Vote and comment juseyo
•••"Hadeh, yang punya hajatnya baru dateng," sahut Jaemin ketika Jeno dan Haechan menapaki ruang tamu.
"Sini, Chan, kuenya sisa dikit nih sama anak-anak lo dimakanin."
"Ndakk. Aku sisain buat papa kok, ini masih ada 5 potong. Dua buat papa, dua buat ayah, satu buat aku," kata Woojin menyanggah ucapan Renjun.
"Loh, aku juga mau lagi! Kamu tadi udah makan banyak ya, Woojin." Chenle memasang wajah kesal dengan suaranya yang imut, mirip seperti anak seumuran Woojin.
"Aku juga!" imbuh Jisung. "Aku baru makan satu potong loh."
Jeno dan Haechan pun tertawa melihat keributan tiga anak itu, meskipun hanya Woojin yang betulan anak-anak.
Sementara Jaemin dan Renjun tidak menghiraukan, mereka sudah kebal karena sejak awal ketiganya sudah ribut masalah pembagian kue. Jika diomeli, justru anak-anak itu yang akan lebih galak.
"Udah udah, jangan berantem lagi. Semuanya kebagian." Haechan mendudukkan dirinya di depan mereka bertiga, disusul Jeno.
"Satu buat Chenle, satu buat Jisung, dan satu buat Woojin. Sisanya buat papa sama ayah," kata Haechan sambil membagikan satu per satu potongan kue.
"Asiikk! Makasih, papa!"
Haechan mengangguk lalu mengusap gemas kepala Woojin. Lucu sekali dia. Dipikir-pikir anak itu lebih ceria saat di asrama Dreamies daripada di Ilichil. Mungkin karena di sini Woojin memiliki paman yang sikapnya seperti anak-anak, siapa lagi kalau bukan Chenle dan Jisung. Membuat ketiga anak itu tiba-tiba langsung klop. Beda kalau di asrama Ilichil, kumpulan bapak-bapak yang jokes-nya tidak nyambung dengan anak muda.
"Beneran udah kayak orang tua aja lo, Chan," celetuk Renjun.
"Ya gimana, di hari-hari gue sekarang ada anak kecil yang ngerecokin. Jadi pelan-pelan gue belajar cara komunikasi yang baik sama anak-anak."
"Salut banget gue."
"Keren kan?" tanya Haechan pada Jaemin yang tadi memujinya.
"Iya, udah pantes jadi papa."
"Tinggal Jeno aja nih, dia masih belum terbiasa sama anak-anak. Keliatan kaku banget masa, hahaha."
Jeno tersenyum sambil memperhatikan Haechan yang mengomentari sikapnya.
"Ajarin makanya," kata Jeno.
"Lo bisa perhatiin gue kalo lagi ngobrol sama Woojin, nah nanti lo bisa tiru. Atau kalo gak bisa ya gapapa, nanti terbiasa sendiri kayak gue."
"Oke, noted."
"Nikah aja lah lo berdua," ujar Renjun yang sedikit gemas melihat interaksi mereka.
"Masih terikat kontrak sama agensi, bro." Malah Jaemin yang menjawab.
"Kayaknya gak ada larangan nikah gak sih di kontrak?" sahut Jeno.
"Gas, Jen. Nyusul Chen sunbaenim yang udah nikah."
Renjun dan Jaemin masih asik mencomblangi keduanya, sementara Jeno hanya menjawab seadanya dan Haechan berpura-pura tidak mendengar.
"Huh, kenyangnya.."
Haechan terkekeh melihat Woojin mengelus perut kecilnya. Haechan segera membereskan meja setelah kuenya habis.
"Papa, tolong ambilin minum boleh?" tanya Woojin ketika Haechan sudah berdiri. Anak itu memang sopan, Haechan jadi senang dan juga bangga.
"Boleh, sayang. Bentar ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Gay? || Nohyuck
FanficBxB | mpreg | fiksi, fiksi, fiksi | idol life | harsh words | 18+ | cr on pinterest Nohyuck slight Jaemle ㅡ Haechan menemukan anak laki-laki berusia 5 tahun di depan asrama ilichil dengan sepucuk surat. Anak itu memanggil Haechan dengan sebutan papa...