Vote dulu ya!!!
****
Bani Hanif Ashraf ya
Hari ini hari minggu, baik gue dan mbak Bina tentu aja libur kerja sehingga kita masih bisa peluk-pelukan di atas kasur bahkan sampai jam 9 pagi ini karena Keenan juga lagi dibawa nginep sama mama setelah dinner semalam, jadi sekarang kita bisa punya waktu buat berduaan dan bermalas-malasan ria kayak sekarang. Isteri gue aja bahkan belum mau membuka matanya dan masih asik memeluk pinggang gue dengan kakinya seolah gue adalah bantal guling ternyamannya.
"Sayang... masih ngantuk?" Tanya gue sambil menyisir rambutnya yang tergerai ke belakang dengan jemari gue.
"Heem...." mbak Bina cuma membalas dengan gumaman dan sepertinya gak berniat sedikit pun untuk membuka mata.
"Udah jam 9," ucap gue lagi, setelah itu isteri gue pun mengulat sebelum membuka matanya perlahan yang langsung gue sapa dengan senyum lebar.
"Jadi gak mau sarapan bubur di luar?" Iya gue bukan tanpa maksud membangunkan dia, karena semalam dia bilang kalau kepingin bubur ayam yang ada di dekat SMA gue dulu, tempat bubur ayam yang pernah gue datangi sama mbak Bina kalau kalian ingat, memang semenjak itu mbak Bina jadi suka minta ke sana, katanya bubur ayamnya enak.
"Iya..." dengan suara parau mbak Bina menjawab gue, dia bangun dari tidurnya, mengikat rambutnya, dan gue kira dia akan segera turun dari kasur tapi ternyata dia cuma pindah posisi, gue ketawa ketika mbak Bina malah tengkurap di atas tubuh gue, otomatis gue pun melingkarkan tangan di pinggangnya agar dia gak jatuh.
"Bentar ya... 5 menit lagi aja," ucapnya lalu dengan nyaman malah memejamkan matanya lagi dengan posisinya di atas gue. Gue gak protes, jarang-jarang kan mbak Bina ini manja, biasanya kan gue duluan yang gelendotan begini ke dia. Jadi mendapati hal langka seperti ini, tentu gue sangat menikmatinya.
"Dedeknya ketindih gak bun?" Tanya gue mengingat mbak Bina lagi hamil."Nggak kok, belum segede itu."
"Ya udah bobok lagi aja, buburnya buka sampe jam 11 kok."
"Gak akan habis kan?"
"Nah kalau itu gak tau."
"Hu.... masih mau peluk, masih ngantuk juga," racau mbak Bina. Ya Allah kesambet apa ini isteri gue tiba-tiba clingy begini.
Gue terkekeh gemas seraya mengusap punggungnya, "Iya sayang peluk aja sepuas kamu."
"Gak jadi aja deh makan buburnya."
"Loh kenapa?"
"Tiba-tiba males."
Gue terkekeh dalam hati mensyukuri karena gue juga mendingan dipeluk begini terus dari pada keluar buat makan bubur, "Ya udah lanjut bobok aja, aku peluk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes (Bina & Bani 2)
FanfictionEach tragedy, each echo, shatters their fragile peace, plunging them into a relentless cycle of grief and guilt.