Suara sepatunya menggema di koridor hotel yang sepi. Meskipun koridor ini dilapisi dengan karpet, tetapi langkah kakinya masih terdengar samar-samar. Cinta berhent di kamar nomor 308. Diketuknya pintu itu dua kali. Kurang dari 10 detik, pintu itu terbuka menampilkan Pansa yang tersenyum cerah.
"Hai, kamu sudah datang. Sini masuk." Pansa mempersilakan Cinta. Yang lebih muda menuruti ajakan Pansa.
Cinta berdiri sambil memainkan jemarinya, menunggu Pansa menutup pintu. Begitu pintu itu tertutup, Pansa membalikkan badannya, lalu Cinta menyerangnya dengan sebuah pelukan.
Pansa terhuyung, hampir jatuh. Namun, dengan sigap ia membalas pelukan Cinta.
"Kangen banget, ya? Maaf, ya, harusnya aku yang nyamperin kamu."
Cinta melepaskan pelukannya, menatap Pansa. "Siapa yang bikin aturan begitu?"
"Kamu pulang kerja, pasti capek."
"Kamu juga habis dari Tangerang."
Pansa tesenyum gemas, Cinta kini telah pandai mendebatnya.
"Ke sini naik apa?"
"Mobil."
"Dari Jogja?" Cinta menatap Pansa penuh kekhawatiran
Pansa meraih kedua tangan Cinta, menuntunnya untuk duduk di tempat tidur. "Nggak, dari Tangerang. Ke Tangerang-nya naik kereta."
"Teman Kakak nggak ada yang bisa nyopirin?"
"Aku ke Tangerang sendiri, Ta. Cek proyek. Kalau semuanya ke Tangerang, kantor nggak ada yang jaga."
"Nggak harus ke Tangerang semua, kan?"
"Karyawan kantorku cuma dua, Samuel dan Ricky. Sisanya tukang."
"Maaf, aku baru tahu.
"Sudah makan malam?"
"Belum. Nggak sempat, tadi dari rumah sakit langsung ke sini."
"Padahal makan dulu saja nggak papa, Ta."
Cinta cemberut, menatap Pansa penuh kemanjaan. Pansa balik menatap Cinta dengan wajahh penuh kebingungan. Tidak juga menemukan apa yang dimaksud Cinta, Pansa kembali memeluk gadis mungil itu.
"Makan, yuk. Aku tadi beli nasi padan dibungkus. Tapi, cuma satu. Makan sepiring berdua, yuk." Pansa melepaskan pelukannya ditatapnya wajah Cinta. Cinta mengangguk. Menyetujui ajakan Pansa.
"Kakak dari Tangerang naik apa?"
"Nyewa mobil. Mau nyamperin kamu, nggak enak kalau nggak bawa mobil, barangkali kita mau keluar." Pansa duduk di lantai, kemudian membuka bungkusan nasi padang yang telah ia beli. Cinta ikut duduk di lantai, di hadapan Pansa.
"Berarti besok pas mau balik ke Jogja, ke Tangerang dulu?"
Pansa mengangguk, mulutnya penuh dengan nasi Padang. Kemudian ia menyodorkan sesendok nasi Pada Cinta. Cinta melahapnya tanpa berpikir panjang tanpa ada adegan tersipu.
"Jangan capek-capek, Kak."
"Di Jakarta ada dua proyek. Aku harus nengok dua-duanya, jadi mau nggak mau nyewa mobil."
"Nggak ada bagian khusus yang ngecek lapangan?"
"Kami belum punya manager proyek. Jadi selama ini cuma aku atau Samuel yang cek proyek. Kalau lokasinya jauh banget biasanya cek bareng, biar bisa gantian bawa mobil."
"Kak, kesehatan jantungmu.." belum sempat Cinta merampungkan ucapannya, Pansa buru-buru menyela.
"Aku minum obat rutin, Ta. Aku juga udah jarang jogging, paling jalan kaki biasa biar badan tetap fresh. Jangan dipikirin baget, nanti malah kamu yang capek."

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kehidupan Lain, Mari Jatuh Cinta Lagi
FanficMilk x Love Indonesia AU Pada kehidupan lain, mari jatuh cinta lagi. Jika kita reinkarnasi berkali-kali, berkali-kali pula aku ingin jatuh cinta lagi denganmu. Entah berakhir bersama, atau berakhir yang sama. Aku akan selalu jatuh cinta denganmu.