Jeno dan Haechan berhasil membuat tulisan di kertas putih itu timbul. Benar, menggunakan lampu UV seperti yang Jeno bilang. Isi suratnya cukup panjang, menceritakan kisah di masa depan yang membuat Woojin datang ke masa kini.
Mari kita lompat ke masa depan, tepatnya lima tahun dari sekarang.
Seoul, 2029
Saat di mana Jeno dan Haechan sudah tidak lagi terikat kontrak dengan agensi mereka. Sebenarnya sudah hampir 4 tahun yang lalu, diawali dari hengkangnya Haechan akibat hamil sehingga tidak bisa meneruskan kegiatannya di dunia hiburan. Sementara Jeno menyusul satu tahun kemudian ketika anak pertama mereka lahir.
Saat ini, Haechan sibuk meng-handle toko kue yang didirikannya satu tahun yang lalu, toko kue Haechan cukup besar dan sangat terkenal. Sementara Jeno mengambil pekerjaan di perusahaan ayahnya. Yang awalnya menjadi pegawai magang hingga akhirnya Jeno diangkat menjadi direktur oleh sang ayah.
"Jeno ke mana sih gak bisa dihubungin?" Haechan frustrasi, masalah di tokonya cukup membuat Haechan pusing, ditambah lagi dengan Jeno yang tak kunjung mengangkat telfon atau membalas pesan. Padahal Haechan ingin mengingatkan Jeno untuk menjemput Woojin, yang saat ini berusia tiga tahun, di rumah mamanya.
Omong-omong, Woojin sering menginap di rumah mamanya Jeno karena keinginan beliau. Hitung-hitung menjaga anak itu saat Jeno dan Haechan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Akhirnya Haechan memutuskan untuk menjemput Woojin sendiri, setelah lama sekali Jeno tidak bisa dihubungi.
Haechan memijat keningnya yang sakit, mobil yang dibawanya sudah memasuki jalan tol menuju Gyeonggi-do, rumah orang tua Jeno.
Perlu kalian tahu, bukan hanya pening yang mengganggu perjalanan Haechan, melainkan masalah di jantungnya juga. Haechan seringkali mengalami palpitasi lagi akhir-akhir ini. Jantungnya berdetak keras jika dia memaksakan dirinya untuk bekerja atau sekadar berpikir mengenai masalah-masalahnya.
Nahas, sekarang jantung Haechan menjadi ikut nyeri.
Dan di jalan tol itu, Haechan membelokkan setirnya, berniat istirahat. Sayangnya, dia menabrak pembatas jalan saat nyeri di dadanya semakin menyerang. Entah, Haechan tidak ingat sejak kapan palpitasi jantung membuat nyeri. Tapi sepertinya itu bukan karena palpitasi.
Di lain sisi, Jeno baru saja keluar dari ruang meeting sebab ada pertemuan dadakan dengan klien. Jeno merogoh ponselnya yang dia letakkan di saku. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, dan seharusnya Jeno menjemput Woojin dua jam yang lalu.
Puluhan pesan masuk dan missed call dari Haechan beriringan muncul di notifikasinya. Jeno hendak menelfon balik dan meminta maaf. Namun niatnya urung ketika pesan terakhir dari Haechanㅡatau orang lain yang mengetiknyaㅡyang menginformasikan bahwa Haechan mengalami kecelakaan.
Jeno buru-buru menekan tombol dial, tersambung.
"Halo? Haechan? Kamu di mana, sayang?" Jeno bertanya seakan orang yang mengangkat panggilannya adalah Haechan dan berharap berita itu tidak benar adanya.
'Maaf, saya dari pihak rumah sakit, pasien atas nama Lee Haechan sedang di ruang IGD. Apakah Anda bisa datang dan mengurus administrasi?'
Ya, pihak rumah sakit sudah menghubunginya sebab Jeno adalah orang terakhir yang Haechan hubungi. Apalagi nama kontak Jeno di ponsel Haechan sangat kentara bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Dengan frustrasi dan rasa bersalah yang menyelimuti, Jeno bergegas pergi ke rumah sakit ketika orang di seberang sana memberikan informasi mengenai lokasi rumah sakit. Rasa bersalahnya semakin besar mengetahui lokasi itu berada di antara Seoul dan Gyeonggi-do. Haechan nekat pergi dan menjemput Woojin sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Gay? || Nohyuck
FanfictionBxB | mpreg | fiksi, fiksi, fiksi | idol life | harsh words | 18+ | cr on pinterest Nohyuck slight Jaemle ㅡ Haechan menemukan anak laki-laki berusia 5 tahun di depan asrama ilichil dengan sepucuk surat. Anak itu memanggil Haechan dengan sebutan papa...