13. Pacaran

3K 223 7
                                        

Jeno menggenggam tangan Haechan bahkan hingga mereka sampai di dalam rumah Jeno. Hal itu membuat seorang wanita dan anak kecil yang sedang bermain di sana terkejut juga bahagia. Tandanya, Jeno dan Haechan sudah bersama kan?

"Akhirnya ayah sama papa pacaran!"

"Hey, masih kecil udah tau pacaran. Aduuhh, gimana sih kalian berdua didiknya," omel mamanya Jeno.

"Aku udah 5 tahun, nenek. Bukan anak kecil."

Jeno dan Haechan tertawa mendengar jawaban anak mereka. Umur lima tahun itu masih tergolong anak kecil padahal.

"Keliatannya Woojin sama nenek udah akrab banget nih?" Haechan berjongkok dan mencubit gemas pipi anaknya.

"Udah dong, aku itu kayak papa, ekspet!"

"Ekstrovert, sayang, bukan ekspet," ujar Haechan membenarkan perkataan sang anak.

"Iya itu, hehe."

Jeno mengusak surai Woojin. "Kamu main sama papa dulu ya, ayah mau ngobrol sama nenek."

Woojin mengangguk, begitu pun Haechan setelah Jeno berpamitan juga dengannya. Kini pemandangan Jeno dan Haechan yang seperti pasangan suami-suami membuat mamanya Jeno terlihat senang bercampur terharu. Sungguh, satu hal yang wanita itu inginkan hanyalah melihat Jeno hidup bersama keluarganya nanti. Dan sekarang beliau bisa melihatnya secara langsung dalam waktu yang lebih cepat.

"Mau ngobrol apa, anak ganteng mama?" tanya sang mama setelah mereka duduk jauh dari Haechan dan Woojin, meskipun dua orang itu masih berada dalam jangkauan mereka.

"A-anu, ma.."

Jeno gugup, bingung ingin bercerita dari mana.

"Pelan-pelan aja," kata sang mama.

Jeno mengangguk. "Sebelum itu, mama restuin aku sama Haechan kan?"

"Loh, pasti dong, sayang. Liat kamu sama Haechan lovey-dovey aja mama gak larang. Udah pasti mama kasih restu. Apalagi Haechan anak baik dan berbakti sama orang tua. Bonusnya, Haechan itu cantik, manis, dan bisa masak."

Jeno tersenyum, dia senang mendengar pujian mamanya untuk Haechan.

"Bisa ngasih cucu yang gemesin juga kayak Woojin," imbuh wanita itu.

"Kenapa mama ngiranya Woojin cucu mama?" tanya Jeno.

"Dari kecurigaan aja sih, Woojin mirip banget sama kamu dan Haechan. Manggilnya juga ayah sama papa. Bukti besar banget kan kalo dia anak kalian?"

Jeno mengangguk membenarkan. "Dia anak pertama aku sama Haechan. Ini aku mau cerita, entah mama mau percaya atau nggak."

"Iya, kenapa?"

Jeno pun menceritakan semuanya, mulai dari Woojin yang pertama kali ditemui oleh Haechan hingga mereka tahu kebenaran dari surat yang dibawa oleh sang anak. Jeno tidak melewatkan setitik pun kejadian yang menimpa mereka bertiga. Tentu, respons sang mama awalnya tidak percaya. Namun setelah dipikir ulang, banyak hal yang membuat wanita itu akhirnya percaya. Salah satunya Woojin yang kini sudah berusia 5 tahun, dan keberadaannya yang terasa nyata di dalam rumah ini.

14.00 KST

"Ma, aku sama Haechan dan Woojin pamit pulang ya." Jeno sudah berdiri di halaman rumah, bersama dua orang yang akan dibawa pulang, serta sang mama yang berdiri berlawanan.

"Tante, Haechan pamit ya. Makasih udah ngejamu Haechan sama Woojin. Maaf kalo kami ngerepotin tante."

"Sama sekali nggak, mama seneng kalo kalian dateng ke rumah. Rumah ini terbuka selalu buat kalian. Jangan sungkan buat ke sini ya kalo seandainya kalian butuh tempat istirahat."

Are We Gay? || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang