45. Berproses Bersama.

3.3K 378 18
                                    

Asha menatap penampilannya di depan cermin. Baju gamis berwarna hitam sudah melekat indah di tubuhnya, memperlihatkan sisi anggunnya, yang selama ini jarang terlihat. Pagi ini Asha sedang merias wajahnya dengan sedikit make up, karena pagi ini ia berencana ingin keluar rumah dengan Bian. Mereka ingin datang ke sebuah kajian seorang ustadz yang cukup terkenal, untuk memperdalam ilmu agama mereka. Siapa yang menawarkan diri untuk mengikuti kajian? Bukan Asha, melainkan Bian. Sangat Masyaallah, bukan?

Ceklek.

Asha mengalihkan pandangannya ketika melihat Bian keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggang suaminya itu. Lelaki itu memang mandi paling akhir, agar dia tak menunggu isterinya make up terlalu lama.

"Masyaallah, cantik banget sih, isteri aku pakai baju gamis kayak gini," ucap Bian memuji Asha.

"Terimakasih, By," ucap Asha dengan senyuman di bibirnya.

"Sama - sama, sayangku," ucap Bian sambil mencium puncak kepala Asha.

Senyuman terukir di bibir Asha. Semakin hari, semakin banyak tingkah manis yang dilakukan oleh suaminya itu, membuat ia semakin merasa di cintai oleh suaminya.

"Aku siap - siap dulu ya, Sayang," ucap Bian.

"Okey. Baju sama celananya udah aku siapin, ya," ucap Asha.

"Oke sayang, makasih, ya," ucap Bian.

Bian bergegas memakai pakaian yang sudah di siapkan oleh Asha. Lelaki itu berdiri di belakang Asha, berkaca di kaca yang ada di meja rias Asha untuk menyisir rambutnya, agar tidak terlihat berantakan. Tak lupa, ia juga menyemprotkan parfum di bajunya, agar wanginya tercium.

"Aku ke bawah duluan, gapapa?" tanya Bian yang sudah lebih dahulu siap dengan penampilannya.

"Boleh," ucap Asha.

Bian beranjak keluar dari kamarnya, berjalan menuruni anak tangga, melangkahkan kakinya ke dapur. Ia sengaja turun lebih awal karena ia berniat ingin membuatkan sarapan untuk isterinya itu. Ia ingin membuatkan smoothies untuk isterinya. Belakangan ini ia memang sedang gencar - gencarnya membuatkan sarapan yang sehat untuk isterinya itu.

Bian menuangkan smoothies yang sudah dibuat ke gelas. Sekarang ia hanya tinggal menunggu isterinya keluar dari kamar, lalu menyuruh isterinya itu meminum smoothies yang sudah ia buat. Semoga saja isterinya itu suka.

"Kak, ayo jalan," ucap Asha berjalan menghampiri Bian.

"Minum dulu, aku udah buatin smoothies buat kamu," ucap Bian.

Asha duduk di samping suaminya, lalu mengambil gelas yang ada di tangan suaminya. Dengan sekali tegukan, ia meminum smoothies yang sudah suaminya buatkan.

"Enak?" tanya Bian.

"Enak, alhamdulilah," ucap Asha.

"Mau minum air putih dulu, gak? Aku ambilin, tunggu sebentar, ya," ucap Bian.

Bian beranjak dari tempat duduknya, kembali melangkahkan kakinya ke dapur, mengambil air putih untuk isteri tercintanya. Hari weekend waktunya ia memanjakan isterinya, anggap saja ini balasan karena setiap weekday, isterinya selalu repot mengurusnya mulai dari ia berangkat ke kantor, sampai ia pulang ke rumah.

"Silahkan di minum, tuan puteri," ucap Bian.

Asha mengambil gelas yang ada di tangan Bian, meneguk air putih itu hingga tandas tak tersisa.

"Terimakasih, By," ucap Asha.

"Sama - sama, sayangku," ucap Bian.

Karena waktu sudah semakin mepet, Asha dan Bian bergegas keluar dari rumah, beranjak masuk ke dalam mobil. Bian menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobilnya itu meninggalkan pekarangan rumah mereka, menuju gedung tempat kajian akan di gelar. Semoga saja jalan ibu kota bisa di ajak bekerjasama pagi ini.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang