24

94 13 19
                                    

Bani Hanif Ashraf

Tidur semalam adalah tidur ternyenyak gue dalam 1 bulan ini. Gimana enggak? Gue bisa meluk lagi dua kesayangan gue setelah sekian lama. Di puk-puk sama isteri gue adalah hal yang paling gue rindukan, sampai waktu gue mendapatkan darinya, gue nyaris menangis lagi. Cengeng banget gue buset. Katain aja plis, tapi emang semenjak menikah sama mbak Bina, gue jadi lebih mudah untuk menunjukan perasaan gue, gue udah sangat sulit untuk menyembunyikan perasaan gue, makanya itu juga kan yang buat gue kabur, gue selalu gagal untuk menyimpan sedih atau sakit gue pada mbak Bina hingga ia juga ikut sedih dan sakit yang gue gak mau lihat darinya, tapi setelah pergi, gue juga akhirnya disadarkan bahwa mbak Bina bisa jauh lebih sedih dan sakit kalau gak ada gue. Itulah yang sayangnya terlambat gue sadari.

Tapi malam tadi gak sampe nangis beneran kok, berkaca-kaca aja sedikit, kayak ada perasaan lega karena akhirnya ada yang lepas juga dari diri ini setelah 1 bulan menggerayangi gue, ya apalagi kalau bukan rasa kangen sama isteri dan anak gue?

Bisa peluk dan cium mereka berdua masih kayak mimpi, gue bahkan baru bisa tidur di jam 12 malam karena sibuk natap mereka berdua, gue takut kalau gue tidur pas kebangun lagi ternyata ini cuma mimpi dan mereka gak ada lagi di pelukan gue.

Hingga pagi menjelang, gue bisa menghembuskan napas lega karena ini bukan mimpi, gue benar-benar sudah ada bersama mereka. Pagi-pagi gue lihat mbak Bina yang duduk di atas kasur, kayaknya dia juga baru bangun.

"Subuhan yuk?" ajak mbak Bina sambil tersenyum. Oh ternyata baru subuh.

Gue membalas senyumannya dan mengangguk.

Kami pun melakukan ibadah subuh bersama.

"Kamu tidur malem ya?" Selepas itu, isteri gue bertanya saat ia sedang merapikan peralatan ibadahnya.

"Lumayan."

"Kalau susah tidur kamu jangan main handphone ya! Mending baca buku aja, semalem juga kamu ngerokok sih, aku kan udah bilang kurangin Bani," gue tersenyum aja mendengar kerewelan isteri gue yang akhirnya gue dengar lagi, tapi gue kira tadi dia mau tanya, kenapa gue gak bangunin dia kalau gue gak bisa tidur, karena itu yang biasa ia tanyakan kan.

"Aku gak main handphone, aku cuma liatin kalian berdua aja," jawab gue.
"Tumben kamu gak minta aku bangunin kamu kalau gak bisa tidur, bun," tambah gue lagi ingin tahu.

"Aku yakin itu juga bukan pilihan kamu karena ada si adik, aku gak boleh ikut tidur malem," balasnya dan jujur... itu bikin gue bangga karena memang benar, harusnya memang begitu.

"Good!"
"Jangan ikut-ikut tidur malem juga, aku yang bakal tidur lebih awal buat temenin kamu tidur."

"Bener ya?"

"Iya sayang."

"Soal rokok denger aku gak tadi?"

Oh iya soal rokok.

"Gak enak tau ciuman sama orang abis ngerokok!"

"Semalem kelupaan bun, tapi abis itu kan aku gosok gigi baru kita lanjut!"

Iya, semalem tuh gue gak bisa nahan diri buat mencium mbak Bina, mbak Bina pun iya-iya aja karena gak tau kalau gue abis ngerokok, ciuman deh tuh beberapa detik tapi abis itu gue di dorong suruh sikat gigi.

Selama ini beberapa kali gue mencium mbak Bina setelah merokok, gue tau itu kurang bagus, tapi kadang suka kelupaan, karena kalo gue udah pegang rokok itu kan berarti gue ada di suasana hati yang kurang baik ya, dan biasanya abis ngerokok selalu aja berakhir ke mbak Bina juga, jadi kadang suka kebablasan cium doi, makanya tiap ngerokok biasanya gue selalu bawa air putih buat at least kumur-kumur dulu karena bibir gue emang lenjeh banget suka cium-cium mbak Bina ataupun Keenan, hehe...

Echoes (Bina & Bani 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang