11. Unofficial

2.1K 155 9
                                    

Woojin terbangun setelah dirinya merasa nyenyak tidur semalaman. Dilihatnya sang ayah dan papa masih lelap sambil berpelukan. Tepatnya kepala Haechan menghadap ke dada Jeno. Sementara Jeno melingkarkan tangan kanannya di pinggang Haechan juga satu kakinya yang menindih kaki Haechan. Pemandangan yang jarang Woojin temui di masa kini.

Perlahan Woojin turun dari kasur, mencuci muka di wastafel kamar mandi, lalu pergi tanpa membangunkan orang tuanya. Biar saja mereka berduaan, apalagi setelah mengetahui kebenaran di masa depan.

Suara langkah kaki yang ringan membuat mamanya Jeno menoleh ke arah tangga. Beliau sedang asik duduk di ruang tamu setelah memasak sarapan.

"Eh, Woojin, udah bangun, sayang? Ayah sama papa kamu mana?"

Anak itu mengerjapkan matanya, kaget karena sang nenek memanggil Jeno dan Haechan dengan sebutan ayah dan papa. Tidak lama setelahnya Woojin tersenyum.

"Masih bobo, nek," balas Woojin.

"Kayaknya mereka kecapekan. Sini, sayang, mau sarapan?" Wanita itu menggandeng Woojin sampai ruang makan.

"Kakek sama nenek udah sarapan?"

"Udah, sayang, kakek juga udah berangkat ngantor."

"Makasih, nenek," kata Woojin setelah sang nenek menyimpan piring berisi makanan.

"Makan yang banyak ya. Oh, kamu suka makanan pedes atau enggak?"

Woojin menggeleng. "Enggak." Mulutnya dipenuhi oleh makanan.

"Satu selera sama ayah kamu berarti," balas senyum wanita itu.

🐶🐻

"Engghh."

Haechan membuka matanya karena terganggu dengan pergerakan Jeno.

"Jangan usil, Jen," kata Haechan, dirinya masih mengantuk.

Namun Jeno tidak menghiraukan, dia terus asik mencubit pipi gembul Haechan.

"Jeno, aish."

"Gemes, Chan. Boleh cium gak?"

Mata Haechan membola lalu kepalanya dibawa untuk mendongak.

Cup

Jeno mengecup kening Haechan.

Cup

Lanjut ke pipi kanan dan kiri si manis.

Cup

Beralih ke hidungnya.

Cup

Dan terakhir sampai di bibir bentuk hati milik Haechan.

Jeno masih menempelkan bibir tipisnya di sana, sementara Haechan terdiam kaku. Aneh, harusnya Haechan bisa menolak, mengapa tubuh itu tidak bisa diajak kerja sama?

Perlahan Jeno menarik wajahnya, lalu tersenyum seraya menatap lelaki manis di depannya. Jeno memeluk Haechan, membawa lelaki itu masuk ke dalam dekapan.

"Gue mau liat lo setiap hari sampai seterusnya. Jadi tolong jangan pergi. Mulai sekarang gue bakal ada di samping kalian buat jagain lo, Woojin, dan mungkin anak kedua kita nanti."

Haechan meneguk ludahnya. Hatinya berdesir. Bahkan perutnya serasa dipenuhi oleh kupu-kupu.

"Jen?"

"Iya, Haechan?"

"Are you falling in love with me?" tanya Haechan dengan sangsi.

Jeno tersenyum sebelum menjawab, "Yes, I am. Honestly, I still love you, Chan."

Are We Gay? || NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang