Bagian VIII

541 90 8
                                    

Update lagi karena akan hiatus hingga seminggu. Selamat membaca, selamat menunggu update selanjutnya hingga satu minggu, ILY all 😛

Cinta sibuk mengerjakan laporan koasnya. Namun, pikirannya tidak benar-benar berada di laporan tersebut. Berulang kali ia melirik ponselnya, berharap ada pesan masuk dari satu orang tertentu. Sudah hampir satu jam ia melakukan itu.

Namun, untuk apa orang itu menghubunginy? Ia tidak sepenting itu. Ucap Cinta pada dirinya sendiri, berusaha untuk tidak berharap.

Di saat ia mulai kembali hanyut pada laporan-laporan itu, ponselnya bergetar. Jantung Cinta berdetak lebih kencang: semoga bukan promo atau iklan dari provider kartu SIM-nya. Satu pesan WhatsApp masuk, dari nomor yang tidak dikenal.

From: 08xxxxxxxxxx

Hai, Cinta, ini Pansa.

Maaf kalau malam-malam mengganggu, cuma ingin mengabari kamu kalau dua hari lagi saya balik ke Jogja. Saya juga nggak tahu kenapa pamit ke kamu.

Cinta memikirkan segala kalimat untuk membalas pesan tersebut. Belum sampai kalimat di otaknya tersusun dengan sempurna, Pansa mengirim satu pesan lagi

Mungkin besok ada waktu? Mau keluar sama saya, nggak? Ngopi atau sekadar jalan pagi di alun-alun.

Eh,tapi tergantung shift-mu. Saya ngikut aja.

Cinta mengigiti kuku ibu jari tangan kirinya. Ada kegembiraan membuncah yang dirasakannya. Namun, di saat yang bersamaan ada kekecewaan yang juga hadir.

Ia masih memikirkan kalimat yang tepat untuk membalas pesan tersebut. Besok ia mendapatkan shift malam, masuk pukul delapan malam, biasanya ia akan bangun saat zuhur.

Cinta masih mengigit kukunya, tanpa sadar mulai berdarah. Dibalasnya pesan tersebut dengan perasaan gugup, seolah akan membalas pesan dosen pembimbing, Namun, saking gugupnya, ia lupa belum menyimpan nomor WhatsApp Pansa.

To: 08xxxxxxxxxx

Hai, Kak

Boleh....

Besok aku shift malam, jam 8. Mungkin bisa keluar pagi

From: 08xxxxxxxxxx

Kamu, pulang jam berapa? Nggak capek kalau keluar pagi?

Pansa benar, begitu ia sampai posko, Cinta akan langsung tidur. Hanya sempat untuk cuci kaki. Ganti baju pun jarang. Cinta memikirkan waktu yang tepat. Ia tidak boleh gegabah, mengambil jatah tidurnya, tetapi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

Kenapa pula Cinta sangat ingin jalan dengan Pansa? Cinta sendiri tidak tahu alasannya kenapa ia begitu bersemangat.

To: 08xxxxxxxxxx

Habis zuhur?

From: 08xxxxxxxxxx

Panas. Kota ini panasnya tanpa angin, bikin mau marah.

Habis asar saja? Sekitar jam 4?

Kamu tinggal di mana? Nanti saya jemput, sekalian antar kamu ke RS

Kuku Cinta semakin pendek. Namun, ia tidak merasakan bahwa dagingnya mulai terasa perih. Logikanya belum menyadari hal itu,

To:08xxxxxxxxxx

Jam 4 bisa

Kakak nggak perlu jemput aku

From: 08xxxxxxxxxx

Di Kehidupan Lain, Mari Jatuh Cinta LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang