang dari kabur gue ke Jogja, mbak Bina pulang dari rumah sakit. Ibu bilang makan-makan itu juga sekalian jadi syukuran atas semua masalah yang berhasil kami lewati.

Tapi ada satu hal yang para orangtua belum tau, yakni tentang keputusan isteri gue. Gue gak yakin mereka setuju atau nggak, tapi mbak Bina kekeuh untuk melakukannya. Sehingga sepulangnya dari rumah sakit, kami gak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke satu tempat dulu.

Bisa tebak apa?

Iya. Pengadilan.








Gak deng... bohong.

Gue dan mbak Bina akan pergi ke rumah tahanan, tempat Jeff di tahan.

Sampai di sana gue terus menggenggam tangan mbak Bina, gak gue lepas barang sedikit pun karena yang akan kami hadapi ini Jeff, orang yang pernah punya niat jahat sama isteri gue, ya meskipun pergerakan Jeff tentu diawasi oleh petugas, tetap aja, gue harus berjaga-jaga memasang badan untuk mbak Bina.

"Ngapain kalian?" Tanya Jeff ketika dia sudah ada di hadapan kami.

"Ada yang mau gue omongin, Jeff," jawab mbak Bina.

"Itu semua kerjaan mama. Gak ada campur tangan gue ya! Gue udah gak peduli!" Balas Jeff cetus.

"Apa aja yang lo tau tentang semua yang dilakuin nyokap lo?" Mbak Bina bertanya.

"Ngerusak hubungan kalian? Tapi kalian masih bisa dateng ke sini berdua, berarti mama gagal. Hahaha... padahal gue udah bilang sama mama, berusaha ngancurin pernikahan lo berdua cuma buang tenaga, bucin tolol kayak lo berdua cuma bisa dipisahin sama kematian, makanya gue selalu saranin buat abisin salah satu dari kalian tapi mama selalu gak berani!"

Gue melotot medengar dia bicara begitu dengan enteng, "JEFF, JAGA BICARA LO!"

"Kalem anjir, bercanda! Gue cuma lucu aja sama cara receh Mama, dia bahkan bayar buzzer buat nyerang kalian, eh kalian berdua apa salah satu dari kalian ya? Gue lupa dan gak peduli juga sih! Jadi kalo kalian minta pertanggung jawaban gue, gue gak ngapa-ngapain, jadi mending kalian pergi aja deh!" Gue terkejut ketika Jeff menyebutkan buzzer untuk menyerang kami, apa ramainya hujatan di sosmed gue itu ulahnya tante Anin? Dan apa itu juga yang membuat mbak Bina memutuskan hal besar ini?

"Jeff, gue udah mutusin buat lepasin perusahaan. Setelah ini mungkin gue akan ngomong sama tante Anin. Gue cuma minta tolong sama lo, setelah lo keluar, urus perusahaan itu yang bener. Jangan bikin usaha kakek kita sia-sia!"

Jeff yang tadi acuh sekarang keliatan mulai tertarik, melihat itu gue memakinya dalam hati.

Cuih, gak peduli.. gak peduli... aslinya emang masih mupeng

"Beneran lo mbak?"

"Iya, tapi tolong juga... lupain masalah di antara kita, mari kita hidup masing-masing. Jujur, gue udah gak berharap keluarga kita bakal balik baik-baik aja, karena itu emang gak pernah terjadi dari awal. Kalian udah nyimpan benci dan dendam sama gue, kalian berusaha menghancurkan gue, oke... gue terima, gue maafkan, tapi tolong.... abis ini udah ya. Gue tau lepasin perusahaan buat lo dan tante Anin gak bisa menebus nyawa bokap lo yang pergi gara-gara gue, tapi Jeff.... gue udah capek..., gue cuma mau hidup tenang, kalo menurut lo ini belum cukup, dan lo minta dikeluarin lebih cepat, gue juga akan usahakan itu."

Echoes (Bina & Bani 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang