Bab 4 - Uncut

1.1K 34 2
                                    

Sore itu, aku sedang duduk di balkon sambil main handphone ketika dua orang ini datang. Yang satu tentu saja penghuni kos idolaku, Mas Rendy. Kaos tanpa lengan sepertinya memang jadi favoritnya untuk memamerkan otot bicep tricep yang terbentuk itu. Kali ini ia memakai jersey basket. Ada nama Rendy di punggungnya dan angka 21. Celana kolor abu-abu tak bisa menyembunyikan sesuatu menggantung di selangkangannya. Garis yang terjiplak terlihat jelas. Kuyakin laki-laki ini tak memakai celana dalam. Ah Mas Rendy ini selalu saja membuatku gila. Rasa-rasa ingin melorotin celananya.

Satu yang aku suka, laki-laki Manado ini selalu beraroma segar, entah parfum, deodoran, atau sabun yang menguar dari tubuhnya membuatku ingin mengendus-endus dan tenggelam di lipatan ketiaknya yang berbulu cukup lebat.

Mas Rendy tidak sendiri. Ia muncul di balkon bersama seseorang berambut cepak. Namanya Edi, salah satu penghuni kos Wisma Arjuna. Aku sudah beberapa kali mendengar namanya, namun baru kali ini berkenalan langsung. Posturnya tinggi dan besar dengan kulit berwarna coklat. Profil yang sangat pas dengan profesinya sebagai seorang petugas keamanan di sebuah hotel.

"Mau ikut berenang nggak?" Tanya Mas Rendy.

"Mau Mas, sekarang? Di mana?" Jawabku antusias.

Aku tak perlu berpikir lebih panjang. Pokoknya semua ajakan dari Mas Rendy akan aku iyakan. Bahkan kalau ia mau merengut keperawananku pun, aku rela. Maaf aku memang menjadi sedikit berlebihan kalau membahas tentang Mas Rendy. Tapi satu buah fakta dari diriku, di umurku yang ke-18 ini, aku masih perjaka. Jangankan berhubungan badan, berciuman saja aku belum pernah. Semua aktivitas seksual hanya sebatas fantasi dan belum terealisasi.

"Ada kolam renang dekat sini. Ajak temenmu sekalian, siapa namanya, aku lupa?" pinta Mas Rendy.

"Sandy, Mas" Jawabku.

"Okay, ntar kamu boncengan sama aku. Si Sandy dengan Mas Edi." Ucap Mas Rendy yang langsung membuatku berdebar. Rasa-rasanya aku ingin berteriak kegirangan.

Membonceng di belakang Mas Rendy membuatku bisa merasakan hangat tubuhnya. Kudekap erat pinggangnya. Kurebahkan kepalaku di punggungnya. Ku hirup dalam-dalam aroma segar yang keluar dari badannya. Sayangnya itu semua hanya wacana. Sandy sialan, lagi-lagi merusak kebahagiaanku.

"Pakai mobilku aja ke kolam renangnya." Sahut Sandy yang muncul layaknya seorang pahlawan.

Tentu saja tawaran Sandy disambut hangat oleh Mas Rendy dan Mas Edi. Tapi tidak denganku. Aku setengah hati menerima. Sandy menggagalkan harapanku untuk bisa memeluk Mas Rendy dari belakang. Meski di wajahku tersungging senyuman, namun dalam hati ku terus mengutuk usulan Sandy tadi.

Di perjalanan, aku masih heran. Kenapa Sandy memilih kos di Wisma Arjuna. Sebagai anak pejabat BUMN, tentunya bisa saja ia memilih kos yang bagus, yang ada AC dan kamar mandi dalam. Sedangkan di kos Wisma Arjuna, kami harus berbagi empat kamar mandi luar untuk sepuluh orang. Pernah suatu hari aku hampir telat kuliah pagi karena bangun kesiangan dan masih harus mengantre kamar mandi.

Kami sampai di kolam renang. Ternyata kolam renang ini satu komplek dengan sport center. Ada lapangan badminton dan fitness center di gedung sebelah. Mas Rendy dan Mas Edi merupakan member di tempat gym tersebut. Mungkin lain kali aku akan ke sini lagi dan daftar sebagai member gym. Aku pengen membentuk badan agar lebih berotot. Tidak cungkring seperti sekarang. Aku belum tahu apa dan bagaimana cara latihan di gym, tapi mungkin nanti aku bisa bertanya pada Mas Rendy.

Aku memang bukan orang yang jago dalam olahraga. Tapi berenang dan badminton adalah perkecualian. Saat SMP dulu aku pernah ikut klub badminton di sekolah. Aku juga sering berenang saat masih SD hingga SMP bersama anak-anak komplek. Sedangkan untuk olahraga tim seperti basket, voli, atau sepakbola aku sama sekali bodoh. Sudah mencoba saat pelajaran olahraga tapi tetap saja kaku dan aneh.

Boti-Boti ProblematikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang