56. Gara - gara seblak.

2.3K 297 11
                                    

Asha mengedarkan pandangannya keluar kaca mobil. Canggung. Keadaan seperti itulah yang terjadi di dalam mobil Liam, siang ini. Selepas mereka dari bandara, Liam menepati janjinya pada Bian untuk mengantar Asha pulang ke rumah. Awalnya Asha sempat menolak, dengan bilang bahwa perempuan itu ingin pulang naik taksi saja, namun dengan sedikit paksaan darinya, akhirnya Asha mau pulang bersama dengan dirinya.

"Mau beli sesuatu dulu, gak, sebelum pulang?" tanya Liam.

"Langsung pulang aja." ucap Asha tanpa mengalihkan pandangannya.

"Oke," ucap Liam.

Pukul tiga sore, Asha baru saja sampai di rumahnya. Asha melepaskan seatbelt yang di kenalan, bersiap keluar dari mobil Liam.

"Terimakasih ya, Kak, sudah antar aku pulang," ucap Asha.

"Sama - sama," "Kalau kamu butuh bantuan aku, kabarin aku aja, ya," ucap Liam.

Asha terdiam sejenak. Asha tak mau memanfaatkan kepergian Bian untuk kembali berinteraksi dengan mantan pacarnya itu, karena sekarang ada hati yang harus Asha jaga. Asha tak mau merusak kepercayaan yang sudah Bian berikan padanya.

"Aku kelur ya, Kak."

Asha membuka pintu mobil Liam, beranjak keluar dari mobil mantan pacarnya itu. Dengan langkah tergesa, Asha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, tak lupa menutup pintu rumahnya kembali.

"Kamu gak boleh seperti ini, Kak. Aku gak mau membuat kamu semakin sulit melepaskan aku," batin Asha.

"Non, sudah pulang?" ucap Bibi Ratna menyadarkan Asha dari lamunannya.

"Udah, Bi. Baru aja sampai," ucap Asha.

"Pasti Non sedih banget ya, ditinggal pergi sama Tuan Bian?" tebak Bibi Ratna.

Senyuman terukir di bibir Asha. "Sedih, pasti, tapi aku juga gak bisa melarang Kak Bian untuk pergi. Kak Bian pergi kan juga untuk kerja, Bi, bukan untuk melakukan hal yang macam - macam," ucap Asha.

"Masyallah, pengertian sekali Non sama Tuan Bian. Pantas saja Tuan Bian cinta sekali dengan Non Asha," ucap Bibi Ratna.

"Aku hanya ingin Kak Bian bisa profesional dengan pekerjaan dia, Bi. Kasihan kalau aku larang - larang dia, pasti nanti dia gak nyaman sama pekerjaannya," ucap Asha.

***

Di lain tempat, ada Bian yang baru saja sampai di kota tujuannyatujuannya. Kini lelaki itu tengah berdiri di depan bandara, menunggu taksi yang bisa ia pakai untuk mengantarnya ke hotel tempat ia menginap.

Bian melambaikan tangannya ketika melihat sebuah taksi melaju di hadapannya. Setelah taksi itu berhenti, Bian membuka bagasi taksi itu, memasukkan koper miliknya itu ke dalam bagasi. Setelah itu, barulah Bian masuk ke dalam taksi tersebut.

"Ke hotel Mandaya ya, Mas," ucap Bian.

"Baik, Pak," ucap supir taksi itu.

Taksi itu mulai melaju pergi meninggalkan pekarangan bandara, menuju hotel tempat Bian akan beristirahat selama beberapa minggu ke depan.

Bian mengedarkan pandangannya keluar kaca mobil. Belum ada satu hari dirinya pergi, ia sudah merindukan isterinya itu. Ia jadi tak sabar ingin sampai di hotel, agar ia bisa segera menelepon isterinya itu. Huh. Drama LDR macam apa ini?

"

Pak, sudah sampai,"

Bian mengeluarkan dompetnya yang di simpan di dalam tas nya, memberikan selembar uang seratus ribu kepada supir taksi itu.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang