Jaemin sibuk memakan sarapannya, ditemani Renjun yang baru selesai mencuci piring. Keduanya berbicara ringan sambil memperhatikan dua bocah yang bermain di ruang tamu, Chenle dan Jisung.
"Berhenti, Jaem, mau sampe kapan?" kata Renjun tanpa mengalihkan pandangannya ke Chenle.
"Gue gak akan berhenti."
Renjun berdecak. Jaemin samanya keras kepala dengan Chenle jika menyangkut hal ini. "Kalo suka, dibaikin bukan dimarahin mulu."
Jaemin tersenyum simpul. Benar, Jaemin menyukai orang manis yang sedang dilihatnya sekarang. Sudah sejak lama, tapi Jaemin tidak berani memperlihatkan langsung.
"Kenapa?" Renjun kembali bertanya.
"Ternyata dia lucu kalo lagi ngambek. Biasanya santai aja hidupnya, tapi semenjak jadi keras kepala yang bener-bener keras kepala, lucu."
"Anaknya tantrum mulu sekarang gara-gara lo."
Jaemin terkekeh, meskipun sulit membujuk Chenle tapi tidak apa.
"Tadi mereka bedua ngobrol. Kemungkinan Chenle suka juga sama lo."
Jaemin tersedak mendengar ucapan Renjun barusan. "Seriusan lo?"
"Sana lah pastiin sendiri, hahaha."
Jaemin mendengus lalu fokus kembali dengan sarapan dan objek pandangnya.
🐶🐻
"Aduh, kayak pengantin baru aja jam segini baru turun," sindir wanita paruh baya yang kini sedang memperhatikan Jeno dan Haechan.
"Maaf kalo Haechan baru turun, tan, jadi gak bantu siapin sarapan deh," balas Haechan sambil tersenyum kikuk.
"Enggak apa-apa, sayang, udah biasa juga tante masak sendiri. Justru tante seneng karna masakan tante ada yang makan selain papanya Jeno."
"Papa udah berangkat ya?" Jeno bertanya.
"Papa kamu kan ngantor, rutin berangkat pagi dong. Nanti kalo kamu punya kerjaan kayak papa juga pasti ngerasain," kata sang mama.
"Aku kan udah kerja, jadi idol, ngapain harus kerja kantoran coba?" Jeno teringat dengan surat kemarin, kenapa pula dia harus kerja di kantor papanya kalau bisa tetap menjadi idol?
"Iya iya, cari uang yang banyak dari profesi kamu sekarang. Biar nantinya bisa menikmati hasil kerja keras sambil nyantai di rumah."
"Iya, mamaku sayang," balas Jeno lalu mengecup pipi sang mama.
"Sana sarapan, berdua aja gapapa ya, Haechan?"
Haechan tersenyum. "Enggak apa-apa, tante. Makasih udah dimasakin."
Setelahnya Haechan menoleh ke arah Woojin yang sibuk menonton kartun Shinchan, favoritnya mereka berdua. "Woojin udah mam, sayang?"
"Udah, papa," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.
Haechan mengerjapkan mata, khawatir sang calon mama mertua mendengar ucapan Woojin. Sementara Jeno tidak begitu menghiraukan, dia segera menarik Haechan untuk ke ruang makan.
"Jen, mama lo denger gak ya?" bisik Haechan setelah keduanya duduk.
"Mau denger atau enggak, itu gak masalah, Chan. Mama biasa aja tuh liat." Jeno menunjuk sang mama yang bersikap biasa-biasa saja.
"Semoga aja deh," balas Haechan meskipun masih ada sedikit kekhawatiran.
Jeno mengusap punggung tangan Haechan yang hendak mengambil nasi. "Jangan takut, gak ada yang perlu ditakutin kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Gay? || Nohyuck
FanficBxB | mpreg | fiksi, fiksi, fiksi | idol life | harsh words | 18+ | cr on pinterest Nohyuck slight Jaemle ㅡ Haechan menemukan anak laki-laki berusia 5 tahun di depan asrama ilichil dengan sepucuk surat. Anak itu memanggil Haechan dengan sebutan papa...