36. Perjuangan Bian.

3.5K 344 9
                                    

Allahuakbar.. Allahuakbar..

Tidur nyenyak Bian terganggu kala mendengar adzan subuh berkumandang. Dengan nyawa yang belum semuanya terkumpul, Bian menyibak selimut yang di kenakan, lalu mengubah posisinya menjadi duduk, bersandar pada sandaran tempat tidur, menunggu nyawanya terkumpul sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul dan kantuknya sudah hilang, Bian beranjak dari tempat tidurnya, melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu.

Air kamar mandi sungguhlah dingin pagi ini, membuat Bian tak bisa berlama - lama di dalam kamar mandi. Selesai mencuci muka dan mengambil air wudhu, Bian beranjak keluar dari kamar mandi, memakai sarung dan menggelar sajadahnya, lalu mulai menunaikan sholat subuh dengan khusyuk.

Setelah selesai menunaikan sholat subuh dan berdoa, Bian beranjak dari sajadah nya,  melipat sajadah nya itu dengan rapih. Bian melangkahkan kakinya keluar dari kamar,  berjalan menuruni anak tangga, masuk ke dalam area dapur.

Pagi ini Bian berencana ingin membuat sarapan untuk isteri nya. Bermodalkan resep masak di google, lelaki itu akan membuatkan nasi goreng mentega untuk isteri nya. Semoga saja nanti Asha mau memakan sarapan yang dirinya buat.

"Pagi, Ma," ucap Bian ketika melihat Mama nya sedang memasak di dapur.

"Eh, mas? Sudah bangun kamu. Kamu mau ngapain pagi - pagi sudah ada di dapu?" tanya Kirana.

"Aku mau masak sarapan untuk Asha. Niatnya nanti sebelum berangkat ke coffeeshop, aku mau datang menemui Asha dulu, sekalian antar dia ke kampus," ucap Bian.

"Ooo mau masak untuk menantu Mama," "Mau masak apa? Mau mama bantu?" tawar Kirana.

"Aku cuman mau buat nasi goreng mentega kok, Mah. Aku mau coba masak sendiri, lihat resep dari google," ucap Bian.

"Yasudah. Semangat, ya, Mas," ucap Risa sambil menepuk bahu Bian.

Bian mulai mengumpulkan bahan - bahan masakan yang di butuhkan untuk memasak nasi goreng mentega, mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, sampai bumbu - bumbu penyedap, tak lupa juga nasi dan mentega.

Bian memotong bawang putih, bawang merah, dan cabai, mengikuti langkah - langkah yang ada di google. Baru memotong beberapa potong bawang merah, mata Bian sudah berair karena merasa perih. Melihat anaknya yang kesusahan, Kirana melangkahkan kakinya menghampiri anaknya.

"Sini Mama bantu potong bawang merahnya," ucap Kirana.

Kirana mengambil alih pisau yang ada di tangan Bian, memotong tipis - tipis bawang merah yang Bian sudah siapkan.

"Kok mata Mama gak berair? Emang mata Mama gak perih?" tanya Bian.

"Enggak. Mama kan sudah terbiasa masak, jadi aman aja," ucap Kirana.

"Bawang merah, bawang putih, dan cabai nya sudah Mama potong, tinggal kamu tumis sampai wanginya keluar. Kalau wanginya sudah keluar, baru kamu masukan nasi, penyedap, dan menteganya," ucap Kirana memberitahu.

"Makasih, Mama," ucap Bian.

Bian menyalakan kompor, memanaskan minyak di teflon. Setelah minyak itu panas, Bian menumis bawang merah, bawang putih, dan cabai yang sudah di potong, hingga tercium wangi.

Setelah bawang dan cabai itu sudah mengeluarkan wangi, Bian memasukkan satu butir telur, mengaduk telur tersebut hingga menjadi telur orak - arik.

Bian memasukkan nasi serta penyedap dan mentega ke dalam teflon tersebut, mengaduk nasi itu hingga tercampur rata dengan penyedap dan mentega yang dirinya masukkan.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang