"Sayang, jangan marah lagi dong. Ayo kita sarapan dulu. Mau aku bawain ke sini aja makanannya?"
Jeno membujuk Haechan yang marah karena semalam dia tak mengeluarkannya di dalam. Jeno belum bisa melakukan sekarang. Jeno tak mau Haechan terkena masalah. Tapi karena itu Jeno jadi didiamkan oleh Haechan.
"Sayang, masih marah ya?"
Haechan berdecak pelan. Jeno ini tidak peka apa gimana sih? "Pantat aku sakit, Jeno! Gimana aku bisa bangun? Kamunya berdiri doang gak bantu apa-apa. Ini aku beneran marah lagi nih?"
Jeno mengerjap. "Eh, maaf, sayang. Aku kira kamu masih marah. Kalo gitu aku gendong ya."
Haechan mengangguk malas.
"Mandi dulu, semalem kan cuma dilap aja badan kamunya."
"Bantu mandiin.." cicit Haechan gemas. Padahal dia ingin menggoda Jeno lagi di tempat kecil itu. Haechan tidak akan berhenti sampai Jeno mau menyetujui permintaannya, bikin Woojin sampai berhasil.
Selesai mandi dan tetek bengeknya, yang mana Haechan tak berhasil menggoda Jeno, Haechan memaksa jalan sendiri walaupun sakit. Alasannya sih Haechan malu jika orang tua Jeno melihatnya digendong. Malu sekali pokoknya.
"Nak Haechan sakit?" Mama Lee bertanya saat melihat jalan Haechan yang terkesan pelan dan berhati-hati. "Jeno main kasar ya semalem?"
EH?! APA INI?
Haechan menggaruk tengkuknya, ternyata tetap saja ketahuan, membuat Haechan malu dan takut diomeli wanita itu.
"Kamu ini gimana sih, Jen." Yang justru Mama Lee mengomeli anaknya bukan Haechan.
"Mama apaan deh, sok tau banget." Jeno tak terima.
"Tau kok, orang mama lewat kamar kalian pas lagi adegan dewasa."
Jeno membolakan matanya begitu pun Haechan. Rona merah muncul di pipi si cantik karena benar-benar malu tingkat dewa. Apalagi Haechan semalam sangat binal terhadap Jeno. Semoga saja Mama Lee bukan melihat di bagian itu.
"M-maaf, ma." Haechan menunduk. Baru saja datang lagi ke rumah ini, dia sudah membuat masalah.
Mama Lee membantu Haechan duduk pelan-pelan. Wanita itu tidak marah pada Haechan. Meskipun awalnya sedikit terkejut karena dia yakin Jeno baru pertama kalinya melakukan itu, terlebih lagi di rumah sendiri.
"It's okay, sayang. Mama gak marah. Tapi beneran Jeno gak main kasar kan? Kalo iya, mama biarin anak itu tidur sendiri nanti malem."
Ucapan mamanya membuat Jeno mendengus pelan, dia pun duduk di depan Haechan untuk sarapan. Ayah Jeno sudah lebih dulu berangkat. Biasalah, petinggi perusahaan yang amat sangat sibuk.
"Nggak, ma," ujar Haechan malu-malu. "I-ini pertama kalinya buat Haechan, jadinya..sakit.."
Mama Lee mengangguk dengan kekehan. Lucu sekali calon mantunya ini. "Abis makan diobatin ya." Lalu menoleh ke arah sang anak. "Jeno, kamu ambil salep di mama nanti, bantu Haechan."
🐶🐻
"Sshhh. Pelan-pelan, Jenh."
"Aahhh, dingin."
"Bentar, Jenhh. Aku belum siap."
"Engghhh, sakithh!"
Jeno bisa gila mendengar lenguhan Haechan di posisi seseksi ini. Padahal dia hanya sedang mengoleskan salep di anal Haechan sesuai perintah mamanya. Oke, tenang, Jeno itu anak yang sabar dan bisa menahan diri. Buktinya bertahun-tahun dia bisa menahan perasannya pada Haechan. Masa menahan beberapa menit saja tidak bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Gay? || Nohyuck
FanfictionBxB | mpreg | fiksi, fiksi, fiksi | idol life | harsh words | 18+ | cr on pinterest Nohyuck slight Jaemle ㅡ Haechan menemukan anak laki-laki berusia 5 tahun di depan asrama ilichil dengan sepucuk surat. Anak itu memanggil Haechan dengan sebutan papa...