Aku terbangun dalam keadaan telanjang di balik selimut. Kulihat sekeliling. Aku di kamar Mas Edi. Kepalaku sedikit pusing. Area sekitar duburku terasa perih. Aku raba. Becek. Kudekatkan jariku ke hidung untuk memastikan. Aroma yang ku kenal. Pejuh. Tidak salah lagi. Semalam Mas Edi memperkosaku.
Kulihat siluet Mas Edi duduk di pinggir jendela sambil merokok. Ia hanya mengenakan celana boxer. Ia tersenyum ke arahku ketika menyadari aku melihat ke arahnya.
"Sudah bangun, Andra?" Tanyanya.
Aku tak menjawab. Aku bangkit dari kasur untuk mencari pakaianku lantas memakainya. Aku jijik untuk melihat muka Mas Edi. Aku tak mau melihat matanya. Ada geram yang tertahan di kedua rahangku.
"Nggak usah buru-buru, Andra. Urusan kita belum selesai?" Celutuk Mas Edi.
"Maksudnya?" Tanyaku ketus.
"Masih ada ronde kedua." Sahutnya.
Aku hanya mencibir dan mendengus. Dalam hatiku, aku mengumpat. Aku tidak sudi.
"Kamu lihat ini, Andra?" Mas Edi menunjukkan ponselnya. Aku mendekat. Ia menggeser-geser telunjuknya di layar. Pada galeri ponselnya kulihat banyak fotoku telanjang. Bahkan ada juga videoku sedang diewe. Mukaku terlihat jelas sementara Mas Edi hanya terlihat kontolnya.
Aku coba merebut telepon genggam itu. Namun Mas Edi lebih sigap menghindar.
"Sekarang kamu nggak punya alasan untuk menolak tawaranku. Atau foto-foto ini kusebar biar anak kos tahu kalau kamu homo?" Mas Edi mengancamku.
"Kenapa Mas Edi, tega sama aku?" Tanyaku. Aku ingin menangis.
"Karena dari awal lihat kamu, aku sudah pengen ngewein kamu, Andra. Kulit putihmu itu nafsuin banget." Jawabnya. "Nih lihat kontolku ngaceng lagi gara-gara kamu." Ia mengelus-elus jendolan di balik celana boxernya.
"Mas Edi gay? Bagaimana kalau istri Mas Edi tahu?" Tanyaku.
"Bukan. Aku bukan homo seperti kamu. Aku cuma pengen enak-enak. Asal ada lubangnya aku bisa ngewe." Jawabnya sambil tersenyum mengejek.
Darahku mendidih. Ada kemarahan yang kutahan. Walaupun benar apa yang dia bilang kalau aku homo, namun entah kenapa aku merasa dilecehkan. Kalimat yang keluar dari mulutnya terasa merendahkanku.
"Istri Mas, tahu?" Aku bertanya lagi.
"Nggak. Istriku nggak perlu tahu. Yang penting kukirimi duit bulanan. Mau ngapain saja aku di sini terserah aku." Jawab Mas Edi, angkuh.
"Mas Rendy tahu?" Tanyaku. Aku mencoba mengulur waktu. Entah gimana caranya aku tak ingin ngewe dengan laki-laki bajingan ini.
"Andra.. Andra.. Di pikiran kamu itu cuma ada Rendy dan Rendy ya.. " Sahutnya. Aku diam. Mas Edi melanjutkan, "semalem saat kamu mabuk, kamu terus-terusan nyebut nama Rendy, aku jadi tahu kalau kamu itu homo."
Aku tercekat. Aku tak tahu apa saja yang kuceritakan pada Mas Edi saat ku tak sadar semalem. Seketika aku menyesal menerima ajakannya untuk minum wine.
"Kecurigaanku selama ini terbukti. Kamu suka kan sama Rendy? Kamu suka cowok kan?" Mas Edi memberondongku dengan pertanyaan. Aku tak bisa menyangkal.
"Kamu pikir Rendy itu cowok suci? Dia sama saja bangsatnya sama aku, Andra. Bedanya dia ngewe lubang memek saja. Dia belum tahu kalau lubang silit Andra ini juga enak diewe." Sahut Mas Edi sambil tertawa kencang.
"Aku balik ke kamar ya, Mas.." Aku memohon.
"Nggak bisa, Andra. Kamu pengen anak-anak kos tahu kalau kamu homo? Kamu pengen Sandy tahu kalau kamu homo? Kamu mau diusir dari sini?" Lagi-lagi Mas Edi mengancamku.
![](https://img.wattpad.com/cover/373159054-288-k215012.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boti-Boti Problematik
RomanceAndra yang mulai menjalani kehidupan sebagai mahasiswa baru mulai menemukan jati dirinya. Untuk pertama kalinya ia hidup merantau jauh dari orang tua. Di kota yang baru itulah, Andra mulai menyadari bahwa ia bukan seperti laki-laki pada umumnya yang...