Promise

91 12 8
                                    

🎼⬆️:Once Upon a December

Happy reading!!.

"Jangan menangis, kau jadi tambah jelek saat menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan menangis, kau jadi tambah jelek saat menangis.."
Rui tersenyum kearahku sebelum akhirnya dia menutup matanya.

"Tidak...tidak, Rui aku mohon bangunlah!."

"Cepat bersiap ke kereta kalian masing-masing! Kita berangkat sekarang." Alaric berteriak memerintahkan para kusir.

Dengan cepat Alaric dan Wilhelm memapah tubuh rapuh Rui kedalam kereta.

Lagi-lagi seperti ini, seseorang terluka karena aku. Kenapa aku begitu ceroboh?.

Kami kembali memulai perjalanan dengan kecepatan penuh agar cepat sampai di istana. Setelah lama menempuh perjalanan akhirnya kami sampai di Kerajaan Theodore.

Langsung kami bawa Rui kedalam istana dan menuju kamarnya. "Cepat panggilkan tabib!."

Beberapa pelayan mengangguk dan bergegas memangil tabib istana. Aku diam berdiri agak jauh dari ranjang tempat Rui tergeletak lemas.

Disampingnya Sofia memegangi tangan Rui erat, bahkan disaat-saat sekarang ini aku rasanya marah dan ingin mengutuk. Tapi apakah sekarang aku berhak melakukannya? Rui jadi seperti sekarang ini juga gara-gara aku.

Aku perlahan berjalan mendekati Rui, aku hanya ingin mengamati wajahnya itu. "Kenapa kau masih ada disini?."

Perkataan Sofia itu menghentikan langkahku. "Apa?." tanyaku, menanyakan maksud perkataannya barusan.

"Apa Rui masih ingin melihatmu saat tersadar nanti? Dia selalu terluka karena kau."
Sofia semakin mengeratkan genggaman tangannya.

"Aku yakin Rui hanya ingin melihatku saat tersadar nanti, lebih baik kau pergi dari sini."

Tanganku mengepal erat, aku tidak bisa menyalahkan perkataan Sofia karena yang dikatakannya itu semuanya benar adanya. Akulah penyebab Rui terluka, akulah yang paling bersalah saat ini.

"Baik, aku akan pergi."

Sebelum pergi aku mengamati wajah tertidur Rui itu. Maaf Rui, karena aku, kau jadi seperti ini. Pasti sakit sekali ya? Maaf.

Beberapa tabib mulai berlarian memasuki kamar dan langsung mengecek kondisi Rui. Banyak sihir dan obat-obatan dikeluarkan demi menyelamatkan nyawa Rui.

Aku hanya bisa memandangi dengan terus berdoa supaya Rui baik-baik saja. Aku perlahan berjalan mundur.

Canny memegang lenganku. "Deluna, kau yakin ingin pergi?."

Aku tersenyum kearah Canny dan melepaskan tangannya dari lenganku pelan. "Tidak apa-apa."

Dengan tersenyum getir, aku berusaha menahan air mataku agar tidak menetes. Aku keluar dari kamar ini, begitu aku melewati pintu buliran air mata meluruh membasahi pipiku.

The Other Side of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang