9. Blank Paper

2.1K 182 9
                                    

Haechan membawa Jeno dan Woojin masuk ke asrama Ilichil. Beruntungnya ada Haechan yang tidak mengikuti tur konser sehingga mereka bisa datang ke sana, meskipun sebelumnya Haechan meminta izin dahulu pada hyungdeul.


"Kita ke sini mau ngapain, pa?" Woojin bertanya, anak itu belum diberitahu sebelumnya.

Haechan mendudukkan Woojin di sofa, lalu mengusap kepala anaknya dengan sayang.

"Woojin inget gak waktu dateng ke papa bawa kertas yang mirip surat?" tanya Haechan. Sementara Jeno memperhatikan keduanya dari sofa seberang.

Woojin berpikir sejenak.

"Oh! Iya, aku inget, pa. Itu suratnya ditulis sama ayah terus aku diminta bawain ke sini."

Jeno mengernyit. "Ayah yang nulis ya?"

Woojin mengangguk dengan mantap.

"Terus Woojin simpen suratnya di mana waktu itu?" tanya Jeno.

Lagi-lagi Woojin nampak berpikir.

"Kamar papa kayaknya? Aku lupa.." cicit anak itu.

Jeno beranjak dan mengelus surai Woojin, lalu pergi dengan Haechan menuju kamar lelaki itu, meninggalkan sang anak yang dibiarkan bermain di ruang tamu.

"Gue coba cari di lemari, lo di sekitaran kasur sama nakas ya," ujar Haechan.

"Oke."

Jeno dan Haechan pun sibuk dengan pencarian surat yang entah isinya apa. Jeno mengangkat bantal, selimut, juga menyibak sprei, nihil. Kemudian Jeno membuka laci nakas dan mendapati cukup banyak kertas yang ditumpuk di sana.

"Warnanya apa?" tanya Jeno, dia clueless.

"Putih, seinget gue."

Jeno menghela napas, sebab di laci tersebut semua kertasnya berwarna putih. Tapi jika itu surat, kertasnya pasti dilipat kan? Jeno pun mulai memeriksa satu per satu kertas di laci.

Sementara Haechan, dia mencari di laci lemari, di sudut-sudut dalam lemari, juga memeriksa di tumpukan baju. Agaknya peluang untuk disimpan di lemari terlalu kecil, karena tinggi lemari saja melebihi tinggi anaknya.

"Haechan," panggil Jeno membuat si pemilik nama menghampiri.

"Ketemu, Jen?"

"Ini suratnya?" Jeno membuka lipatan kertas yang bersih. Hanya itu satu-satunya kertas yang mencurigakan. Sisanya kertas berisi coretan atau print-an. Kertas yang Jeno pegang pun lebih tebal dari kertas biasanya, dengan ukuran yang cukup besar dan dilipat berkali-kali.

"Kayaknya iya ini yang gue liat, tapi kok kosong ya?" tanya Haechan.

Jeno pun bingung, dia bertanya-tanya untuk apa Jeno di masa depan menyuruh Woojin membawa kertas kosong?

OH!

"Gue tau harus apa," ujar Jeno lalu membawa Haechan dan Woojin pergi dengan kertas yang dilipatnya kembali.

"Kita mau ke mana dah?" Haechan bertanya setelah memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang, sementara Woojin di kursi belakang.

"Rumah gue. Lo inget gak, Chan, gue punya pulpen yang kalo nulis tintanya transparan dan tulisannya cuma bisa dibaca pake lampu UV?" balas Jeno seraya mengendarai mobilnya melewati tol.

"Ah, iya gue inget. Kemungkinan lo nulis pake pulpen jenis itu?" Haechan memperhatikan kertas kosong yang sekarang berada di tangannya. Sesekali dia mengangkat kertas itu untuk diterawang dengan sinar matahari, ada UV-nya kan? Hehe.

Are We Gay? || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang