54. Insecure.

2.3K 278 6
                                    

Asha menatap baju - baju yang ada di dalam lemarinya dengan tatapan bingung. Drama pagi ini di mulai dengan Asha yang sulit menemukan pakaian yang cocok di tubuhnya. Pagi ini Asha memang berencana ingin datang ke kampusnya, untuk mendaftarkan diri mengikuti wisuda kelulusan. Asha sudah mengeluarkan beberapa baju yang sering ia pakai untuk keluar rumah, namun Asha baru tersadar bahwa baju - baju itu kini sudah tidak pas di tubuhnya, karena perutnya kini sudah semakin membesar.

"Kenapa, cintaku? Kok diam aja, belum siap - siap?" tanya Bian yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku gemukan banget ya, kak?" tanya Asha.

"Kenapa tanya gitu?" tanya Bian, bingung.

"Baju - baju aku udah pada kekecilan, Kak. Bingung mau pakai baju yang mana," ucap Asha.

"Jadi ini yang buat isteri aku diam aja di depan lemari?" tanya Bian.

"Hm.." ucap Asha.

"Masih ada baju yang muat, kan? Di pakai dulu aja dulu, buat kita pergi ke kampus," ucap Bian.

"Nanti kalau ada waktu senggang, aku temani kamu ke mall untuk beli baju yang lebih cocok untuk kamu," ucap Bian lagi.

"Yaudah, iya," ucap Asha.

Asha mengeluarkan satu baju yang sekiranya pas di tubuhnya, mengganti pakaiannya itu di dalam kamar mandi. Selesai mengganti pakaiannya, Asha duduk di meja rias, mulai merias wajahnya dengan bedak dan liptint, agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Asha mengalihkan pandangannya ke arah perutnya. Di kehamilannya yang sudah semakin membesar, seharusnya Asha bisa lebih banyak istirahat di rumah, lebih fokus dengan dirinya dan janin yang ada di kandungannya. Namun mau bagaimana lagi? Masih ada keperluan yang harus ia urus, yang mengharuskan dirinya untuk keluar rumah.

"Maafin ibu ya, Dek. Pasti kamu capek ya, dari kemarin keluar rumah terus. Kita selesaikan urusan kampus ibu dulu ya, Dek. Setelah ini ibu janji, ibu akan lebih fokus sama adek," batin Asha.

"Udah rapih?" tanya Bian menyadarkan Asha dari lamunannya.

"Udah," ucap Asha.

"Ayo turun ke bawah, kita sarapan dulu sebelum pergi ke kampus kamu," ucap Bian.

Asha beranjak dari tempat duduknya, menyambar totebag miliknya yang tergeletak di tempat tidur. Asha dan Bian keluar dari kamar mereka, melangkahkan kaki mereka menuruni anak tangga, duduk di meja makan.

Asha mengambil beberapa potong roti bakar untuk Bian sarapan, mendahulukan menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Setelah itu, barulah Asha menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

"Kok cuman satu potong roti bakarnya?" tanya Bian.

"Gapapa, cukup kok buat ganjal perut aku," ucap Asha.

Bian mengerutkan keningnya, menatap isterinya itu bingung. "Kamu gak lagi coba - coba buat diet, kan?" Selidik Bian.

Asha menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Bian yang kini tengah menatapnya lekat. Tak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir Asha, karena faktanya memang seperti itu.

"Gak ada diet - diet. Habisin sarapannya." ucap Bian mengambil beberapa potong roti bakar yang ada di meja makan ke piring Asha.

***

Asha mengedarkan pandangannya keluar kaca mobil. Setelah insiden di meja makan tadi, Bian lebih banyak diam, tak bawel seperti biasanya. Sepertinya Bian memang marah padanya, karena tau dirinya ingin diet.

"Kak Bian, marah?" tanya Asha mengalihkan pandangannya ke arah Bian.

Senyap. Tak ada jawaban apapun yang terlontar dari bibir Bian. Lelaki itu tetap fokus mengendarai mobilnya, tak menanggapi Asha yang mengajaknya bicara.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang