Bab 12 - Percobaan Kedua

1K 29 0
                                    

Hari hampir tengah malam dan aku terjaga dari tidurku. Dion tertidur dengan tangan melingkar di pinggangku. Kami tidur hanya mengenakan celana dalam setelah upaya melepas keperawananku yang gagal. Entah kenapa merasakan hangat sentuhan tubuh Dion pada kulitku membuat nafsuku bergejolak. Aku tak bisa mengendalikan ketegangan di bawah pusarku.

"Dion.. " Pelan ku memanggil namanya.

"Iya, Ndra.." Dion merapatkan pelukannya kepadaku.

"Udah tidur?" Tanyaku.

"Iya, kenapa?" Dion berusaha membuka matanya. Kemudian mendekapku lebih erat sambil menciumi keningku.

"Aku pengen.." Jawabku.

"Pengen apa?" Kali ini kedua matanya sudah benar-benar terbuka. Ia tersenyum seperti biasa.

Kadang ku bertanya-tanya, apakah Dion ini pernah marah? Karena ia selalu tersenyum dengan tatapan mata yang meneduhkan. Susah untuk tidak luluh padanya.

"Pengen dimasukin ini." Tanganku menyelinap di balik selimut. Kemudian mendarat di tonjolan celana dalamnya. Kontolnya masih tertidur.

"Tadi katanya sakit?" Tanya Dion.

"Dicoba lagi yuk.." Pintaku.

Dion mengangguk. Kemudian ia duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Diturunkan celana dalamnya kemudian tangannya mulai mengocok penisnya.

"Sini bantuin dulu. Isep putingku ya." Dion memberikan intruksi. Aku pun menurut.

Sepertinya titik rangsangan Dion memang ada pada putingnya. Baru sebentar aku mengisap kedua putingnya secara bergantian, kontol Dion langsung mengacung dengan keras. Dia lantas memasang kondom dan melumurinya dengan pelicin.

"Kamu yang di atas ya, biar bisa ngrasain udah pas atau belum masuknya.."

Aku mengikuti kata Dion. Aku bangkit dan mulai jongkok menghadap Dion. Kulumuri lubangku dengan gel pelicin. Pelan kupegang kontolnya yang sudah mengeras itu. Kurasakan ujung kontol sudah menyentuh lubangku. Kemudian kuturunkan pantatku. Pelan-pelan ku merasakan kontol Dion mulai masuk. Kali ini lebih lancar. Aku bisa mengontrol masuknya batang Dion tanpa rasa kesakitan yang berlebihan.

"Gimana? Masih sakit" Tanya Dion.

"Dikit tapi enak" Jawabku malu-malu.

Aku pun mulai bergerak ke atas dan bawah. Mencoba mengikuti film bokep yang pernah kutonton. Dion membantu memegangi pantatku. Penisku ikut menegang melihat ekspresi wajah Dion yang keenakan. Sesekali matanya terpejam. Sesekali ia melenguh. Paha Dion ikut bergoyang mengikuti iramaku.

"Ndra, lubangmu sempit banget. Enak. Rasanya seperti dijepit. Argh.." Dion meracau.

Aku makin bernafsu. Kucoba membuat variasi gerakan yang lain. Kadang cepat. Kadang lambat. Sesekali maju. Sesekali mundur. Ternyata seperti ini rasanya bersetubuh. Aneh tapi nikmat. Seperti ada benda asing yang memenuhi lubang analku, tapi aku suka. Setiap gesekan membuatku keenakan. Susah untuk dijelaskan.

Sambil menikmati service yang kuberikan. Dion ikut menjaga gairahku. Ia memilin-milin putingku. Ditariknya tubuhku kemudian diisap pentilku. Puas dengan tubuhku, ia beralih ke leher dan wajahku. Diciuminya bibirku dengan brutal. Lidahnya menggeliat di dalam mulutku. Aku merasakan kenikmatan dari segala arah.

Peluh Dion mulai bercucuran. Badannya berkilatan karena keringat. Sepertinya ia tak sanggup lagi untuk menahan. Dia angkat pantatku. Kemudian bertumpu dengan tumit kakinya, ia menggenjotku. Seolah ia ingin memasukkan penisnya lebih dalam. Bunyi-bunyi kecipak dua tubuh yang bertemu tak mampu diredam. Termasuk juga rintihan-rintihanku tak bisa kukontrol lagi.

Ada perasaan cemas kalau kamar sebelah terganggu oleh keributan kami di tengah malam. Namun bodo amat, kami sudah telanjur terbawa nafsu.

Kurasakan ujung kontolnya menekan prostatku. Kepala penisku mengembang seperti mau meledak karena ereksi yang begitu kuat. Selama Dion memompa aku turut mengocok kontolku. Hingga aku tak kuat lagi menahannya.

"Dion.. Aku mau keluar.. Aku mau keluar.." Seruku.

"Keluarin aja Ndra." Gerakan Dion naik turun makin cepat.

Dan crot. Pejuhku berceceran di dada dan perut Dion. Luar biasa. Baru kali ini kurasakan kenikmatan seperti ini.

Tapi itu belum selesai. Dion belum mencapai puncaknya. Dia membaringkan tubuhku. Diangkat satu kakiku. Kembali dimasukkan kontolnya ke lubangku. Sekarang penis itu masuk dengan mudah. Seperti keris yang masuk ke wadahnya. Aku pun tak merasa kesakitan. Dari samping Dion menusukkan kontolnya tanpa ampun. Tangannya meremas-remas dadaku. Bibirnya mencium leher dan bibirku bergantian.

"Oh shit.. Fuck.. Enak banget Ndra..." Jujur aku seperti melihat sosok Dion yang berbeda. Baru kali ini aku mendengar ia mengumpat.

Dion melempar-lemparan pinggulnya lebih kencang ke arah bokongku. Aku hanya bisa pasrah. Remasan tangan Dion di dada dan pahaku terasa lebih kuat. Kurasakan lubang pantatku lebih penuh. Kontolnya terasa lebih besar. Beberapa kali terasa ada kedutan diiringi suara lenguhan Dion.

"Arghhh.. Aku keluar Ndraa.. Arghh.. Arghh" Ucap Dion tersendat-sendat. Kemudian ia rebah di sampingku. Kontolnya keluar dan kulihat kondomnya penuh berisi pejuh. Buru-buru ia melepas, membungkus dengan tisu, lalu membuangnya ke keranjang sampah.

"Makasih ya.. " Kata Dion. Ia kembali menghampiriku di kasur lalu menciumku. Aku pun membalasnya. Pengalaman yang tak akan pernah kulupa. Aku merasa telah memasuki satu fase baru dalam hidupku. Aku telah dewasa.

Kami sempat mengulangi persetubuhan kami satu kali lagi setelah bangun tidur. Ada yang membuatku geli. Dion sempat mandi junub dulu kemudian salat subuh setelah itu baru mengeksekusiku lagi. Maksiat jalan tapi salat jangan ditinggal, katanya.

Sebenarnya aku masih ingin menghabiskan hari bersama Dion di hotel ini. Namun hari Minggu ini, Dion harus membantu mengurus penginapan milik Pakdhenya karena ada karyawan yang libur. Sehingga kami harus check out pagi hari. Sialnya aku bertemu seseorang di lobby hotel.

"Andra, kok kamu ada di sini?" Ada Mas Rendy yang menghampiriku di sofa lobby.

Ia sepertinya juga habis menginap di hotel ini. Sial. Dari sekian banyak tempat di dunia ini, kenapa kami harus bertemu di hotel ini. Bagaimana kalau ia curiga?

"Oh iya, ada temen kami dari luar kota yang nginep di sini." Jawabku berbohong ketika Dion datang menghampiri kami setelah mengurus check out di front office. Mas Rendy hanya mengangguk-angguk.

"Mas Rendy ngapain di sini?" Tanyaku. Cepat ku mencoba mengalihkan perhatian Mas Rendy.

"Biasaa.. Urusan orang dewasa.." Jawabnya. Ia hanya tersenyum nakal.

Di sampingnya ada perempuan baru lagi. Bentuknya tidak kalah seksi dari Ica yang diewe di kosan waktu itu. Memang seperti inilah Mas Rendy. Laki-laki dengan kontol berkulup dan pecinta memek.

Yang Mas Rendy tidak tahu, teman kos yang dikira anak kecil ini juga baru melakukan aktivitas orang dewasa. Aku buru-buru pamit, tak ingin rahasiaku dan Dion terbongkar.

(Bersambung)

Boti-Boti ProblematikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang