52. Boy / Girl?

2.4K 283 16
                                    

Asha mengedarkan pandangannya keluar kaca mobil dengan tatapan bosannya. Saat ini ia sedang ada di dalam mobil, sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Iya. Hari ini Asha memang ada jadwal cek kandungan janin yang ada di kandungannya, sekaligus di pemeriksaan kali ini ia ingin tau apa jenis kelamin anak pertamanya itu.

"Sayangnya aku kenapa? Bosan, ya?" tanya Bian sambil menggenggam tangan Asha dengan satu tangannya.

"Iya," ucap Asha mengerucutkan bibirnya.

"Sabar, ya. Jalanan lagi macet parah nih, gak tau apa penyebabnya," ucap Bian mengelus punggung tangan isterinya itu.

Asha menghela napasnya berat. Jarak dari rumah mereka ke rumah sakit sebenarnya tidak terlalu jauh, bisa di tempuh dalam waktu setengah jam. Namun kali ini? Sudah hampir satu jam mereka ada di dalam mobil, mereka tak kunjung sampai di tempat tujuannya itu.

Tatapan Asha seketika berubah kala melihat penjual es kelapa di pinggir jalan. Siang - Siang terik seperti ini sepertinya enak sekali jika minum es kelapa. Asha mengalihkan pandangannya ke arah Bian, menatap suaminya itu dengan tatapan berbinar.

"Kak, ada yang jualan es kelapa," ucap Asha memberitahu.

"Kamu mau?" tanya Bian.

"Boleh?" tanya Asha.

"Karena kamu udah lama gak minum es, kali ini aku bolehin kamu minum es kelapa," ucap Bian.

"Serius? Thank you so much, Kak Bian," ucap Asha mengembangkan senyum di bibirnya.

Bian menepikan mobilnya di pinggir jalan, setelah itu melepas seatbelt yang ia kenakan.

"Tunggu disini sebentar, ya," ucap Bian.

Bian beranjak keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya mendekat ke arah penjual es kelapa.

"Bang, pesan es kelapanya dua, ya," ucap Bian.

"Baik. Di tunggu sebentar ya, mas,"

Bian duduk di tempat duduk yang di sediakan, menunggu pesanannya di siapkan. Di kehamilan Asha sekarang, Bian memang tak terlalu suka jika isterinya itu terlalu banyak minum es. Namun karena ia tau banyak khasiat dari air kelapa untuk ibu hamil, ia membolehkan istrinya itu untuk minum es kelapa.

"Pesanannya sudah jadi, Mas. Totalnya jadi 20 ribu,"

Bian mengeluarkan dompetnya yang ada di saku celananya, mengeluarkan selembar uang 20 ribu yang ada di dalam dompet itu, lalu memberikan selembar uang itu pada penjual es kelapa.

"Terimakasih, Bang," ucap Bian.

Bian kembali masuk ke dalam mobilnya setelah mendapatkan dua porsi es kelapa. Kedatangannya di sambut Asha dengan senyuman yang merekah di bibirnya, tak sabar untuk meminum es kelapa yang dibeli oleh suaminya.

"Mau minum sekarang?" tanya Bian.

"Iya," ucap Asha semangat.

Bian mengeluarkan satu plastik es kelapa, membukakan es kelapa untuk isterinya itu. Setelah membukakan sebungkus es kelapa untuk isterinya, barulah ia membuka satu bungkus es kelapa lagi untuk dirinya sendiri.

"Happy?" tanya Bian.

"Happy banget," ucap Asha.

"Adek, gimana? Happy?" tanya Bian lagi.

"Happy, ayah. Terimakasih ya sudah buat ibu happy," ucap Asha dengan meniru suara anak kecil.

"Sama - sama, adek," ucap Bian mengelus perut Asha.

***

Pukul dua siang, mereka baru sampai di rumah sakit. Asha merentangkan kedua tangannya, melakukan peregangan karena badannya pegal - pegal. Duduk terlalu lama di dalam mobil ternyata sangat melelahkan bagi seorang ibu hamil.

Antara Cinta dan Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang