The Sunset is Beautiful isn't It

106 11 1
                                    

🎼⬆️: Ichiko Aoba: A Hill Of The Moon

Happy reading.

"Apa? Memangnya aku melakukan seperti apa yang kau lakukan saat ini? Kau harusnya tidak melakukan hal seperti itu, kau tahu tidak kau itu sudah besar dan sudah mempunyai seorang suami? Harusnya kau tahu mana yang salah dan mana yang benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa? Memangnya aku melakukan seperti apa yang kau lakukan saat ini? Kau harusnya tidak melakukan hal seperti itu, kau tahu tidak kau itu sudah besar dan sudah mempunyai seorang suami? Harusnya kau tahu mana yang salah dan mana yang benar."

Aku mengepalkan tanganku erat mencoba menahan amarahku. Si brengsek ini mulai lagi.

Telingaku terasa panas mendengarkan ocehan Rui, ketika aku melihat mulutnya yang terus berbicara itu rasa ingin mencabik-cabik bibirnya terus menghantuiku.

Aku menangkup bibir Rui dengan kelima jariku. "Apa kau sudah selesai berbicara hah?!." ucapku dengan nada kesal.

"Memangnya aku seperti itu karena siapa memangnya? Karena kau asal kau tahu itu!. Aku tidak akan melakukannya jika saja perasaan-perasaan aneh itu tidak terus muncul."

"Dan kau mengataiku tidak dewasa begitu? Bahkan kau sendiri juga sama halnya denganku! Apanya yang suami hah? Memangnya kau menganggap ku sebagai istrimu? Tidak kan, jadi untuk apa aku menganggap mu sebagai suamiku."

"Dasar pria brengsek sialan!." Kini aku memelintir bibir Rui sekuat tenaga.

"Kau sedang apa ha?."

"Apa?."

"Lagi, kau melototiku seperti itu. Disini yang salah kau atau aku sebenarnya?."

Aku mengedipkan mataku, mulutku menganga dan mataku melotot. Apa? Aku berimajinasi liar lagi?.

Bagaimana bisa aku berpikiran seperti itu, sepertinya aku benar-benar sudah gila. Stres.

"Apa sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu?."

Aku menatap Rui. "Iya, aku salah. Kau benar aku sudah salah." ucapku.

"Bagus kau menyadari kesalahanmu itu."

Sepertinya aku harus menjauhi Rui mulai sekarang. Aku berjalan meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan Rui yang meneriaki ku.

"Oy! Kau mau kemana? Deluna!."

Aku masih terus berjalan tanpa mempedulikannya, sampai aku masuk kedalam rumah.

"Anu pangeran, apa kami sudah boleh pergi?." tanya salah satu prajurit dengan hati-hati.

"Angkat ini ke tempatnya seperti biasanya. Masih saja bertanya." ucap Rui dengan nada kesal.

The Other Side of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang