Pagi kesekian kalinya Haechan menetap di asrama Dreamies. Beruang itu masih lelap tidur, sementara si samoyed sudah bersiap-siap untuk jadwal pemotretan lagi. Setelah Jeno sakit beberapa hari, sekarang lelaki itu harus kembali melakukan tanggung jawab, atau mungkin konsekuensi. Ya, yang saat itu dia menerima banyak tawaran karena Haechan pergi.
"Eungh, Jen? Mau ke mana?"
Jeno mendekat dan mencuri sebuah kecupan dari lelaki manisnya. Membuat sang empu mendorong Jeno sebab baru bangun.
"Kemeja kamu lecek tuh."
"Nanti dibalut jas kok. Kamu bangunnya tumben siang terus? Capek ya?" Jeno kembali merapikan kemeja seraya bercermin.
Haechan menghela napas. Memang, semenjak Woojin pulang membuat Haechan kembali ke rutinitas dulunya, bangun siang, marah-marah, dan kebiasaan lain yang lelaki itu lakukan sebelum ada Woojin.
"Gapapa, kamu belum ada jadwal. Istirahat aja, sayang."
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Haechan lalu beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi.
"Belum. Biasanya juga gak sarapan kalo aku kerja."
Setelah selesai, Haechan menghampiri Jeno untuk menjewer telinganya.
"Aduhh! Akh! Kenapa tiba-tiba dijewer?"
"Mulai sekarang wajib sarapan! Kamu sakit gara-gara makan gak teratur tau gak?!"
"Iya, sayang. Aku sarapan."
Haechan membantu Jeno memasangkan dasi, meskipun dominannya juga bisa melakukan itu, tapi Haechan ingin saja membantu.
"Makasih," ucap Jeno setelah dasi dan jasnya dipakaikan oleh Haechan. Setelahnya Jeno hendak pergi sebelum Haechan menarik jasnya.
"Ciuman dulu."
Jeno terkekeh. Dia pun menarik pinggang ramping Haechan agar mendekat. Setelahnya labium mereka berpagutan untuk waktu yang cukup lama. Sekarang Haechan memang super duper clingy pada Jeno. Padahal dulu Haechan sendiri yang tidak mau terlalu dekat.
"Zhong Chenle! Bangun!" Kini Haechan sudah berdiri di kamar Chenle dan Jisung. Member lumba-lumba itu masih asik bergelung di bawah selimut. Beginikah kerjaan anak itu setiap di rumah? Pantas saja selalu terlambat jika ada jadwal.
"Haechan hyung berisik banget, siiihhh." Bukannya bangun, Chenle malah menutup telinganya dengan bantal.
"Bangun atau gue siram air panas?"
"Tega amat!" Chenle langsung beranjak mendengar ancaman sang hyung. Walaupun dia tau Haechan tidak mungkin benar-benar menyiramnya, tapi tetap saja dirinya takut.
"Tolong ini masih pagi, jangan berantem."
"Tuh, Jaem. Chenle harusnya hubungin ahjumma buat masak tapi malah asik tidur. Jeno mau berangkat tau bentar lagi."
"Lo hubungin sendiri kan bisa."
Jeno meraih tangan Haechan sebelum mereka semakin ribut. Dia tau Haechan masih sedih, dan cara menutupinya adalah dengan selalu mengajak ribut para member.
"Aku bisa sarapan di luar aja sekalian berangkat. Jangan ribut ya?" Jeno mengusap punggung Haechan dengan lembut. "Kayaknya siang aku udah pulang. Nanti aku jemput terus kita jalan-jalan. Kamu dandan yang cantik."
Haechan tersenyum kala mendengar ajakan Jeno. Dia pun mengangguk dan memeluk kekasihnya sebelum berangkat. "Have a nice day, Jeno."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Gay? || Nohyuck
FanfictionBxB | mpreg | fiksi, fiksi, fiksi | idol life | harsh words | 18+ | cr on pinterest Nohyuck slight Jaemle ㅡ Haechan menemukan anak laki-laki berusia 5 tahun di depan asrama ilichil dengan sepucuk surat. Anak itu memanggil Haechan dengan sebutan papa...