"apa Langit sudah mendapatkan sekolahnya disini?" Ucap Steven untuk memecahkan suasana.
"Sudah dan sudah dapat les juga"
"Ah bagus, pasti tuan Samuel sangat memfasilitaskan yang terbaik untuk langit"
"Iya, karena papa sangat menyayangi langit"
"Apa kamu baru tiba di Indonesia?" Tanya Steven.
" ya Aku baru saja tiba kemarin malam dan hari ini berniat setelah meeting untuk menemani langit bermain di beberapa rekomendasi permainan yang anak itu inginkan"
"Lalu bagaimana tadi dia bisa ilang?"
"Restoran itu begitu ramai saat langit ingin makanan yang dia inginkan, akhirnya dia mengantri bersama Janelle namun langit tiba-tiba saja menghilang, dan dia kesulitan untuk menemui keberadaan aunty-nya"
"Benar, pengunjung di restoran tersebut begitu banyak membuat langit pasti sangat kesulitan untuk menemui aunty-nya"
Keadaan apartemen tersebut begitu sangat canggung, dua manusia berbeda gender itu benar-benar larut dalam pikiran mereka masing-masing, terus meminum alkohol yang berada di hadapan mereka membuat keduanya sedikit mabuk.
"Bagaimana kehidupanmu selama ini Maggie?"
"Baik-baik saja, bahkan jauh lebih baik saat langit hadir"
"Baguslah"
"Kalo kamu?" Tanya maggiera dan menoleh ke arah Steven.
"My life is flat, there is nothing fun and I just enjoy my life" ucap Steven sambil menatap maggiera.
Keduanya saling menatap satu sama lain, mereka hanya sedikit mabuk namun tatapan keduanya yang saling menatap lebih memabukkan. Jarak diantara keduanya sangat dekat membuat Steven perlahan mendekat ke arah maggiera, saling merasakan nafas satu sama lain saat wajah itu mulai mendekat.
Ciuman yang diberikan oleh Steven sangatlah tiba-tiba membuat maggiera terkejut , namun wanita itu sama sekali tidak dapat menolak apa yang diberikan oleh Steven, dirinya tak menginginkan ciuman itu namun gejolak di hatinya membuat maggiera tak mampu menghentikan Steven , bahkan maggiera saat ini memejamkan matanya dan mengalungkan tangannya.
Nghhh ahhh
Sebuah desahan keluar begitu saja dari mulut maggiera, saat Steven menurunkan ciuman itu ke lehernya, membuka kancing baju maggiera secara perlahan hingga menampakkan sebuah payudara yang sangat besar bahkan tidak muat jika dirinya genggam.
"Maaf" ucap Steven sambil menatap maggiera.
"Tidak apa" ucap Maggiera.
Steven membuka seluruh baju yang ia gunakan beserta celana yang ia pakai, membuat maggiera tidak berkedip saat ia kembali melihat sebuah benda panjang dan tumpul yang seakan siap memangsa untuk menggempur dirinya. Steven seakan mengerti oleh tatapan yang diberikan oleh maggiera, membantu Maggiera membuka seluruh pakaian yang menutupi dirinya, namun saat steven kembali untuk menyerang dirinya maggiera menahan dada laki-laki itu.