21. Cara yang Berbeda

1.2K 141 13
                                    

"Woojin.."

"Woojiinn.."

"Woojin! Jangan tinggalin papa!"

Jaehyun menggerakkan tubuh Haechan agar bangun. Kegiatan pagi Jaehyun terganggu sebab Haechan berteriak dalam tidurnya. Sudah berhari-hari adiknya itu bermimpi tentang Woojin. Berhari-hari pula Haechan terbangun dengan kondisi yang menyedihkan.

"Haechan-ah, bangun," ujar Jaehyun sambil mengusap lembut kepala sang adik. Keringat memenuhi kening Haechan, membuat Jaehyun mengelapnya dengan tisu yang tersedia di kamar mereka.

Perlahan Haechan membuka mata, mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar. "Hyung, Echan mimpiin Woojin lagi.."

Jaehyun mengangguk, anak itu semakin manja sekarang. "Enggak apa-apa, Echan udah berusaha dengan baik. Mau hyung panggil Jeno ke sini?"

Haechan menggeleng, dia tidak mau bertemu Jeno. Haechan benci saat hanya dirinya yang merindukan Woojin. Haechan marah pada Jeno.

"Ya udah, ayo bangun, kita sarapan sama hyungdeul," ajak Jaehyun. "Ohh.. Mark juga khawatir sama Echan. Nanti ngobrol sama Mark ya? Dia kan hyung sekaligus temen Echan yang paling deket."

Haechan mengangguk. "Iya, hyung."

Setelah sarapan bersama Ilichil hyungdeul, kini Haechan sudah duduk di kamar Mark. Lelaki itu memberikan senyuman manis pada sang leader Dreamies. "Mark hyung khawatir sama gue ya?"

Fyi, setiap hari Haechan menerima banyak energi positif dari member Ilichil. Haechan sebagai maknae Ilichil tentunya membuat para hyung lebih protektif dalam menjaganya. Mulai dari pola makan, hingga banyak aktivitas positif lain yang tentunya bisa menjaga kesehatan Haechan. Walaupun setiap diajak olahraga oleh Johnny, Haechan dengan lesu melakukannya, tapi setidaknya itu membuat para hyung senang karena Haechan mau keluar dari kamar. Tidak seperti di asrama Dreamies yang setiap hari kerjaannya bergelung di bawah selimut.

Mark menatap Haechan dengan sebal. Anak itu jika dikhawatirkan pasti jadi besar kepala. "Enggak tuh, gue cuma khawatir sama Jeno aja. Samoyed gue lagi ngapain ya sekarang."

"Dih, telfon aja lah kalo khawatir. Lo mah emang jahat sama gue, hyung. Selalu nolak keberadaan gue. Padahal kalo gue gak ada, lo juga yang kesepian," ujar Haechan sambil bersidekap dada.

"Ngambek nih?" ledek Mark seraya menarik Haechan untuk duduk di sebelahnya. "Sini, cerita sama gue."

Haechan menaikkan alisnya, apa yang ingin Mark dengar darinya?

"Kenapa lo tiba-tiba minta Taeyong hyung jemput ke asrama Dreamies? Ada masalah sama Jeno?"

"Tempat tinggal gue kan emang di sini, sama kayak lo."

"Tapi lo sendiri yang minta manajer hyung buat pindahin lo ke asrama Dreamies, kenapa balik lagi?"

Haechan menatap Mark dengan sendu. "Di sana banyak kenangan sama Woojin, hyung. Gue gak kuat kalo terus-terusan di sana."

"Jeno? Gimana sama Jeno?" tanya Mark.

"Bahkan dia gak sedih waktu Woojin pulang. Cuma gue, hyung, cuma gue yang ngerasa kehilangan!" emosi Haechan.

"Chan.. loㅡ"

"Udah, hyung. Gue gak mau denger apa-apa tentang Jeno. Seratus persen gue yakin Jeno baik-baik aja di sana. Lo liat sendiri jadwal modeling dia, setiap hari ada aja kegiatannya. Biarin dia seneng-seneng sama kerjaannya."

Mark menghela napas saat Haechan beranjak dari kamarnya. Anak itu memang keras kepala. Haechan hanya melihat dari satu sisi saja, tidak mau bersusah payah melihat sisi lainnya.

Are We Gay? || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang