18. Jeno? 🔞

1.6K 139 8
                                    

Haechan memperhatikan anak pertamanya dengan seksama. Mulai dari garis wajahnya, bulu matanya, hidung dan pipinya, hingga bibir tipisnya. Haechan melihat Woojin sebagai perpaduan antara Jeno dan dirinya. Kelak, semoga saja, Haechan bisa dipertemukan kembali dengan Woojin. Haechan sangat berterima kasih pada Tuhan karena diberi kesempatan untuk merawat sang anak dari masa depannya. Harapan Haechan, semoga Tuhan tetap mempersatukannya dengan Jeno dan Woojin untuk waktu yang tidak ada batasnya.

"Sayang, belum tidur?" Jeno mengusap kepala Haechan, dia terbangun sebab isakan tangis kekasihnya yang cukup terdengar.

"Jen.. aku takut," lirih Haechan, masih dengan memperhatikan Woojin yang tidur di tengah-tengah mereka.

"Apa yang buat kamu takut?"

"Woojin pergi dari aku."

Jeno mengusap air mata Haechan dengan lembut. "Jangan takut. Aku bakal berusaha buat kita bisa kembali bersama di masa depan. Tolong, jangan sedih lagi ya?"

"Pengen peluk Jeno," ujar Haechan.

Jeno pun beranjak dan pindah ke sebelah kekasihnya, membawa sang terkasih masuk ke dalam pelukan. Membisiki kata-kata manis dan juga penenang agar Haechan bisa tidur.

"Aku minta maaf," kata Haechan. "Aku udah cengeng banget hari ini."

"Kamu nangis karena sayang sama Woojin. I know that, baby," balas Jeno.

Setelah Haechan tidur dengan napas yang teratur, Jeno kembali pindah ke sisi Woojin. Jeno mengecup pelipis Haechan dan Woojin secara bergantian.

Tuhan, maafkan Jeno.

02.20 KST

Haechan terbangun saat pintu kamar terbuka di tengah malam. Matanya mengerjap menatap bayangan seseorang yang masih buram. Yang Haechan tahu, orang itu bertubuh jangkung dan kurus. Haechan terkejut saat orang itu mendekat dan mengelus kepalanya.

"Lo siaㅡ"

Orang itu membekap mulutnya dengan tangan. Haechan beranjak dari kasur, berniat menonjok orang itu jika saja dirinya belum sadar. Mata Haechan membola.

Haechan mengangguk saat orang itu menyuruhnya diam dengan gerakan tangan. Setelahnya mulut Haechan dilepaskan dari bekapan.

"J-Jeno?" lirih Haechan seraya menatap tidak percaya. Tangannya menyusuri rahang orang yang disebutnya Jeno. Rahang itu sangat tajam, pipinya pun sangat tirus, serta tubuhnya terlihat sangat kurus. "Ini kamu, Jeno?"

Orang itu mengangguk dan tersenyum. "Halo, Haechan. Apa kabar?"

Haechan menggigit bibir bawahnya. Senyum Jeno masih sama, manis dan membuat mata sipitnya menghilang. Yang Haechan sesali, mengapa tubuh Jeno sangat kurus? Apakah Haechan sedang bermimpi?

"Jangan digigit," kata orang itu sambil mengusap bibir bentuk hati milik Haechan.

"K-kamu beneran Jeno?"

"I miss you so bad, Haechan," ujar orang itu tanpa membalas pertanyaan Haechan. Dengan lirih, dia berkata, "Maafin aku. Maaf karena udah jadi suami yang buruk. Haechan, aku kangen. Boleh aku peluk kamu?"

Tanpa ragu Haechan merentangkan tangannya, membawa orang itu masuk ke dalam dekapan.

"Hangat, Chan," kata orang itu. Setelahnya dia mengeratkan pelukan dengan Haechan. Tangan kanannya memegang kepala Haechan, sementara bibirnya berbisik lirih di telinga sang kekasih, "Sayang, aku amat sangat menyesal gak bisa jaga kamu. Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Haechan. Maaf, maafin aku."

Haechan mengusap punggung orang itu, memberi tepukan penenang. "Are you from the future, Jeno?"

"I am, Haechan, Jeno dari masa depan. Aku dateng untuk nemuin kamu, untuk minta maaf.. dan untuk bawa anak kita pulang."

Are We Gay? || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang