17. Dating.

6.7K 444 16
                                    

"Kak Bian, bangun," ucap Asha sambil mengguncang bahu Bian.

Setelah sibuk berkegiatan di luar selama beberapa hari kemarin, di hari weekend ini akhirnya Asha bisa menghabiskan banyak waktu di rumah bersama dengan Bian.

Pagi ini Asha sedang berusaha membangunkan Bian yang masih tertidur pulas, padahal cahaya matahari sudah masuk ke dalam kamarnya lewat celah gordennya. Bukan Bian namanya, jika dia gampang dibangunkan di hari weekend seperti ini.

"Kak Bian, aku mau lari pagi. Aku tinggal, ya!" ucap Asha.

"Aku masih ngantuk, Sha. Sebentar lagi, ya," ucap Bian dengan mata masih terpejam.

"Udahlah, aku lari sendiri aja." ucap Asha merajuk.

Asha beranjak dari tempat tidurnya, hendak keluar dari kamarnya, tak memperdulikan Bian yang masih tertidur.

"Tunggu, ish," ucap Bian sambil menahan pergelangan tangan Asha.

"Lepas, ih! Aku mau keluar." ucap Asha.

Bian seketika langsung membuka matanya. Dengan sangat terpaksa Bian menyibak selimut yang melilit tubuhnya, beranjak dari singgasananya itu.

"Aku ganti baju dulu, tunggu sebentar," ucap Bian.

Bian beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka, lalu mengganti pakaiannya dengan kaos berlengan pendek dan celana joging.

"Ayo lari, tuan putri," ucap Bian.

Asha beranjak keluar dari kamarnya lebih dahulu, disusul oleh Bian dibelakangnya. Keduanya berjalan keluar dari rumah mereka, memasang sepatu mereka di teras rumah.

"Kenapa cemberut gitu sih, mukanya? Kan aku udah bangun, Sha," ucap Bian ketika melihat Asha cemberut.

"Kamu ngeselin, ngomong katanya mau ikut aku lari pagi malah bangun siang. Sekarang udah panas banget, matahari nya udah naik!" ucap Asha.

"Ya maaf, aku kira aku bakalan bisa gampang dibangunin. Kan yang penting sekarang udah bangun," ucap Bian.

Asha beranjak dari tempat duduknya ketika selesai memasang sepatunya, berlari mengelilingi komplek, meninggalkan Bian yang masih memasang sepatunya.

"Gemes banget sih isteri gue kalau lagi ngambek," ucap Bian.

Bian beranjak dari tempat duduknya, berlari menyusul Asha. Ketika mereka sudah berlari berdampingan, Bian menahan pergelangan tangan Asha, mencegah perempuan itu kembali berlari.

"Jangan ngambek," ucap Bian.

"Gak ada yang ngambek." ucap Asha.

"Gak ngambek tapi mukanya di tekuk.  Maaf deh, karena hari ini susah di bangunin," ucap Bian.

"Kalau gak ngambek gak akan di tekuk gitu mukanya. Please, maafin aku, ya? Kamu hari ini mau pergi, gak? Mau pergi kemana? Aku temenin deh, kemanapun kamu mau pergi hari ini, yang penting kamu maafin aku," ucap Bian mencoba membujuk Asha.

"Nonton?" ucap Asha.

"Boleh, tapi kamu harus maafin aku," ucap Bian menunjukkan jari kelingkingnya.

"Oke, aku maafin," ucap Asha sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Bian.

"Gemes banget sih," ucap Bian sambil mencubit pipi Asha.

Mereka kembali berlari di sekeliling komplek perumahan mereka, membakar kalori yang ada di dalam tubuh mereka.

"Kak, duduk di taman dulu, yuk," ucap Asha sambil menatap taman yang ada di komplek perumahan mereka.

"Capek?" tanya Bian.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang